Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.
Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.
And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.
Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Twenty Six
Pagi ini Vio bangun lebih awal karena ia tak dapat tidur tenang semalaman karena kondisi jantungnya yang tidak bisa berada di dekat Levi, padahal saat ia gencar-gencarnya menggoda Levi jantungnya tidak sekacau itu. Tapi setelah ia mendengar pernyataan cinta dari Levi, ceritanya jadi beda.
Vio datang kedapur dan ia langsung membuka kulkas. Ia menatap isi kulkas, tiba-tiba ia teringat kembali kejadian kemarin yang membuatnya kembali memerah, apalagi semalam, ia terus berlari guna menghindari Levi yang terus menggodanya.
"Akhh!" kaget Vio tiba-tiba sebuah tangan besar telah memeluk badannya dari belakang. "Please! Ini masih pagi Tuhannnn!" ujar Vio lelah.
"Gw bisa-bisa kena serangan jantung lho ini." ujar Vio pelan sambil menguncang-guncang tangan Levi yang melingkari perutnya.
"Engh, kenapa bangunya pagi banget?" tanya Levi dengan suara seraknya. "Pak tolong, biarin jantung Vio bentar aja! Sana dulu, Vio mau minum juga ga tenang ini." ujar Vio. Levi menurut, ia berjalan lemah kearah meja makan dan menangkupkan dirinya di sana sambil memejamkan mata.
Vio berusaha menenangkan detak jantungnya, kemudian dia menatap Levi yang memejamkan matanya di meja makan. Ada sedikit rasa bersalah dihati Vio karena ia selalu menghindari Levi, tetapi ya bagaimana? Tiap Levi berada di dekatnya Vio merasa ingin mereog!
Vio menghampiri Levi dan duduk di sampingnya, ia memberanikan diri melawan gejolak di dadanya itu. Ia mulai menyentuh rambut Levi dan mengelusnya lembut. "Kalo masih ngantuk, ngapain turun?" ujar Vio lembut.
Levi terlihat makin nyaman dengan posisinya saat Vio mengelus kepalanya.
Vio bangkit beralih menuju kulkas melihat apa yang dapat ia jadikan sarapan tanpa perlu memasak. Vio mengambil daging kaleng yang siap makan lalu memasukkannya ke oven setelah itu ia mengambil beberapa sayur dan memotongnya, ia tengah berusaha membuat sandwich.
Vio berhasil membuat 6 potong sandwich dan ia menambahkan 2 roti selai. Vio berhasil karena membuat sandwich tidak memerlukan teknik memasak, ia hanya perlu menyusun sayur dan daging di tengah-tengah roti.
Vio kembali duduk di samping Levi, "Pak, bangun yuk. Kalo mau lanjut tidur di kamar aja, nanti punggungnya sakit kalo tiduran gitu." ujar Vio mengguncang sedikit bahu Levi guna menyadarkannya. Levi membuka matanya, objek pertama yang ia lihat adalah wajah Vio yang cantik dengan rambut yang ia cepol asal.
Levi bangun dan memeluk Vio sambil menghirup aroma Vio dalam. "Pak! Vio masih bau!" ujar Vio kalut. Ia berusaha untuk tenang menerima perlakuan Levi, sebab ia tak enak jika terus menghindari Levi yang mana juga ia sukai, kalau nanti Levi jadi berpindah hati gegara dicuekin Vio kan ga lucu.
"Wangi kok." ujar Levi sambil mendusel-duselkan wajahnya pada celetuk leher Vio. "Pak, geli ih!" ujar Vio tak nyaman. Ia mulai mengelus punggung Levi, "Pak, udah ayo mandi. Vio udah buat roti buat kita sarapan, kita sarapannya di tepi danau, yuk!" ajak Vio.
Levi bergerak cepat mengangkat Vio kepelukannya, Vio kaget dengan pergerakan cepat itu ia refleks melingkarkan kakinya di berut Levi. Levi berjalan kembali naik menuju kamar mereka.
