karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja
Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.
Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
arwah sushi
"Hala, cuma iseng aja kemarin."
"Udah jam sebelas, kamu baru sarapan?"
"Hehe, iya, soalnya males bangun pagi, ga ngapa-ngapain, pekerjaan rumah diurus semua sama pembantu. Tapi kamu jangan keseringan bangun siang, biasain bangun pagi, nanti kalo kamu punya suami, pandangannya jadi buruk, dikira kamu pemales."
"Siap," ucap Tanty.
"Oh, yah, nanti malem, kesini lagi, Lang."
"Ngapain?"
"Jalan-jalan ke angkringan di sana, rame, tau. Gimana, yah?"
"Ayo, lah, Lang, sekali aja, pliss."
"Hmm, pliss."
"Iya, deh, nanti malem, aku kesini."
"Yes, awas kamu, kalo ga kesini."
"Iya."
"Kamu udah makan belum, Lang?" tanya Tanty.
"Udah."
"Halah, kamu pasti belum makan siang, udah, ayo makan disini."
Galang langsung ditarik Tanty menuju meja makan.
"Mewah," ucap Galang ketika melihat makanan yang ada di meja makan.
"Nih, kamu makan," ucap Tanty sambil menyodorkan piring berisi nasi.
"Oke," ucap Galang tanpa basa-basi. Galang menikmati semua makanan karena baru pertama kali Galang makan makanan mewah, jadi terlihat Galang seperti orang kelaparan.
Tanty hanya memperhatikan Galang makan.
"Pelan-pelan aja, Lang. Makanya kamu makan kaya orang kelaparan," ucap Tanty.
Galang tidak menjawab, tetapi masih sibuk makan. Beberapa menit, Galang selesai makan.
"Lang, kamu mau ke taman lagi, ga?" tanya Tanty.
"Ga, ah. Aku mau ke rumahnya Bi Indah," jawab Galang.
"Ngapain?"
"Numpang makan."
"Isshhh!" Tanty mencubit perut Galang.
"Awww... ngusir hantu di sana, katanya di rumah Bi Indah, anak-anaknya sering kerasukan."
"Ohhh... aku ikut."
"Kamu berani sama hantu?" tanya Galang.
"Kalau ada kamu, aku berani."
"Ya, udah. Ayo!"
Galang langsung menuju sepeda motornya, dan Tanty membonceng. Galang menggas motornya menuju alamat yang sudah diberikan Bi Indah.
Beberapa menit perjalanan, akhirnya Galang dan Tanty sampai di rumah Bi Indah.
"Wah, bagus juga rumah Bi Indah," ucap Tanty.
"Rumahnya emang bagus, tapi di sini angker. Pantas aja harganya murah," ucap Galang pada Tanty.
Galang dan Tanty akan memasuki halaman rumah, tetapi tiba-tiba ada seorang gadis berlari menuju arah Tanty dan mencoba mencakar.
"Ahhh!" teriak Tanty ketika tubuhnya ditarik Galang.
Para warga langsung banyak yang berdatangan memegangi gadis tersebut, tetapi tenaga gadis tersebut sangat kuat, membuat orang-orang kewalahan.
"Pake banyak warga lagi, gw jadi ga bisa ngeluarin tuh media, nanti di kira gw dukun. Oh, yah, gw tau. Singo, tunjukan wujudmu pada jin itu, suruh dia keluar dari tubuh gadis itu."
"Baik, tuan."
Gadis tersebut membelalakan matanya ketika melihat kepala singa yang bahkan lebih besar dari rumah Bi Indah.
"Keluar dari manusia itu, atau sekarang juga aku makan kau!" ucap Singokolo.
Gadis tersebut langsung lemas dan jatuh pingsan.
Para warga membawa gadis tersebut masuk, dan Galang juga ikut masuk bersama dengan Tanty. Saat Galang masuk, nampak wanita dengan baju pengantin sedang duduk di sofa. Nampak wajah wanita tersebut hancur.
"Apa dia yang tadi merasuki gadis itu, Singo?" tanya Galang.
"Iya, tuan."
"Baiklah." Galang langsung menarik paksa wanita tersebut, membuatnya kaget karena tidak bisa melawan dengan cengkraman tangan Galang. Galang membawa wanita ke toilet.
"Mau ke mana, Lang?" tanya Tanty.
"Toilet, kamu tunggu aja di situ."
Galang memasuki toilet dan memegangi wanita tersebut.
"Siapa kamu? Kenapa kamu merasuki gadis tadi?" tanya Galang.
"Aku... aku adalah Sushi. Aku dibunuh oleh suamiku sendiri saat malam pertama."
