Bertahun-tahun aku berusaha melupakan kenangan kelam itu, namun mimpi buruk itu selalu menghantuiku bahkan setiap malam. Akupun tidak bisa bersentuhan dengan laki-laki. Entah sampai kapan ini akan terjadi. Ku kira selamanya tidak akan ada pria yang masuk dalam hidupku. Hingga dia datang dan perlahan merubah kepercayaanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Kantor Nasya
Sore harinya.
Juna memeriksa sendiri persiapan aula sebelum digunakan. Dia ingin memastikan secara langsung kalau tidak ada kekurangan saat nanti akan digunakan untuk acara.
"Apa semuanya sudah siap?" tanya Juna pada bagian dekorasi.
"Iya, Pak. Saya sudah memeriksa semuanya." Jawab staf bagian dekorasi yang menghentikan sejenak pekerjaannya untuk menanggapi Juna.
"Bagus. Pastikan tidak ada yang terlewat!" ujar Juna mengingatkan
"Baik, Pak"
Juna berbalik dan pergi menuju bagian dapur.
"Bagaimana dengan hidangan yang akan disajikan nanti?" Juna bertanya pada kepala koki sambil memperhatikan para koki yang masih sibuk menyiapkan aneka hidangan.
"Kami hanya tinggal membuat dessert dan menatanya dimeja hidang saja, Pak." Jawab kepala koki mewakilkan keseluruhan.
"Baiklah. Pastikan semua makanan dengan baik. Jangan sampai ada makanan yang salah. Ingat juga kebersihan dan kesehatan makanan. Aku tidak mau hal buruk terjadi."
"Baik, Pak."
Juna berjalan pergi meninggalkan dapur dengan tenang untuk kembali ke ruangannya.
Tring
Saat dia sedang berjalan, tiba-tiba ponselnya menerima sebuah pesan.
"Bos, aku aku sudah tiba."
Sebuah pesan singkat yang dikirim oleh Wiguna.
"Baiklah. Kamu bisa istirahat terlebih dahulu. Aku tidak bisa meninggalkan hotel sekarang. Kita akan bertemu besok saja." Juna membalas pesan singkat yang diterimanya, lalu memasukkan kembali ponsel kedalam saku celananya.
...****************...
Malam hari pun tiba. Karyawan dikantor Nasya tidak ada yang bekerja lembur. Mereka dipersilahkan pulang lebih awal agar semuanya dapat menghadiri pesta yang dibuat pak Wira pada malam hari.
Kini satu persatu dari mereka telah tiba di aula hotel. Ada yang memilih untuk pulang lebih dulu dan bersiap dengan penampilan baru, ada juga yang memilih menunggu hingga waktunya tiba, seperti Nasya dan Lia.
"Lihatlah, sepertinya semua orang menunjukkan penampilan terbaik mereka." Lia bicara pada Nasya setelah melihat penampilan dari rekan kerja mereka.
"Sepertinya begitu." jawab Nasya singkat.
"Tadi aku sudah mengajakmu untuk pergi ke mall lebih dulu, tapi kamu malah tidak mau." Lia menggerutu pada Nasya dengan bibir mengerucut.
"Untuk apa? Ini hanya pesta penyambutan biasa aja kan?" Nasya menanggapi dengan malas.
"Setidaknya kita menunjukkan penampilan terbaik." ujar Lia lagi dengan nada kecewa. Nasya tidak menanggapi ucapan Lia dan terlihat tidak peduli. Dia hanya memperhatikan hampir setiap sudut ruangan yang dipenuhi banyak orang.
"Ternyata ramai sekali. Ruangannya hampir pebuh dan begitu banyak laki-laki." pikir Nasya dengan raut wajah khawatir.
Lia melihat wajah Nasya yang suram. Diapun bertanya pada teman dekatnya itu.
"Sya? Kamu kenapa? Kenapa wajahmu tidak enak dilihat begitu?" tanya Lia penasaran.
"Tidak. Tidak ada apa-apa." Nasya menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan Lia sambil tersenyum tipis.
"Kamu yakin?" tanya Lia lagi sedikit tidak percaya.
"Iya. Tidak perlu khawatir. Sebaiknya kita nikmati saja pestanya. Ayo kita cicipi makanan yang ada!"
Nasya mengalihkan pembicaraan dengan Lia dan mengajaknya untuk mencoba hidangan yang ada. Dia dan Lia saling bergandengan tangan untuk menikmati makanan. Meskipun jika diperhatikan, Nasya sedikit berhati-hati ketika dia berjalan agar tidak bersentuhan dengan pria.
Dari kejauhan terlihat Juna dan Yudi yang juga sedang berada di aula untuk memeriksa apakah ada yang kurang atau tidak.
"Dia kan...?" pikir Juna ketika melihat Nasya dan Lia sedang berbincang. Dahinya berkerut ketika melihat kedua gadis itu berjalan menuju meja hidang.
"Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat tidak nyaman?" pikir Juna lagi melihat Nasya seakan takut saat melewati laki-laki.
