Kejadian pilu pun tak terduga menimpa Bjorn, para polisi menuduh dia sebagai kaki tangan seorang kriminal dan akhirnya ditembak mati secara tragis.
Bjorn yang tidak tahu alasannya mengapa dirinya harus mati pun terbangun dari kematiannya, tetapi ini bukanlah Akhirat.. Melainkan dunia Kayangan tempat berkumpulnya legenda-legenda mitologi dunia.
Walau sulit menerima kenyataan kalau dirinya telah mati dan berada di dunia yang berbeda, Bjorn mulai membiasakan hidup baru nya dirumah sederhana bersama orang-orang yang menerima nya dengan hangat. Mencoba melupakan masa lalunya sebagai seorang petarung.
Sampai saat desa yang ia tinggali, dibantai habis oleh tentara bezirah hitam misterius. Bjorn yang mengutuk tindakan tersebut menjadi menggila, dan memutuskan untuk berkelana memecahkan teka-teki dunia ini.
Perjalanan panjangnya pun dimulai ketika dia bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan dirinya.
(REVISI BERLANJUT)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudha Lavera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Malam di api unggun
Dimalam berikutnya, mereka semua berkemah bersama, duduk berempat melingkari api unggun di kesunyian malam. Mereka berbagi makan malam hasil buruan masing-masing.
Semuanya menjadi canggung, kecuali Bjorn, mata mereka tertuju kepadanya tanpa sepatah kata apapun "Apa? Apa ada yang salah?" tanya Bjorn.
"Iya? Apa? Kau bilang ingin makan burung? aku mendapatkan beberapa ikan segar, Sulpha dengan burung merpati nya, dan Neil membawa 5 ekor kelinci. Tapi lihatlah dirimu, Kau hanya meminum teh sejak tadi!" Amoria yang jengkel berdiri sambil menunjuk-nunjuk wajah Bjorn dengan ikan bakar ditangannya.
"Sebenarnya.. siapa dirimu? kau bahkan tidak memiliki kekuatan sihir maupun senjata kuno" tanya Sulpha.
"Sudah kubilang, namaku Bjorn ere-"
"Bukan itu maksudnya!" potong Amoria dan Sulpha.
"Dia itu cuma pria biasa tahu! berbeda dengan kalian yang manusia angin dan manusia ikan, beda nya, paman Bjorn bisa memukul pria berzirah hitam sampai terpental jauh, dan melempar batu besar" Sahut Neil.
"Tentara berzirah hitam? Mereka menunggangi phoenix bukan? pasukan serba hitam itu membakar habis desaku lalu pergi dengan kuda terbangnya" sambung Sulpha.
"Oh ya. Seorang tentara yang terpental jauh itu menjatuhkan kapaknya" sambil memperlihatkan kapaknya yang tergantung dipinggang Neil.
Sulpha tercekat "Neil? Kau tahu itu kapak apa?" tanya Elf itu yang berhenti meneguk minumannya dari botol.
"Yang aku tahu, kapak ini berwarna hitam legam dan sangat ringan digunakan"
"Tidak-- yah, memang-- tapi bukan itu.. Kapak yang sedang kau pegang itu, adalah Kapak dari istri pemimpin ras ular hujan. Konon ceritanya, kapak kecil itu dulu digunakan untuk menghukum para siluman dengan cara memotong setiap ujung ekor siluman ular yang memberontak" Ucap Sulpha.
^^^Ras ular hujan, adalah ras dengan habitat tinggal dibawah tanah yang gelap, mereka adalah suku yang damai sampai saat sang pemimpin ras memutuskan untuk bunuh diri karena tidak terima dengan kematian istrinya. Dengan kematian sang pemimpin tersebut membuat seluruh ras ular hujan berhamburan mencari tempat bernaung. Mereka adalah siluman ular yang bisa memanipulasi air hujan menjadi air asam ataupun air berbisa, dengan kata lain, mereka ahli dalam memanipulasi racun. Dengan kemampuan seperti itu, ras ular hujan yang tersisa dijadikan budak oleh para bangsawan untuk menggulingkan takhta kerajaan agar mempermudah kudeta.^^^
"Kau tahu banyak soal ini? Memangnya berapa umurmu?" tanya Amoria.
