dayn seorang anak SMA intorvert yang memiliki pandangan hidup sendiri itu lebih baik daripada berinteraksi dengan orang lain, tapi suatu hari pandangan hidupnya berubah semenjak bertemu dengan seorang gadis yang juga bersekolah di sekolah yang sama, dan disinilah awal mula ceritanya dayn merubah pandangan hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamdi Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perdebatan yang mulai membuat suasana tidak nyaman
saat itu, sudut kecil di belakang sekolah ini cuma tempat aku dan Rika duduk bareng, nonton anime. Rika memang nggak selalu bisa datang karena sibuk dengan tugas-tugasnya sebagai ketua OSIS, tapi setiap kali dia bisa, rasanya waktu itu cukup spesial. Kami sering ngobrol tentang anime yang kami tonton, saling berbagi pendapat tentang karakter dan cerita, dan aku bisa merasakan kalau Rika juga menikmati saat-saat itu.
Tapi sejak Rika ngenalin aku sama Meira, semuanya jadi berubah. Meira sering datang ke sini dan ngobrol soal anime. Kami jadi punya waktu tersendiri buat diskusi, dan aku merasa nyaman. Meira tahu banyak soal anime, dan aku jadi agak lebih terbuka kalau ngomong sama dia.
Hari ini, aku dan Meira duduk bareng di belakang sekolah, ngobrol tentang episode terbaru anime yang kami tonton. Meira selalu punya pandangan yang menarik dan berbeda soal cerita.
“Tapi aku rasa karakter utama ini kurang berkembang. Dia terlalu diam,” kata Meira sambil melihat layar ponselku.
Aku mengangguk, mencoba mencerna maksudnya. “Iya sih, mungkin. Tapi aku rasa itu yang bikin dia beda, nggak kayak karakter lain yang langsung berubah gara-gara situasi.”
Meira tertawa kecil, tampaknya setuju dengan pendapatku. Kami asyik ngobrol, sampai nggak sadar kalau ada yang mendekat. Begitu menoleh, aku lihat Rika berdiri di sana dengan senyum tipis. Dia duduk di sampingku dan langsung nimbrung, seolah obrolan kami sudah biasa diikutin.
“Oh, ngobrolin anime lagi?” tanya Rika dengan nada santai, tapi tatapannya agak berbeda dari biasanya.
Meira mengangguk sambil tersenyum. “Iya, kita lagi bahas karakter utama yang menurut aku agak kurang kedalamannya.”
“Oh, menarik,” jawab Rika dengan nada datar. “Tapi mungkin karakter itu memang dibuat gitu, simple dan nggak ribet.”
Meira melirik Rika, lalu mengangguk pelan. “Mungkin. Tapi kadang kalau karakternya terlalu datar, ceritanya jadi kurang seru, kan?”
Aku sedikit canggung di antara mereka. “Mungkin dua-duanya ada benernya. Karakter yang diam juga bisa punya daya tarik sendiri.”
Rika mengangguk, tapi aku bisa merasa ada yang nggak biasa dari cara dia menyimak. Sejak Meira mulai sering datang ke sini, Rika jadi lebih sering ikut nimbrung, bahkan di saat-saat dia seharusnya sibuk dengan tugas OSIS.
“Tapi Dayn nggak merasa bosan, ya?” tanya Rika dengan senyum yang agak berbeda. “Biasanya kan dia lebih suka nonton sendiri atau ya, cuma denganku.”
Meira tersenyum tipis, tapi tatapannya agak tajam. “Oh, Dayn nggak pernah bilang kalau dia terganggu. Lagipula, dia yang ngajak aku buat bahas anime ini, jadi ya, aku ikut aja.”
Aku merasa mulai canggung. Rasanya obrolan ini jadi nggak nyaman, mereka berdua seperti saling menyindir dengan cara yang halus, tapi aku bisa merasakannya.
“Aku cuma pengen pastiin Dayn nggak merasa terganggu,” kata Rika pelan, tapi nada suaranya agak berbeda. “Dia kan biasanya lebih suka sendiri, apalagi kalau lagi serius sama hobinya.”
Meira menatap Rika sejenak, lalu tersenyum. “Oh, aku paham. Aku juga nggak akan terus-terusan ganggu kalau Dayn nggak nyaman. Kami kan punya minat yang sama, jadi obrolan ini seru aja.”
Suasana mulai jadi aneh, dan aku mulai merasa canggung. Rika dan Meira biasanya nggak seperti ini, tapi sekarang aku merasa ada yang nggak beres di antara mereka.
“Hmm, ya. Aku cuma khawatir kalau Meira jadi terlalu asyik ngobrol, Dayn,” kata Rika, sambil menatapku dengan senyum yang agak kaku. “Dayn kan lebih suka nonton sendiri atau ya, cuma denganku.”
Meira tertawa pelan, lalu menjawab dengan suara yang santai. “Oh, tenang aja. Kalau Dayn nggak nyaman, pasti dia bakal bilang kok. Lagipula, kami cuma bahas anime, nggak lebih.”
Aku merasa bingung, antara Rika yang mulai kelihatan kesal dan Meira yang cuma ingin ngobrol lebih banyak soal anime. Obrolan yang tadinya asyik jadi terasa semakin menegangkan.
Bel tanda istirahat akhirnya berbunyi, mengakhiri obrolan yang semakin menegangkan. Begitu kami berdiri, aku lihat Rika dan Meira saling pandang sejenak, seolah ada pesan yang nggak terucap di antara mereka. Aku kembali ke kelas dengan pikiran yang penuh, merasa bahwa tempat kecil di belakang sekolah ini nggak lagi terasa nyaman seperti dulu. Keadaan jadi semakin rumit, dan aku nggak tahu bagaimana menyikapinya. Satu hal yang pasti, kehadiran Meira memang mengubah banyak hal, terutama hubunganku dengan Rika.
episode 9 bersambung