Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Stp 35
Setelah mustika air menyatu dengan jiwamu, kau bisa melihat masa lalu orang lain hanya dengan menyentuh badannya. Hanya orang orang dengan ilmu tertentu yang tidak bisa kau tembus masa lalunya." Terang Nenek Gae.
"Dan ingat tetap rahasiakan kekuatan yang kau miliki, kita tidak tahu yang mana musuh kita, bisa saja itu orang terdekatmu".
"Kraaaaak" tiba tiba terdengar suara ranting patah terinjak dari balik semak yang tak jauh dari sana.
Baik Hiera maupun nenek Gae, refleks mereka menengokkan kepalanya ke arah sana.
"SIAPA DI SANA?!" Teriak Nenek Gae.
Sekelebat bayangan berlari dengan cepat dari balik semak itu.
Nenek Gae mengernyitkan dahinya. "Ada yang menguping dan mengintip kita, kira kira siapa ya? Selain orang orang di rumah yang sedang tidur pulas, mustahil ada orang lain di desa ini".
"Apakah obat tidur yang kuberikan kurang kuat?" Gumam nenek Gae.
Hiera hanya diam. Tapi benaknya menebak nebak siapa gerangan yang mengintip tadi. Hugo kah? Atau Valia.
"Sebaiknya kita segera pergi dari sini". Ajak nenek Gae yang dijawab anggukan kepala oleh Hiera.
Mereka pun kembali menyusuri jalan setapak itu dan melewati kebun jagung yang terbentang luas itu, kembali ke pondok.
Nenek Gae mengamati orang orang yang tertidur pulas, tak ada yang mencurigakan dari mereka, semua tertidur sebagaimana mestinya. Lalu siapa yang mengintip tadi?
Nenek Gae menghela nafas panjang.
"Kau tidurlah, besok kau harus melakukan perjalanan besar". Perintah nenek Gae dengan suara rendah.
Hiera pun hanya mengangguk tanpa bersuara. Dia kemudian masuk ke dalam kamar dimana Valia terbaring. Membaringkan tubuhnya di samping sahabatnya itu, Valia pun segera terlelap dalam buaian mimpi.
****
Pagi menjelang, kicau burung telah riuh di atas pohon pohon. Sang mentari pagi memendarkan cahayanya memberi kehangatan pada pagi yang dingin.
Hiera dan kawan kawan telah bersiap untuk bertualang hari ini. Menaklukkan hutan Larangan yang belum terjamah sedikit pun oleh manusia.
Mereka bertiga pamit pada nenek Gae, kemudian segera berangkat diantar oleh Valdi.
"Kau jagalah dia". Bisik nenek Gae pada Valdi.
Menerobos kebun jagung, menyusuri jalan setapak dan melewati Padang rumput yang sangat luas.
Dan kini mereka berdiri di hadapan Hutan larangan yang terbentang luas, dengan puncak bukit yang menjulang.
"Kau yakin ingin melanjutkan petualangan ini nona?" Tanya Hugo pada gadis yang tengah memandang lurus ke arah hutan.
"Yap! Aku sudah sejauh ini, jadi tak ada jalan untuk mundur!" Jawab Hiera penuh semangat. Dua tangannya teracung mengepalkan tinju.
"Aku juga siyaaaap!" Teriak Valia penuh semangat. Dia akan banyak mengambil foto untuk akun medsosnya. Dia akan terkenal sebagai orang pertama yang menaklukkan hutan Larangan yang maha angker ini, benaknya.
Mereka pun mulai berusaha mengurai hutan itu. Hugo dengan sebuah katana di tangannya, dan Valdi dengan sebuah arit, melangkah paling depan, membabat semak belukar yang menghalangi jalan mereka.
Hutan itu begitu lebat, padat dengan pohon pohon raksasa yang menjulang. Daun daunnya yang rimbun menghalangi sinar matahari yang mau masuk. Suasana pagi di dalam hutan masih temaram. Sulur sulur pohon yang saling membelit, daun daun kering yang berserakan berbaur dengan akar akar pohon yang menonjol tak beraturan, menambah suram suasana. Mereka melangkah hati hati dengan tatapan waspada, takut tiba tiba ada binatang buas atau serangga berbisa.
Valia melihat segerombolan jamur berwarna merah dengan bintik bintik putih. Sangat indah, mengingatkan dia pada game kesukaannya, petualangan Mario.
Valia mengambil ponselnya, bermaksud mengambil foto jamur itu.
Valia berusaha mengambil sudut terbaik, berulang dan berulang dia memotret jamur itu. Tanpa dia sadari teman temannya sudah jauh melangkah meninggalkannya.
Hiera baru tersadar bahwa Valia tidak ada di belakangnya sekarang.
"Tuan Hugo, Valdi, tunggu! Sepertinya Valia tertinggal di belakang!" Ucap Hiera sambil menghentikan langkahnya.
Kedua laki laki itu pun menghentikan langkah mereka.
"Kita tunggu beberapa saat, nanti dia pasti menyusul". Usul Hugo.
Hiera dan Valdi mengangguk setuju.
Hiera mengambil botol airnya, kemudian meneguknya sedikit.
Setelah agak lama menunggu, namun Valia tak kunjung datang juga, Hiera berinisiatif untuk menyusulnya.
Tentu saja Hugo dan Valdi pun tak tinggal diam, melihat gadis yang harus mereka jaga pergi, mereka pun langsung mengikuti.
"Valia!"
"Valia!"
"Valia!"
Valia memanggil manggil sahabatnya itu yang tak tampak juga batang hidungnya.