"Oke, yuk kita mandi!" seru Levi dengan wajah jahilnya menatap Vio. Vio sontak meronta di gendongan Levi. "Gak!! Lepasin Vio!! Pak!" ronta Vio tak dihiraukan Levi, hingga mereka sampai di kamar.
"Pak! Vio bisa mati muda kalo mandi sama bapak sekarang! Gamau plis gamau!" ujar Vio menggeleng lucu. Levi terkekeh dan mendudukkan mereka di ujung ranjang, ia tak melepaskan Vio yang kini di pangkuannya.
"Kalo ga mau mandi bareng, morning kiss dulu." ujarnya sambil tersenyum melihat Vio yang telah memerah. "Dih! Mesum ah pak!!" ujar Vio seraya membuang muka.
"Tapi saya mesumnya kan sama istri saya." ujar Levi tenang. Kata Istri sontak membuat Vio semakin memerah.
"Jadi, kamu mau mandi sama saya atau morning kiss?" ujar Levi dengan wajah jahilnya. "Jan ngadi-ngadi deh pak! Udah sana mandi!" balas Vio.
"Saya hitung sampai 3, kalo kamu ga kiss saya berati kita mandi sama-sama." ujar Levi tak mau mengalah. Ia mulai berhitung dan saat hitungan kedua Vio cepat menempelkan bibirnya di bibir Levi dan ia menariknya beberapa saat kemudian.
"Vi, itu bukan kiss." ujar Levi menatap lekat istrinya itu. "Udah ih! Vio ga tau!" ujarnya. "Sini saya ajarin." balas Levi mulai memegang bagian belakang kepala Vio.
Vio cepat menangkup bibir Levi yang sedikit maju. "Gamau! Bau tuh mulut belum mandi!" ujar Vio turun dengan cepat dari pangkuan Levi dan ia menuju teras kamar guna membuka tirai dan pintu agar angin masuk kesana.
Levi terkekeh pelan, sekarang menjahili Vio telah menjadi hobi barunya. Ia berjalan memasuki kamar mandi dan mulai melakukan ritual mandinya.
... ✥...
Dua sejoli itu tengah duduk di bawah pohon rindang tepat di tepi danau yang sangat indah, airnya bersih dengan hiasan-hiasan bunga teratai di atasnya. Hanya beralaskan kain yang lumayan untuk dua orang, mereka menikmati sarapan mereka dengan tenang.
Vio makan dengan lahap hingga saos-saos dari sandwich yang ia makan belepotan di area bibirnya. Levi yang melihat itu merasa bahwa Vio versi terbuka itu amat sangat berbalik dengan image Vio biasanya.
"Pelan-pelan aja Vi, kenapa sih makan aja buru-buru?" ujar Levi pelan sambil menyerka sisa-sisa saos di bibir Vio dengan jari jempolnya. Hal yang tak terduga terjadi setelah itu, bukannya membersihkan tangannya dengan tisu, Levi malah menghisap jarinya yang tadi menyerka saos sisa Vio.
"Pak?!" kaget Vio melihat Levi yang memakan saos sisa darinya itu, wajahnya mulai merah padam. "Hm?" dehemnya seraya menatap Vio lekat, hanya itu tanggapan Levi.
"Jangan lari dulu ya Vi, makan yang bener nanti baru lari-lari." ujar Levi sebelum Vio mulai lari-larian lagi. Vio memang tak lari, tapi ia menjauh hingga ia duduk di tepi kain.
Vio menangkup wajahnya ke lutut yang ia tekuk, Levi memperhatikan Vio, entah kenapa sekarang Vio sangat lucu dan menggemaskan pikir Levi. Tubuh Vio terlihat mulai bergetar dan terlihat telinganya tengah memerah.
Levi mati-matian menahan tawanya, tak terbayangkan semerah apa wajah Vio sekarang. "Vi, selesaikan dulu makan kamu. Sini, ngapain kamu disitu?" ucap Levi sedikit bergetar sebab menahan tawa.
