Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.
Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.
And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.
Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Thirty Two
Bruk!
"Kasar banged bro, mentang-mentang perempuan riang lo bawa main banting aja." ujar pria yang menurunkan Sea dari pundaknya.
"Oh iya, kelepasan. Lagian enteng banget lupa kalo lagi bawa manusia." sahutnya santai yang baru saja melempar tubuh Vio. "Kalo gitu sana ambil sisanya di mobil." imbuh lelaki lainnya.
Beberapa pria lain mulai memasuki ruangan tersebut dengan mengangkut hasil tangkapan mereka.
"Wah, banyak juga hasil dari festival itu." ujar satu pria di sana sambil menatap tangkapan mereka yang tergeletak di lantai. "Kebanyakan laki-laki ya?" ujar rekannya.
"Huft, anak laki-laki jaman sekarang gaada skill bela dirinya sama sekali." tambah pria lain yang disetujui pria-pria disana. "Cepat telpon Si Gila itu, biar kita cepet dapat uang bagian kita lalu minggat dari sini, gamau gw liat kelakuan iblis satu itu." ujarnya.
Terlewat 20 menit, datang seseorang keruangan itu, membuat suasana yang awalnya ramai akibat celotehan pria-pria di sana mendadak hening seiring langkah kaki yang memasuki ruangan tersebut.
"Bagus! Sangat cukup untuk malam ini! Silahkan, uang jatah kalian malam ini ada di meja luar." ujarnya dengan suara yang memenuhi ruangan itu.
"Ambil satu dari mereka bawa kesini." titahnya. Dirinya mulai berjalan kemeja yang ada di samping brankar, ia mengenakan sarung tajan kemudian memilih berbagai benda tajam yang ada di atas meja itu.
"Haru, saya lihat hasil hari ini di dominasi laki-laki." ujar pria tersebut dengan suara baritonnya. "Benar, tuan Lucian. Entahlah mungkin sekarang ilmu bela diri sudah dilupakan oleh anak zaman sekarang." ujar pria yang diketahui bernama Haru itu, bersamaan dengan dua orang yang baru saja meletakkan tubuh Kenan ke atas brangkar tersebut.
Pria yang dipanggil Lucian itu berbalik menatap tangkapan anak buahnya yang tergeletak bertaburan di lantai kemudian tersenyum penuh arti. Ia kembali pada Kenan yang terbaring di depannya Ia mulai mengambil sebuah pisau tipis dari meja dan hendak menggores pergelangan tangan Kenan.
"Tidak seru jika kamu tidak sadar seperti ini, jadi saya akan menyadarkan kamu dengan sedikit goresan di sini." ujarnya sambil tersenyum.
Pergerakan pria itu terhenti kala mendengar jentikan jari dari belakangnya, ia menoleh dan seketika semua yang tergeletak di lantai yang tidak lain dan tidak bukan adalah ILUSIONS mulai bangkit dan berdiri menghadap Lucian dengan tatapan tajam.
"BRUK!" "AWSHH!" Kenan bangun dan menendang perut Haru yang ada di ujung brangkar lalu ia melompat dan ikut berdiri bersama ILUSIONS lainnya.
"HAHAHAHA!! Pantas saja saya merasa aneh dengan ini semua. Tapi, apa yang kalian lakukan disini? Ini bukan tempat bermain anak kecil." ujar Lucian lantang.
Suara sirine mulai terdengar di mana-mana, ruangan dipenuhi warna merah dari lampu sirine diatas. Pria-pria yang sempat pergi dari ruangan itu kembali berdatangan dengan jumlah yang berkali lipat. Pertarungan pecah di ruangan tersebut.
Ruangan itu dipenuhi suara yang tercipta dari pukulan-pukulan keras yang didatangkan dari seluruh orang disana. Lucian menatap pertempuran di depan matanya dan mwnampilkan senyum miring di wajahnya.
Vio yang sedang melawan satu pria melihat kearah Lucian yang sedang tersenyum, Vio menggerang marah ia langsung melumpuhkan lawannya dengan belati di kedua tangannya sebagai senjata.
Vio berlari menuju pria itu, Aran yang melihat itu ikut menumbangkan lawannya dan mengikuti pergerakan Vio yang mendekati Lucian, Ia tidak mau membiarkan Vio berhadapan dengan bos kasus ini seperti yang lalu.