"Pak, sepertinya disini tidak ada masalah. Anda bisa pulang dan beristirahat. Kita bisa mempercayakan semuanya pada staf yang bertugas". Yudi bicara pada Juna setelah memperhatikan pesta yang sepertinya berjalan dengan lancar.
"Kita tidak boleh lengah. Acaranya bahkan belum dimulai. Pestanya masih panjang." Juna menanggapi Yudi tanpa mengalihkan pandangannya dari Nasya. Dia terlihat sangat penasaran dengan gelagat Nasya yang terlihat aneh.
"Baik, Pak" Yudi tidak mencoba berdebat dengan Juna dan kembali memantau sekeliling.
"Kenapa seorang direktur pelaksana masih harus memantau sebuah acara di aula? Jika aku jadi dia, maka aku tidak akan repot-repot seperti itu." Pikir Yudi yang sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Juna.
......................
"Kenapa aku tidak melihat Alex?" tanya Lia pada Nasya.
"Entahlah. Aku juga tidak melihatnya. Apa mungkin dia tidak datang kemari?" ujar Nasya menanggapi Lia.
"Perhatian semuanya! Karena ini adalah pesta yang dibuat oleh Pak Wira, tentu kita harus berterima kasih padanya dan membantunya dimasa depan. Mari bersulang untuk pak Wira." Seorang karyawan yang ditunjuk sebagai pembawa acara menarik semua perhatian agar tertuju padanya. Diapun mengajak semua orang untuk bersulang. Meskipun hanya jus dan sirup saja yang disediakan.
"Bersulang! Terima kasih pak WIra!" Teriak smeua orang sambil mengangkat gelasnya ke atas.
"Sama-sama. Saya mohon bantuan kalian semua kedepannya. Dan semoga kita smeua bisa bekerja sama." Pak Wira menanggapi karyawannya sambil mengangkat gelas miliknya juga.
"Nikmati pestanya!"
"Uuuu"
Teriak pak Wira yang dilanjutkan dengan teriakan para karyawan lalu suara musik yang menggelegar dari sebuah band yang disediakan pihak hotel.
Semua menari dengan gembira. Dan tanpa sengaja Nasya dan Lia mulai terbawa kerumunan.
"Ayo Sya, kita ikut saja!" teriak Lia sambil ikut menari, namun Nasya sama sekali tidak nyaman. Dia mulai merasa tidak sesak.
"Aku akan ke toilet dulu!"
Nasya langsung berbalik pergi meninggalkan Lia dan mencoba bertahan melewati kerumunan rekan kerja laki-laki dan perempuan yang sedang menari. Dia memegangi dadanya dan sesekali menutup mulutnya untuk menahan mual.
Tanpa Nasya sadari, Pak Wira terus memperhatikannya dan mengikutinya dari belakang ketika melihat Nasya menjauh dari Lia.
"Sya! Nasya!" teriak pak Wira memanggil Nasya ketika mulai berada di tempat sepi.
Nasya menoleh mendengar suara pak Wira. Dia menahan rasa mualnya dan sesekali menarik napas panjang untuk mengatur napasnya.
"Ada apa, Pak?" tanya Nasya yang berusaha terlihat baik-baik saja.
"Kenapa kamu meninggalkan pestanya?" tanya pak Wira dengan sikap yang ramah.
"Oh, saya mau pergi ke toilet, Pak"
"Bukankah toilet ada disebelah sana?" ujar pak Wira sambil menunjuk arah toilet.
Pandangan Nasya mengikuti arah telunjuk pak Wira.
"Oh ada disana ya? Saya tidak tahu, Pak. Kalau begitu saya permisi." Nasya hendak berbalik dan pergi meninggalkan pak Wira, namun langkahnya terhenti.
"Kenapa terburu-buru? Bukankah kita bisa berbincang sebentar?" Pak Wira menahan sebelah tangan Nasya dan bicara dengan nada menggoda.
Dari kejauhan Alex melihat mereka bersama. Dalam pandangannya terlihat seakan Nasya dan pak Wira sedang bergandengan tangan dengan mesra.
"Cih! Ternyata ingin naik ke atas melalui jalan pintas." gumamnya mencibir lalu berbalik pergi menuju aula.
"Apa yang anda lakukan? Lepaskan tangan saya, pak!" Nasya bicara sambil berusaha menarik tangannya. Dia juga berusaha mengatur napas agar terlihat baik-baik saja.
"Nasya, tidak perlu menolakku. Kamu tahu kan kalau aku ini atasan kamu. Aku bisa menjanjikan posisi yang bagus untukmu." ujar pak Wira sambil tersenyum tanpa melepaskan tangan Nasya.
" Jika anda tidak melepaskan tangan saja, maka saya akan teriak!" Nasya terus meronta agar pak Wira melepaskan tangannya.
"Silahkan saja. Memangnya siapa yang akan mendengar teriakanmu?"
"Hah hah hah. Bagaimana ini? Aku sudah tidak kuat lagi. Dadaku sudah semakin sesak, perutku mual, kepalaku sudah terasa pusing. Apa ada seseorang yang bisa menolongku?"
tapi tetep suka karena sifat laki²nya tegas no menye² ...