Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.
Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.
Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Austin berhenti ditepi jalan sambil mengusap wajahnya, entah mengapa perselingkuhannya kali ini terasa sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya, ia gelisah sebab Nadia belum juga membalas pesannya sejak pagi tadi.
"Nadia, kenapa aku takut kalau kau marah? Kenapa?" Ucapnya pada dirinya sendiri.
Sementara disisi lain saat ini, Nadia tak sekalipun memeriksa ponselnya, meski ia mendengar beberapa pesan masuk disana, dia justru menurunkan nada suaranya agar tak mengganggu aktifitasnya dalam mengikuti Harry.
Tak berapa lama Harry berhenti di sebuah, tempat sepi, disana terdapat sebuah saung yang terbuat dari bambu, dibawah atap saung bambu itu terdapat sebuah meja kecil sementara alas saung itu terbuat dari sebuah anyaman daun kelapa muda yang dijadikan tikar, meja itu juga terbuat dari bambu yang telah diukir sedemikian rupa, saung bambu tersebut tampak sudah menguning namun malah menambah kesan sempurna baginya. Harry duduk disana sementara taxi yang ditumpanginya sebelumnya kembali melaju keatas jalanan, meninggalkan Harry dan Nadia yang berada di tempat terpisah.
Nadia turun dari motornya, sengaja ia memarkirkan kendaraan roda dua itu agak jauh dari saung, ia mengintip kearah Harry didalam saung. Wajah itu tampak pucat, tatapan matanya kosong, angin yang berhembus dari arah persawahan dibawah sana membuat rambut hitamnya melambai. Nadia menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia memilih untuk kembali kearah jalan pulang.
"Mungkin lain kali saja, Harry mungkin sangat ingin menenangkan diri saat ini!" Ucap Nadia pada dirinya sendiri sebelum akhirnya motornya kembali membawanya kearah kedatangannya sebelumnya.
Ngeeeengggg
Suara motor Nadia yang semakin lama semakin jauh saja, Harry berbalik menatap sekitar, ia sadar kalau seseorang baru saja pergi dari tempat itu namun ia tidak tahu persis siapa orangnya.
***
Singkat cerita malam pun tiba, malam minggu yang sejuk dan sedikit berangin itu mengantarkan Austin ketempat tongkrongannya, disana sudah ada Harry yang baru saja datang dari saung tempat dia duduk sebelumnya, meski ia masih merasa kesal dan marah pada keadaan hidupnya beberapa jam lalu, ia bersikap biasa saja sekarang agar tak ada seorangpun yang menatap iba pada dirinya.
Berbeda dengan Austin yang selalu sibuk menggoda para wanita yang melewati tempat duduknya, Harry justru duduk tenang menikmati kopi panasnya sambil membawa novel online dari ponselnya.
"Pissst pissstt!"
"Cewekkkk, piiiuittt!" Austin bersiul menggoda tiga orang wanita cantik yang kebetulan lewat dari depannya, ketiga wanita itu berhenti dan melemparkan kiss hand padanya.
"Astaga, dasar gatal!" Ucap Harry menggodai Austin.
"Iya dong, selagi masih muda.... tidak ada salahnya sedikit menggatal!" Ucap Austin, ia berdiri dari kursinya dan berjalan kearah ketiga wanita yang berhenti itu.
Austin tersenyum lalu menarik salah satu yang paling cantik dari ketiganya, mengajaknya duduk ke kursinya sementara dia lainnya berlalu pergi meninggalkan teman mereka, tak cukup hanya disana, Austin dan wanita itu duduk saling berpangku, kaki wanita itu liar menyentuh kaki Harry yang kebetulan duduk disamping kanan Austin.
Harry segera menepis kaki itu, sambil menggelengkan kepalanya ia berpindah tempat duduk ke kursi di depan Austin dan wanita itu, kini Austin yang bertingkah liar, tangannya mencubit pelan dagu wanita itu lalu mendekatkan bibirnya ke telinganya.
"Jadi, siapa namamu cantik?" Bisiknya sambil membelai pelan rambut wanita itu.
"Namaku Jessica, kau bisa memanggilku Jesi!" Balas wanita itu berbisik.
