NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.


Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 9. CTMDKK

Aku menggeser tubuhku pelan sampai cukup dekat dengan Reza. Entah kenapa aku merasa sangat perih dan sakit.

“Haa? Mas … mas … mass Ridwan, tolong mas,” teriak ku karena ku kaget melihat ada dar*h yang muncul di daerah kewanit*an ku.

Luka ini seperti terbuka kembali, “Aw, perih, Mas tolong huhuhu,” teriak ku lagi.

Tak ada respon apapun darinya. “Mass …” teriak ku sekali lagi.

“Apa sih? Berisik! Lagi tidur di ganggu, lagi makan di ganggu! Apa sih mau mu? Manja sekali heran aku,” jawab nya masuk ke dalam kamar kami.

“Mas, tolong bawa aku ke rumah sakit mas, jahitannya kaya kebuka mas. Ada d*rah mas. huhu. Perih..” ucap ku dengan menunjuk ke arah luka ku.

“Apa sih? Rumah sakit lagi? Gila kamu! Udah nggak ada duit. Semua duit udah habis karena kamu cesar, Kita kan nggak ada bpjs. Kalau kamu operasi lagi tambah tekor aku. Mau pinjam uang darimana?” ucap mas Ridwan lagi.

“EMmm, Mas sakitttt …” rintih ku.

“Nggak ada, ini bersihkan sediri saja pakai ini nanti juga nyambung lagi lama kelamaan” ucap nya lalu pergi begitu saja.

“Mas, mas …jangan pergi huhu.. masss…”

Aku terus berteriak namun Mas Ridwan entah kemana dia. Aku tak mendengar suara nya lagi. Anakku reza terbangun karena teriakan ku tadi.

“cup, cup sayang. sini minum susu,” ucap ku.

Aku gendong dia lalu dengan menahan sakit ku, aku menyusui anakku dan menahan rasa sakit ku hingga dia tertidur lagi. “Aww …” rintih ku karena perih.

Aku berusaha meminta pertolongan pada adik kandung ku yaitu salma. Ku raih ponsel ku yang tergeletak di meja lalu ku pencet tombol hijau untuk menelpon salma.

“Halo mba?” tanya dia.

“Halo, salma tolong mba salma, mba sakit perih sekali jahitan cesar kemarin seperti terbuka lagi, tolong mba salma,”

“Loh kok bisa mba? Memang nya apa yang terjadi mba? Itu mas Ridwan kemana mba ?”

“Nggak tau, sekarang tolong mba dulu, plis. Sakit banget,”

“I-iya mba, salma naik gocar ya ke situ, kita ke rumah sakit.”

“Iya, jangan bilang ibu bapak, mba nggak mau mereka jadi khawatir,” ucap ku dengan merintih pelan.

“Tapi mba,”

“Salma, jangan … “

“Ya sudah mba, tapi salma nggak janji siapa tau salma keceplosan,”

Setelah itu, ku menunggu adikku datang menjemput ku. Ku lihat d*rah ini semakin menyebar ke sprei ranjang ku.

“Salmaa,” Panggil ku dengan rintih kesakitan.

Ku tengok ponselku yang benar saja ada telpon dari Salma.

“Sabar ya mba, sebentar lagi salma sampai. Salma sudah naik grab nih dari kampus. Udah hampir sampai.”

“Yaa ya mba tunggu,”

Sambil ku menunggu adikku datang, aku ambil selimut bayi agar anakku tetap hangat.

8 menit kemudian,

Tok tok tok tok

“Iya, buka aja nggak di kunci,” ucap ku.

“Mba? Mba? Mba pucat sekali mba? Ya ampun.. sebentar ku harus bawa baju mba nggak sih mba sama baju bayi juga?”

“Iya, minta tolong ya. tas nya dalam lemari.”

Adikku mengemasi bajuku untuk berjaga kalau aku harus di rawat inap. Selesai itu, dia menaruh kain jarik di paha ku agar tertutupi warna merah d*rah itu.

“Sebentar mba, ku udah pesen grab nya. Nah ini udah deket. ku bilang supir dulu biar bisa bantu naik ke mobil,”

“I-iya,”

Salma datang dengan seorang laki-laki yang sepertinya dia adalah supir gocar. “Sini mba reza biar aku yang gendong Reza.” ucap adikku.

Dia pun menggendong reza sementara laki-laki itu dengan sopan berkata, “Permisi ya mba, saya gendong mba saja ke dalam mobil,” ucap nya,

“Iya, terimakasih mas,”

“Sama-sama mba,”

Aku berpapasan dengan Nesa yang sepertinya akan ke rumah ku.

“Loh, mau kemana Yen? Kamu kenapa?”

“Mbak Yeni pendar*han lagi Mba Nes,” Jawab adikku.

“Ya Allah, Ridwan mana yen? Aduh, nanti wa aku ya dek. Kasih tau Yeni di rawat atau ngga. Nanti ku nyusul. Ku mau cari Ridwan dulu.”

“Iya mba.”

Setelah adikku di dalam mobil, kami pun berangkat ke rumah sakit. Ku raba perutku dengan tangan, “Darah? Salma ada darah?” ucap ku.

“Iya mba, nggak papa. Sabar ya mba kita sebentar lagi sampai kok, salma udah daftar lewat online juga mba, mba bertahan ya mba sebentar lagi kita sampai,”

“Tapi mba nggak punya uang salma. Kenapa nggak ke bidan saja?”

“Mba, tenang saja. Jangan di pikirin. Yang penting mba sembuh udah.”