Vio dan Aran menyerang Lucian bersamaan dan terjadilah pertempuran 2 banding 1 disana. Pukulan demi pukulan diterima secara berurutan dari ketiga orang itu. mulai terdengar tembakan dari pertempuran yang lain.
"ARGHH!" raung Lucian saat menendang perut Aran yang menyebabkannya terpental jauh. "Akhh!" erang Lucian saat Vio merobek kulit punggung Lucian dengan belatinya.
Terjadi kembali perkelahian yang memanas di antara Vio dan Lucian. Vio merobek asal bagian tubuh Lucian yang dapat Ia akses seperti bahu, paha dan pinggang. "Shhh." erangan keluar dari bibir Vio yang sudah berdarah di ujungnya. Wajah dan lengan Vio juga terkena goresan dari pisau tipis yang di pegang oleh Lucian sedari tadi.
Vio menonjok kuat rahang pria itu dan Ia dengan cepat melukai paha Lucian yang lain dengan tusukan yang amat dalam kemudian secepatnya Vio menendang perut Lucian yang mengakibatkan dirinya ambruk kelantai. "ARGHHH." erangnya. Vio menekan dada pria itu dengan kakinya lalu Ia menarik pistol dari pahanya dan langsung mengarahkannya pada Lucian.
"AHAHAHAHA!! WOWW!" tawa Lucian yang menggema diruangan itu memberhentikan semua kegiatan perkelahian yang ada di sana. Semua fokus kini tertuju pada dua urang disana. " Menarik, sa~ngat menarik! Kamu gadis yang mena-Akhhh!" ujar Pria itu yang diakhiri erangan sebab Vio menekan kuat kakinya di dada Lucian yang terdapat luka sayatan akibat Vio disana.
"Saya suka sensasi inii. Ahhhhkk!" racaunya. "Tuan Lucian, ah? Lucian? Titisan Lucifer kayanya." Ucap Vio tenang. "Siapa kamu? Siapa kalian? SIAPA KALIAN SEMUAA!!" bentak Lucian dengan mata tajamnya yang seakan ingin menusuk Violia.
"Owwhh kalem tuan iblis, saya? Saya hanya warga yang diculik saat having fun at the night festival." ujar Vio dengan semakin menekan kakinya pada tubuh pria itu.
"Akhhhhhh! HAHAHAHA! SUDAH LAMA SAYA TIDAK MERASAKAN SENSASI INI HAHAHAHA! " lantangnya."Wah, udah kayak orang gila. Stress ya Om Iblis? Mau konsul? Saya punya kenalan psikolog handal." ujar Vio dengan senyum jahat terukir diwajahnya.
Pria itu, Lucian benar-benar seperti orang gila, Ia tersenyum sambil memejamkan mata seakan menikmati rasa sakit di tubuhnya. "Wahhh~ Lucifer mah juga sungkem nih sama om. Enak ya? Saya enakin lagi mau? " ujar Vio.
Ruangan itu hening, semua orang terpaku pada adegan Vio dan Lucian. "DOR!" Vio menembak Lucian, menembak tepat di daun telinganya. "AKHHHH! SIALAN!! SIAPA KAMU SEBENARNYA?!" amuk Lucian dengan pemberontakan badannya, Vio semakin menginjak tubuhnya ditambah satu kaki Vio yang lain ikut nenginjak telapak tangan pria itu.
"Saya? Mungkin orang yang di utus untuk balas dendam oleh semua orang yang anda siksa." ujar Vio sembari merendahkan wajahnya hingga bertepatan dengan wajah Lucian. Vio mendekatkan tangannya yang menggenggam belati lalu menggores wajah pria itu perlahan diikuti erangan kuat dari sang empu. Tangan Lucian yang satunya berusaha menghalangi tangan Vio untuk terus menyakitinya.
"Jleb!" "Don't touch me Mr. Devil." ujar Vio dengan belati yang sudah tertancap pada telapak tangan Lucian.
" BRUK!! "
" DOR! DOR!! "
" VIOO!! "
Pertarungan kembali pecah saat Heru, bawahan Lucian itu menembakkan dua peluru dari pistol anggota ILUSIONS yang ia rebut, dan setelah semua ILUSIONS meneriakkan nama Vio seketika semuanya kembali memanas.