"Ah, aku masih muda"
"Berapa?"
"Tahun ini aku 97"
"97 maksudmu itu apa?"
"Umurku 97 tahun"
"Apa?! Beritahu aku rahasia awet muda mu! setidaknya rahasia itu akan aku gunakan kelak saat keriput mulai muncul diwajah cantik ini" Amoria menodong fakta.
Sulpha membalas senyum ramah "Terimakasih-- tapi! kau kan tahu aku ini dari suku elf?! sudah pantas aku awet muda, apakah daratan sudah membuatmu pikun? dasar setengah ikan" senyum ramah itu pudar dengan emosi.
"Hei! jaga bicara mu orang hutan"
Bjorn meletakkan beberapa kayu tambahan untuk api unggunnya yang sedang menyala, dan dengan penasarannya, Sulpha bertanya kepada Bjorn "Jujur, akupun terkejut mendengarnya. Aku kira Neil berkata bohong, tapi melihat kapak itu berada ditangannya membuatku yakin kau telah mengalahkan tentara berzirah hitam"
"Yang ingin ku tanyakan, kekuatan seperti apa yang kau kuasai?" sambungnya.
"Aku hanya ahli beladiri" jawab Bjorn sambil merapihkan kayu yang terbakar dengan tangkai dahan yang pendek.
"Beladiri? Sihir seperti apa itu?"
"Itu bukan sihir, bodoh. Itu keterampilan bertarung"
Senyum sebal terlihat jelas diwajah Sulpha "Selama aku hidup, kemampuan bertarung hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki badan besar dan membawa senjata khusus, aku tidak pernah dengar bertarung dengan tangan kosong adalah sebuah keahlian"
"Sulit menjelaskannya, kau juga tidak akan paham. Intinya ini tidak begitu sulit jika kau banyak berlatih"
Tubuh Bjorn tidak begitu besar seperti orang yang memiliki kekuatan super. Tapi, dia melatih tubuhnya untuk tidak berfokuskan pada otot, melainkan memfokuskannya pada kekuatan, dengan latihan kerasnya yang tidak masuk akal, kekuatannya sekarang sangat jauh dengan manusia normal.
"Aku juga ingat, dia sudah melemparku 2 kali dengan jarak yang jauh. Ya- jelas saja.. itu karena aku memang se ringan itu" Amoria yang duduk disebelah Sulpha ikut menyela dengan rona percaya diri.
"Tidak, kau cukup berat" sahut Bjorn.
"Heh! dasar tidak sopan! tidak sepatutnya pria mengatakan berat badan wanita!" jengkel Amoria.
"Iya, iya. Bagus, aku paham" Bjorn tiba-tiba sudah membaringkan tubuhnya, menutup telinga dan memejamkan mata seolah ingin tidur membelakangi Amoria "Oi! Kau dengar aku tidak rambut kuning!" Amoria semakin jengkel.
"Maksudmu, aku?" Sela Sulpha yang duduk di sebelahnya.
"Jangan ikut campur sialan"
"Aku- cuma bertanya.."
Neil tertawa melihat emosi Amoria yang meledak-ledak, gadis kecil itu sangat menikmati keramaian dan kehangatan, dia bangkit dari duduknya dengan sedikit gelak tawa, lalu mengambil arang yang sudak tidak panas didepannya. Perlahan dia mendekati Amoria, dengan cepat arang ditangannya di coretkan pada pipi duyung yang sedang memaki Sulpha itu.
Cepat-cepat Neil berlari memutari api unggun sambil tertawa kencang "Neil! apa yang kau lakukan pada wajah cantik ku?! jangan belajar kurang ajar pada ku!" Seru Amoria sambil mengejar nya dari belakang.