10 menit kemudian kami sampai di rumah sakit. Perawat membantu ku untuk duduk di kursi roda. Dia pun mendorong kursi roda itu dan di bawa nya aku kedalam ruangan.

Sesampainya di ruangan, ku menunggu hampir 30 menit. Setelah itu, dokter mulai ulang menjahit sobekan yang terbuka di daerah kewanit*an ku.

“Mau di bius bu?”

Entah kenapa ku mengangguk, dokter pun menyuntikan obat bius padaku.

**

Beberapa jam kemudian, seperti di jam 2 siang.

Aku buka dengan berat mataku, seberkas cahaya membuat ku silau, “Eggggh, silau,” ucap ku.

“Mba, udah sadar mba? Bentar ya mba, ku panggil dokter dulu,” terdengar suara salma dari arah samping.

Ku berulang kali pejamkan mataku lagi hingga mata yang buram dengan perlahan membaik.

“Haa? Dimana aku?” ucap ku yang masih linglung karena obat bius.

Ku tengok kiri dan kanan ada gorden putih yang mengelilingi ku. perutku juga masih sangat perih dan sakit. Setelah beberapa menit, gorden terbuka dan muncul lah seorang laki-laki memakai jubah putih dan di belakang ada salma adikku.

“Selamat malam bu Yeni,” ucap sang dokter.

“Malam dok,” jawab ku lemas.

“Bagimana keadaan nya bu?”

“Masih perih dok,”

“Ya karena tadi kami lakukan jahit ulang bu, luka sempat robek dan terbuka. Jadi setelah ini mohon istirahat ya bu jangan beraktivitas yang berat dulu ya bu, jangan berdiri terlalu lama juga, jangan terlalu menekan perut nya ya bu, Jangan dulu melakukan aktivitas yang bisa membuat jahitannya terbuka lagi. Kalau jahitan sudah terbuka begini, harus extra full bed rest ya bu apalagi anda ada 2 jahitan di perut dan di v*gina nya” ucap dokter memperingati ku.

“B-baik dok,”

“Ya sudah, besok sudah boleh pulang, jangan lupa minum obatnya ya, saya permisi dulu,”

“Baik dok terimakasih,” ucap adikku.

“Mba, syukurlah mba. Mba, sebaiknya mba pulang saja dulu ke rumah mba setidaknya sampai mba sembuh saja gitu.” Ucap adikku.

“Entahlah, mba masih bingung. Nanti suami mba gimana? Oh ya, Reza dimana?” tanya ku mencari keberadaan anakku.

“Ada mba, Itu tidur di keranjang bayi. Tadi diambilkan sama perawat di suruh ditidurkan di situ” jawab adikku.

“Oh begitu. Sekarang jam berapa?”

“Jam 2 mba, Emmm mba sebenernya apa yang terjadi? Beberapa hari yang lalu saat salma, ibu, bapak nengokin mba. Nggak kaya gini, mba jatuh?”

Kembali teringat itu, aku tak kuasa menahan air mataku lagi. Ku sangat kecewa dengan mas Ridwan. Dia lebih menyayangkan uangnya habis daripada istrinya?

“Mba, kenapa? jangan sedih mba,”

Ku menangis, dia memeluk dan menenangkan ku dengan menepuk-nepuk punggung ku dengan pelan. Adikku membiarkan ku menangis sampai ku merasa air mata ku kering.

“Kalau orang sampai menangis Ketika ada pertanyaan kenapa , itu artinya ada suatu hal yang buat dia sakit hari dan trauma. Mba ceritakan saja padaku. siapa tau aku bisa bantu. “

Aku mengendus dan menceritakan dari awal sampai akhir

“Ya allah mba … Kenapa mas Ridwan begitu? Kenapa mba nggak pernah cerita mba, huhuhu. Ini pasti karena bu Marni itu.” Ucap adikku menangis.

Ku hanya diam, “Ya udah mba, mba pulang saja mba ke rumah kita. Salma nggak tega lihat mba di rumah itu lagi. Kalau suami mba saja tidak menghormati mba, semua orang di keluarga nya pun begitu mba. Jangan di biarkan seperti itu terus orang-orang itu. mau ya mba mau ya?”

“Mba memang ingin pulang, tapi mas Ridwan bagaimana? Mba nggak mungkin asal pergi tinggalin dia begitu saja. Dia suami mba,” Pikir ku begitu saja.

“Mba, salma tau itu. Mba, jika dia tau apa arti cinta suami pada istri yang sebenarnya. Pasti dia akan menghormati mba dan lebih memperhatikan mba seperti ini. Jika dia tau ilmu agama, dia akan selalu membela mba. Sikap nya itu sama sekali tidak mencerminkan cinta mba.”

“Dulu dia tidak begini”

“Mbak! Semua laki-laki sebelum menikah memang manis tapi setelah menikah, mereka menunjukan sifat aslinya. Segala hal indah waktu pacaran tidak seindah setelah menikah mba. Maaf walaupun salma belum berpengalaman tentang pernikahan, tapi Salma sering dengerin curhat dari temen Salma memang begitu semua laki-laki mba. Apalagi mertua mba, si bu Marni itu. Mba, ayolah jangan begini terus. Salma turut sedih melihat mba di perlakukan begini. Mba, ayo pulang sementara dulu saja. Sampai Mas Ridwan menjemput mba kembali, baru mba ikut bersamanya.” Jelas Adikku bijak.

Aku menganggukan kepalaku seraya setuju untuk pulang sementara ke rumah orang tua ku.

Bersambung …

1
Listya ning
Haii salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!