"ANTAA?!!" teriak Vio melihat Anta yang ambruk di depannya akibat menghalangi peluru mengenai Vio. "Gawat!! Pelurunya tepat di bahu dan lengan! Kenapa lo ga gunain bagian tubuh lo yang ada anti pelurunya?!" panik Vio sambil menekan bahu dan lengan Anta yang banyak mengeluarkan darah.
"Bruk!" suara tubrukan dari belakang Vio menarik perhatiannya. Lucian mencoba lari dan menubruk ujung brangkar. Tampa ragu Vio langsung menarik pelatuk pistolnya " DOR! DOR! "
"ARGHHHHH SIALAN!! BITCH!" Vio tanpa ragu menembak kedua paha Lucian yang membuatnya ambruk. Setelah itu datang suara tembakan yang berurutan sekaligus mengakhiri misi ILUSIONS pada malam ini.
"Anta!! Bangun! Lo gaboleh pejamin mata lo!! Bangun gw bilang!!" ujar Vio sambil menepuk-nepuk kuat pipi Anta. "Anta?!!" panik ILUSIONS segera merapat ke arah Anta.
"Daniel! Keluar cari kendaraan apapun yang bisa bawa kita Anta ke rumah sakit!!" titah Vio. Daniel langsung berlari keluar. "Sea, Leo bantu gw angkat Anta bawa keluar!" lanjut Vio. Sea dan Leo mengangkat tubuh lemas Anta yang telah kehilangan banyak darah.
"Maaf gw gabisa selesain disini, gw harus temenin Anta kerumah sakit, ini karna gw." ujar Vio dengan raut menyesal kepada ILUSIONS lainnya. "Udah, gausah dipikirin soal disini Vi, lo temenin Anta aja biar kita yang urus disini. Tapi, jangan nyalahin diri lo sendiri. Itu bukan salah lo, gaada yang salah disini, ini semua konsekuensi kita atas pekerjaan kita ini." ungkap Ian.
Aran mendekat dan mengusap pelan bahu Vio " Benar, ini bukan salah lo. This is fate, Vio. " ujarnya. Vio mengangguk dan langsung berlari keluar untuk membawa Anta ke rumah sakit.
"Sekarang, kalian ikat semua orang ini, untuk dia, hentikan pendarahannya kita gamau dia mati semudah ini tanpa hukuman." ujar Aran, "dia" yang ia maksud adalah Lucian yang telah kehilangan kesadaran akibat banyak darah yang keluar dari tubuhnya.
"Setelah itu langsung antar mereka ke UNPER." lanjut Aran. "Setengahnya lagi, kita pulangnya belakangan ambil foto, barang atau apapun di sini untuk bukti tunjangan. Ian, bantu gw cari ruang kontrol CCTV." tambahnya. Semuanya langsung menyebar menjalankan tugasnya masing-masing.
... ✥...
Vio duduk sambil menangkup wajahnya tepat di depan ruang operasi. "Vio, kita obatin luka lo dulu yuk? Lo juga punya banyak luka." ucap Daniel. "Gamau. Gw mau mastiin Anta gapapa dulu. " balas Vio. "Tapi Vi- l"
"Lo aja dulu yang obatin luka, tuh luka lo masih pada basah. Udah sana gw nggaa apa-apa kok." Vio berusaha meyakinkan Daniel yang wajahnya sudah melihatkan protes akan ucapannya terlebih dahulu.
"Oke-oke, tapi abis itu lo harus obatin luka lo." balas Daniel yang di setujui oleh Vio. "Lo tuh juga Leo, sana obatin luka lo itu, gaenak banget liat muka lo pada lecet gitu." tambah Vio. Daniel dan Leo pergi meninggalkan Vio dan Sea disana. "Vi, lo butuh sesuatu ga? Mau gw beliin minum? Buat nenangin perasaan lo." ujar Sea.
"Beneran? Tolong ya Sea, air putih aja cukup." ujar Vio. "Oke, tunggu bentar ya Vi." balas Sea. Ia pergi meninggalkan Vio sendiri setelahnya.
Vio ngacak rambutnya, "Si Aran bodoh! Seharusnya lo pake bagian tubuh lo yang ada anti pelurunya kalo mau lindungin gw! Awas aja kalo lo ga bangun!!" ucap Vio. Ia mengambil ponselnya yang ia simpan di sabuk pistolnya. Vio mengaktifkan kembali ponselnya dan terlihan disana menunjukkan jam 02.52 dini hari. Notif Vio pecah saat ponselnya kembali menyala.
......»»---->To Be Continued<----««......