"Pantas aja dia masih pakai baju pengantin."
"Kenapa mukamu hancur, dan kenapa kau dibunuh?"
"Mukaku hancur karena disiram air keras olehnya. Aku dibunuh karena dia tidak cinta padaku. Tetapi karena dia punya hutang padaku, makanya dia nikah denganku. Waktu itu aku janda, tidak ada yang mau menikah denganku karena aku mandul. Saat malam pertama, aku sangat senang, akhirnya bisa kembali punya suami, tetapi di luar dugaanku, suami baruku langsung membunuhku dan menaruh jasatku di belakang lukisan." ucap Sushi sambil menangis.
"Jadi kau gentayang karena ingin balas dendam pada suamimu?"
"Bukan suamiku, sudah meninggal sejak lama. Tetapi aku gentayang karena jasatku masih di belakang lukisan. Aku merasuki anak-anak itu karena tutur bahasa mereka tidak sopan menurutku."
"Oh, jika jasatmu ditemukan, apa kau tidak akan gentayang lagi?"
"Tentu saja."
"Baiklah."
Galang keluar menuju ruang tamu dan menemui gadis yang tadi kesurupan. Bukan hanya gadis tersebut, tetapi anak-anak yang lain juga ada, total lima anak. Galang duduk di sofa.
"Mbak, mas, perkenalkan, nama saya Galang. Saya tahu kenapa rumah ini angker, dan kenapa kalian bisa sering dirasuki."
"Mas Galang, kan orang yang kemarin viral," ucap salah satu warga.
Seketika para warga dan anak-anak Bi Indah mendengarkan penjelasan Galang.
"Gimana, Mas Galang?" tanya anak Bi Indah.
"Jadi gini, di rumah ini ada jasat, makanya arwahnya gentayangan di sini, dan kenapa kalian kerasukan karena arwah tersebut tidak suka dengan tutur kalian yang menurutnya kurang sopan."
Para warga dan anak-anak Bi Indah kaget mendengar ada jasat di rumah ini.
"Telepon polisi," ucap salah satu warga.
Beberapa menit kemudian, polisi datang.
"Di mana jasatnya?" tanya salah satu polisi.
"Ikut saya, Pak," ucap Galang, dan diikuti oleh polisi dan beberapa warga.
Galang sampai di kamar yang paling besar. Nampak pintu digembok.
"Ini ga ada kuncinya," tanya Galang pada anak Bi Indah.
"Ga ada, Mas, dari awal emang gitu, ga tau kuncinya kemana."
Mendengar jawaban itu, Galang langsung mendobrak pintu tersebut. Seketika rantai langsung putus, dan pintunya juga lepas. Galang masuk ke kamar tersebut. Nampak kamarnya sangat berantakan, debu di mana-mana, pecahan botol kaca juga berserakan.
Galang memindahkan lukisan yang sangat besar. Di balik dinding ini, Pak," ucap Galang.
Polisi dibantu para warga langsung membongkar dinding tersebut. Setelah beberapa menit, akhirnya jasat tersebut terlihat. Nampak jasatnya hanya tinggal tulang belulang, dan masih memakai baju pengantin.
Melihat ekspresi wajah Tanty yang pucat, Galang menarik Tanty keluar ruangan.
"Udah, masalahnya beres, yok pulang aja," ajak Galang.
"Ayo," ucap Tanty.
"Hebat, Mas Galang bisa tahu ada jasat di situ," ucap para warga.
"Biasa aja, Pak," ucap Galang.
Galang menjalankan motornya ke rumah Tanty. Beberapa menit perjalanan, Galang sampai di rumah Tanty.
"Lang, kamu mau langsung pulang?" tanya Tanty.
"Iya, aku takut Ibu nyariin kalo pulang sore," ucap Galang.
"Ya, udah. Tapi ingat, nanti malem kesini lagi," ucap Tanty.
"Ngapain?" tanya Galang pura-pura lupa.
"Isshhh!" Tanty mencubit perut Galang.
"Aduhhh... iya, nanti malem kesini," ucap Galang.
"Janji," ucap Tanty sambil menyodorkan kelikingnya dan dibalas oleh Galang.
"Ya, udah. Aku pulang dulu."
"Iya, hati-hati," ucap Tanty.
Galang menggas motornya menuju Desa Mergosari.
"Semenjak gw ngalahin ibunya Tanty, apa dia masih menggagu Tanty?" gumam Galang dalam hati.
"Udahlah, ga usah dipikirin."
Malam pun tiba, saat ini Galang sedang bersiap ke rumah Tanty.
"Mau kemana lagi kamu, Lang? Pergi-pergi terus," tanya Bu Sari.