"Jangan ketawain Vio!!" teriak Vio masih dengan menangkup wajahnya. "Pfht-Hahahaha!" tawa Levi terlepas begitu saja saat mendengar suara Vio.
Vio yang mendengar tawa Levi mengangkat wajahnya, ia terpaku melihat tawa lepas Levi yang tak pernah ia saksikan. Levi bersusah payah menghentikan tawanya itu. Kemudian ia menyuruh Vio untuk mendekat kembali ke posisinya tadi.
Vio mendekat, bukan karena ajakan Levi melainkan ia ingin mengambil jus yang tepat berada di samping Levi.
Levi sengaja tak bersuara agar Vio dapat memakan sarapannya dengan tenang. Beberapa saat kemudian Vio telah menghabiskan 2 potong sandwich nya, ia sudah tenang dan sedang menatap lurus ke danau.
Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas di otaknya, ia mentap Levi cepat yang berada di sampingnya yang telah menatap dirinya. "Apa?" tanyanya melihat Levi yang terus menatapnya. Levi menggeleng pelan dengan menampakkan senyumannya.
Vio juga ikut menatap Levi lekat, "Mas?" ujar Vio pelan yang langsung di tangkap telinga Levi. Levi mendekatkan dirinya kearah Vio, "Ya, sayang?" ujarnya ikut memelankan suara. Sontak Vio membelalakkan matanya dan wajahnya kembali memerah.
Melihat pergerakan Vio yang ingin lari darinya, Levi dengan cepat menangkap tangan Vio dan menariknya. Vio berakhir jatuh menimpa Levi di bawahnya, hanya sebentar. Setelah itu Levi membalikkan posisi menjadi di atas Vio, ia menindih Vio.
"Ketangkep kamu." ujar Levi dengan senyumannya. Sedangkan Vio dibawahnya terlihat panik sambil tangannya menahan dadanya. "Coba ulang lagi, tadi manggil apa?" tanya Levi dengan senyuman yang semakin mengembang.
"P-pak lepasin Vio, jantung Vio sakit please!!" ujarnya. Bukannya beralih Levi malah menangkup tangan Vio yang berada di dadanya.
Ia membawa tangan Vio menuju dada kirinya dan ia tempelkan disana, "Sama kok, saya juga." Vio terpaku merasakan detak jantung Levi yang juga cepat dari telapak tangannya.
"Jadi, coba ulang, tadi manggil saya apa?" ujar Levi lagi. Vio hanya menggeleng kecil dibawahnya.
"Mm-mas." ucap Vio gugup. Levi tersenyum puas. "Cup!" Levi mengecup gemas pipi Vio "Iya sayang." sahut Levi dengan wajah senangnya.
Vio menangkup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, "HMMHHHH!!" teriak Vio dalam dekapan mulutnya.
Levi terkekeh pelan dan beralih menjauhkan tangan Vio dari mulutnya, satu tangan Vio ia tangkup disamping wajah Vio. Levi mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Vio, ia mengecup lama bibir kecil Vio yang tengah menjadi candunya.
Levi tak bergerak beberapa saat, setelah itu ia baru memulai melumat bibir kecil itu. Refleks Vio menggenggam tangan Levi yang sedang menangkup tangannya, juga tangannya satunya bertahan ke lengan Levi.
Levi melepaskan lumatannya, ia menatap Vio dalam. "Ayo, belajar kiss ya sayang." ujar Levi pelan di depan wajah Vio.
"Ikutin aja yang mas lakuin." Vio terbelalak kaget mendengar Levi menyebut dirinya dengan kata mas, efek geli dari kata sayang tadi belum pudar dari perut Vio sekarang di tambah lagi.
Levi kembali melumat bibir Vio, Levi meremas tangan Vio yang berada dalam genggamannnya sebagai isyarat agar Vio membalas ciumannya. Vio mencobanya awalnya ia menghisap bibir Levi kaku, tapi setelah merasakan sensansinya ia dapat mengikuti Levi.