"Val...., AAAAAAAAAAAA!" Hiera menjerit histeris saat melihat pemandangan di depannya.
Hugo dan Valdi segera menghampirinya. Dan mata mereka pun membelalak seketika.
Di depan mereka tersaji pemandangan yang mengerikan.
Valia terkulai tak berdaya di dalam lilitan ular raksasa yang sangat besar. Mata gadis itu melotot dengan lidah menjulur, bisa dipastikan dia telah kehabisan oksigen.
Mulut ular itu menganga lebar dengan taring tajam mencuat bersiap menelan Valia.
"Valia BERTAHANLAH!" jerit Hiera histeris.
"Valdi kau dekati tubuh Valia, biar aku yang mengalihkan perhatian ular itu!" Teriak Hugo.
Valdi mengangguk, dia segera berlari, melompat ke atas tubuh ular itu.
"HEI ULAR JELEK SANTAPAN LEBIH BESAR ADA DI SINI!" teriak Hugo berusaha mengalihkan perhatian ular itu sambil melempar kepalanya dengan sebuah batu.
"TAKK!" Lemparan batu tepat mengenali kepala ular itu, membuat ular itu mendesis marah. Desisnya sungguh mengerikan. Ular itu meliukkan ekornya berusaha memukul Hugo.
Naasnya, buka Hugo yang terkena sabetan ekor itu, tapi Valdi yang sedang berada di atas tubuh ular itu.
"BETTT!"
"BRUGH!"
"UGH!"
Valdi jatuh terjengkang menghantam belukar. Pria itu segera berdiri lagi, dan melompat lagi ke atas tubuh ular itu berusaha menyelamatkan tubuh Valia.
Kepala ular itu mengembang, tubuhnya meliuk-liuk mengejar Hugo.
Hiera tak tinggal diam, dia pun mengambil belati yang ada di ranselnya, dan segera berlari kemudian melompat ke atas badan ular, dimana Valdi sedang berusaha melepaskan tubuh Valia dari lilitan ular itu.
Lilitan ular itu semakin mengerat di tubuh Valia ,membuat gadis itu kehilangan kesadaran. Dengan panik Hiera menancapkan belati nya pada perut ular itu.
Ular itu terlalu besar, sisiknya sangat tebal. Belati Hiera hanya mampu sedikit melukai ular itu.
Valdi tak tinggal diam, aritnya dia tikamkan pada perut ular yang sudah terluka oleh belati Hiera, kemudian dia menarik aritnya membuat luka memanjang pada perut ular itu.
Ular itu mendesis semakin marah, lilitannya pada tubuh Valia sedikit melonggar. Namun gadis itu belum bisa terlepas.
Ular yang semakin marah itu mengejar Hugo membabi buta. Pada satu kesempatan, Hugo berlari cepat pada pokok pohon, kemudian bersalto di udara melewati kepala ular itu, dan dengan kecepatan terukur dia menusukkan katananya ke mata ular itu.
Raungan kesakitan yang mengerikan terdengar dari ular itu. Tubuhnya menggeliat geliat kesakitan,membuat Hiera dan Valdi yang sedang berada di atas tubuh ular itu jatuh terjerembab ke tanah.
Kaki Hugo membuat lompatan menapaki tubuh ular itu dan sekali lagi dia melompat melewati kepala ular itu, kemudian menusukkan katananya pada sebelah mata ular yang satunya.
Ular itu kembali mendesis sangat mengerikan, tubuhnya menggeliat geliat dengan hebat, akhirnya tubuh Valia terlepas dari lilitan ular itu. Sedangkan ular raksasa itu buru buru melarikan diri, dengan mata yang berdarah darah.
Valia tergeletak di tanah tak sadarkan diri. Hiera segera menghampirinya, menempelkan telinganya pada dada Valia. Hiera tak bisa mendengar detak jantung sahabatnya itu
Hiera dengan panik melakukan CPR, menekan nekan dada Valia dengan cepat.
"Valia bangun Valia! Kumohon sadarlah!" Ucap Hiera dengan panik. Air matanya telah berurai. Dia kembali memberikan nafas buatan pada mulut sahabatnya itu, membuat Hugo berpikiran kotor.
"Andai gadis itu yang pingsan, maka aku yang akan melakukan CPR" Benaknya. Hugo kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal. Berusaha menghalau pikiran kotornya. Sungguh tak pantas berpikiran begitu disaat genting begini.
"Nona Hiera biar aku melakukan CPR". Ucap Valdi setelah melihat Hiera sangat kelelahan dan putus asa.
Hiera menyerah, dia memberikan waktu pada Valdi untuk melakukan CPR.
Valdi melakukan CPR dengan tekun, dan sekitar lima belas menit kemudian, Valia pun kembali bernafas.
Gadis itu terbatuk batuk dengan nafas tersengal, kemudian dia membuka matanya. Valia memfokuskan pandangan matanya, dilihatnya Hiera sedang memandangnya dengan wajah penuh air mata.
"Hiera,,,, aku masih hidup, kan?" Tanya Shin'yu tak percaya.
Hiera menganggukkan kepala, kemudian menghamburkan tubuhnya memeluk Valia dengan air mata berderai.
Dia sangat menyesal, di hutan ini, kenapa dia tak bisa mengeluarkan kekuatan penyembuhnya untuk menolong Valia. Hampir saja dia kehilangan sahabatnya itu. Aura Hutan ini seakan menghalangi kekuatan yang dimiliki gadis itu.
"Maafkan aku, hampir saja kehilangan mu,,, " Ucapnya lirih.
msk langsung luluh aj