Austin tersenyum, meraba kearah leher wanita itu, kemudian mereka minum bersama lalu tertawa, tak sekalipun merasa segan pada Harry yang duduk didepan mereka.
"Austin, sudah cukup. Bagaimana kalau Nadia melihatmu?"
"Nadia tidak akan datang hari ini, kau tenang saja. Lagi pula aku yang selingkuh kenapa kau yang cemas, Harry? Nikmati saja kopi dan novel online mu itu sahabatku!" Balas Austin tanpa menoleh pada Harry, matanya terus tertuju pada tubuh wanita bernama Jessica itu.
"Sayang, bagaimana kalau kita menginap bersama malam ini? Aku akan memberimu full service!"
"Huuuekkkk!" Harry berpura-pura mual begitu Jessica merangkul Austin dan mengajaknya tidur bersama.
Hal ini tentu membuat Austin terpancing, ia tersenyum lalu mengedipkan matanya pada Harry.
"Austin, jangan gila. Kalau kau melakukannya maka aku akan memberitahu Nadia!"
"Harry, bangunkan aku besok pagi!"
"Austinnnnnn!" Teriak Harry, namun Austin tak menggubris, ia justru menarik tangan Jessica lalu pergi menuju hotel.
Harry mengepal kedua tangannya dengan marah, sejak lama ia menyimpan perasaan pada Nadia namun ia tak mampu menyakinkan Nadia kalau ia jauh lebih baik dari Austin, sehingga saat Austin berbuat curang dibelakang Nadia, ia marah dan kesal, ini bukan kali pertama dan beberapa kali ia sudah melarang Austin untuk tidak pergi menyimpang namun Austin tak pernah mendengarkannya.
"Tidak bisa, kali ini aku tak bisa membiarkan Nadia jatuh lagi kedalam hubungan yang tidak sehat ini!" Ucap Harry, tampaknya kali ini ia tak lagi mampu menyembunyikan kebohongan Austin.
Harry bergegas pergi mengejar Austin, begitu ia turun dari taxi ia melihat Austin dan Jessica hendak masuk kedalam hotel, lelaki muda ini segera berlari lalu menarik Austin menjauh dari Jessica.
"Harry, kau ini kenapa?" Tanya Austin tertawa kecil saat melihat sahabatnya tersebut mengejarnya ke hotel.
"Owhhhh aku tahu...., jangan-jangan kau juga mau ikut bermain ya? Hahahaha"
"Sayang, bagaimana kalau kita main bertiga, bukankah itu terdengar menyenangkan?" Tanya Austin sambil merangkul bahu Jessica.
Jessica menggigit bibirnya sambil memperhatikan setiap lekuk tubuh Harry.
"Kenapa tidak? Aku suka yang bening-bening!" Jawabannya.
Bhugggg
"Aaaaaghhhh!" Teriak Jessica saat tiba-tiba Harry melayangkan tinjunya pada Austin hingga Austin terjatuh menabrak sebuah pot bunga di pintu masuk hotel.
"Putuskan Nadia, aku mau kau putus dengan Nadia!"
"Ha?" Austin terkejut, ia mengerutkan kedua alisnya menatap Harry kebingungan.
"Maksud kamu apa?"
"Kamu nggak pantas buat Nadia, kalau kamu mau terus bersama Nadia, sebaiknya hentikan perbuatan kotor mu ini sekarang juga!" Bentak Harry berteriak.
"Aihhh sial" Kesal Austin dengan kedua tangan di pinggang, ia menyunggingkan senyumnya kearah Harry.
Bhuggg bhuggg bhuggggg
"Uhukkk uhukkkk!"
Austin membalas tiga kali pukulan Harry sebelumnya, Jessica tersenyum menutup mulutnya lalu dengan pelan mendorong bahu Harry yang sudah tersungkur lemas diatas lantai dengan sepatunya.
"Dengar!" Ucap Austin menunjuk Harry.
"Urus urusanmu sendiri, aku tidak akan memutuskan Nadia sebelum aku berhasil menidurinya, kalau kau mau kau bisa mengambilnya setelah aku memakainya!" Bisik Austin setelah ia berjongkok mendekati Austin.