Levi tersenyum dalam ciumannya merasakan balasan dari Vio. Levi menggigit ringan bibir Vio, "Akh-mm!" saat mulut Vio terbuka Levi langsung melumat dan mengecapnya, Levi bermain lembut ia mengabsen jejeran gigi rapi Vio, suara decapan keluar begitu saja di tepi danau yang sunyi itu.
Vio memukul-mukul lengan Levi, ia telah kehabisan nafas. Levi melepaskan ciumannya dan menyerka sisa perbuatannya di bibir Vio dengan jarinya. Vio terlihat ngos-ngosan, ia menghirup rakus oksigen di sekitarnya.
"It's so sweet, baby." ujar Levi pelan. "Ih!! Bapak mesum!!" teriak Vio yang mukanya sudah merah padam.
Perasaat Vio tengah acak-acakan sekarang, ia tak tahu bahwa menyukai seseorang semelelahkan itu. "Kok pak? Saya suka panggilan yang tadi." ujarnya sambil mengerutkan alisnya.
"Gamau! Gegara panggilan itu jantung Vio ga karuan! Vio capek tau?!" ujarnya yang membuat Levi terkekeh kecil.
Tangan Levi dengan beraninya turun menyentuh paha Vio, Vio yang mengenakan celana pendek memberikan akses untuk tangan Levi bermain di sana.
Levi mengusap pelan paha atas Vio. "P-pak?!!" kejut Vio akan kelakuan Levi yang sekarang tengah mencium daun telinganya.
Levi mencium dan melumat daun telinga Vio, "Mmh-pakh-" Levi semakin gencar melumat bahkan menggigit pelan telinga Vio "Mh- Ma-mas!" ujar Vio mengganti panggilannya karena Levi tak merespon saat di panggil dengan panggilan bapak. "Yes, call me mas." ujar Levi menatap Vio senang.
Tangan Levi yang masih berada di paha Vio, meremas gemas paha Vio itu. "Mas!! Tangannya itu! Ini diluar lho!!" ujar Vio memerah malu.
"Hm? Berarti kalo di dalem boleh?" ujar Levi jahil. "Heh!" balas Vio nyalang. "Tau ga? Kenapa sewa pulau ini tempat favorit orang pas honeymoon?" tanya Levi. Vio yang memang tak tahu menggeleng ringan.
Levi mendekat kearah telinga Vio yang masih memerah karenanya tadi, "Sebab, kita hanya tinggal berdua di pulau ini. Jadi kita bisa lakuin itu dimanapun dan kapanpun." ujar Levi sambil meremas paha Vio sensual, kemudian ia mengecup pelan leher jenjang Vio.
"Mas?! Please jangan macem-macem ya?! Ini jantung Vio aja sakit parah plis!! Bisa mati muda Vio!!" ujar Vio lucu.
Levi terkekeh kecil dan menjatuhkan dirinya keatas Vio, ia memeluk Vio gemas. Vio membalas pelukan itu, ia mengusap-usap kepala Levi yang berada di atas dadanya.
"Maaf, jika kamu takut. Mas ga bakalan lakuin itu kok, ini belum saatnya. Dan mas juga ga bakalan ngapa-ngapain kamu sebelum kamu siap." ujarnya dalam pelukan Vio. Vio tersenyum hangat mendengar penuturan orang yang selalu membuatnya tak karuan itu.
Mereka menghabiskan hari itu full dengan bermesra-mesraannya. Mereka memasak bersama, nonton, berendam bahkan di sore harinya mereka menghabiskan waktu di taman bunga yang ada di pulau itu. Hingga malam hari mereka terus saling menempel satu sama lain.
...»»---->To Be Continued<----««...
...Helloo~ sesuai janji, double up🤏🏻...
...Jangan lupa tinggalin vote dan komennya yaa...
...Mohon dukungan dan apresiasi readers😔...
...Bye byee~ see you in next part👋🏻...