Bhuggg
Austin memukul Harry kembali, barulah ia dan Jessica melangkah masuk kedalam hotel. Beberapa orang yang menyaksikan kejadian itu menggelengkan kepalanya, ada juga yang membantu Harry berdiri.
"Apa kau baik-baik saja anak muda? Apa kau mau ke rumah sakit?"
"Tidak, Pak. Terimakasih, saya baik-baik saja!" Jawab Harry memaksakan senyumnya.
Harry berjalan kearah jalan raya dengan langkah tertatih, pandangannya yang buram membuatnya berjalan tak tentu arah hingga sesaat kemudian sebuah mobil truk datang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah lain.
Thinnnnnnn
Brukkkkk
***
Tranggg
Sementara disisi lain Nadia yang sedang mencuci piring didapur tiba-tiba menjatuhkan gelas yang baru saja dibersihkan nya, ia dapat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
"Nadia, kau baik-baik saja?"
"Pa, aku baik-baik aja, tapi gelasnya..... "
"Sudah, cepat kesini.... , biar Papa yang membersihkannya!" Ucap Mario yang dengan cepat menarik anak gadisnya menjauh dari pecahan gelas itu.
Rina, Arda dan Ardi segera datang menghampiri Nadia, ketiganya segera memeriksa keadaan Nadia.
"Kak, apa Kakak terkena pecahan gelasnya? Sini.... duduk dulu, biar ku periksa kakimu!" Ucap Arda menarik Nadia kearah kursi sofa di ruang tengah, Nadia hanya ikut saja, tatapannya kosong seolah sesuatu yang buruk baru saja terjadi pada bagian jiwanya yang lain.
"Kak, minum dulu!" Kini giliran Ardi yang datang membawa secangkir air untuk Nadia, sementara Rina segera melepaskan apron yang masih melekat pada tubuh anak gadisnya itu.
Arda dengan sigap membuka kaos kaki Nadia, memeriksa setiap kaki kakaknya tidak ada yang terluka, sementara Ardi memeriksa tangan Nadia setelah gadis itu selesai meneguk ha isi gelas yang baru saja dibawakan Ardi untuknya.
"Ahhh, syukurlah Kakak tidak apa-apa!" Ucap Ardi merasa lega.
"Papa sudah membersihkan dapur, tapi tetap pakai sendal yahhh, siapa tau masih ada kaca yang tidak terlihat tertinggal!" Ucap Mario sambil berjalan kearah luar, membuang pecahan gelas kaca yang sudah dibungkus rapi kedalam sebuah pakaian yang tak lagi terpakai.
"Kenapa tiba-tiba aku cemas begini yah? Apa jangan-jangan Austin..... "
"Ma, Pa...., aku mau keluar sebentar, ada seseorang uang harus kutemui sekarang!" Ucap Nadia setelah berbicara para dirinya dalam hati.
"Nadia, mau kemana malam-malam begini?"
"Nadia mau ketemu Harry, Ma. Tadi siang Nadia titipin uang paket sama dia!"
"Kan bisa besok Nadia, nggak baik anak perempuan keluyuran tengah malam begini!" Ucap Rina menolak halus permintaan Nadia.
"Nggak bisa Ma, nanti Harry ngabisin uangnya buat jajan, Nadia cuma sebentar, Nadia pergi dulu ya Ma, Pa. Arda sama Ardi, kalian jangan keluyuran!" Ucap Nadia berbohong untuk menemui Harry.
Suami istri tersebut tak dapat menghentikan anak gadis mereka untuk pergi dari rumah pada pukul 20.45 itu, setelah motor milik Nadia keluar dari pekarangan rumah, Arda melangkah kearah teras rumah dan membuang kaos kaki yang sebelumnya dikenakan Nadia.
"Kenapa kaos kakinya dibuang, Arda? Kakakmu kan baru beli itu bulan lalu!"
"Nanti Arda beli yang baru, Mah, siapa tahu di kaos kaki ini masih ada serpihan kaca, nanti Kakak bisa terluka!" Jawab Arda.