"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Setelah perjanjian
Ada tiga poin penting yang terdapat di dalam isi dari surat iniperjanjian yang Keiya berikan kepada Rimon.
Yang pertama, setelah pihak B menandatangani surat perjanjian ini, maka pihak B bisa dikatakan telah berjanji untuk menikahi pihak A di masa depan. Jika di langgar, maka pihak B akan menerima konsekuensi yang akan diberikan oleh pihak A.
Yang kedua, perjanjian ini akan terputus atau dianggap selesai, apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran, kekerasan, menyakiti pihak lain, ataupun tindakan mengancam yang membahayakan pihak lain.
Yang ketiga, kedua belah pihak boleh melakukan apapun dengan pihak masing-masing jika dalam keadaan genting atau sudah mendapatkan izin dari pihak yang bersangkutan.
Kira-kira seperti itulah isi dari surat perjanjian aneh itu, dengan terpaksa akhirnya Rimon pun menyetujuinya. Hal itu sontak membuat semua orang di keluarga Ester bertepuk tangan dan mengucapkan selamat kepada Keiya, nona mereka.
"Yatta! Kak Rimon sudah menandatangani surat perjanjiannya! Terimakasih kak!" teriak nyaring Keiya yang kegirangan.
Dia terus memegang tangan Rimon yang berkeringat dingin. Ingin rasanya Rimon segera menghempaskan gadis kecil itu hingga terjungkal kebelakang, tapi itu hanya ada didalam angannya, Rimon yang memiliki hati lembut bahkan tidak berani menyentuh Keiya yang rapuh itu.
PROK! PROK! PROK!
Suara dengungan tepuk tangan yang menggema membuat Rimon sakit kepala. Dia tidak tahu, kenapa dia mesti terjebak di dalam situasi itu? Semua jawaban hanya ada pada keluarga Ester yang memaksanya dengan menandatangani surat perjanjian kekanak-kanakan tersebut.
"Selamat yang mulia!" kata Ami, pengasuh Keiya yang langsung berlari dan memeluk Keiya yang masih memegang tangan Rimon dengan erat.
Para koki, pelayan, Xiaodi, dan juga Kaizen ikut mengucapkan kata 'selamat' untuk Keiya. Tapi tidak dengan Rimon, dia tidak memiliki keuntungan apapun dari ketiga poin perjanjian itu, kecuali yang poin ketiga.
Rimon di ijinkan untuk melakukan apapun kepada Keiya, tapi apa yang akan Rimon lakukan dengan gadis kecil yang masih berumur 15 tahun itu?
"Terimakasih Tuan Rimon. Sekarang anda boleh kembali, untuk uang sudah saya transfer, dan kami akan mengantarkan anda sampai ke tujuan dengan selamat," Kaizen secara langsung mengucapkan terimakasih kepada Rimon.
Rimon yang sudah muak berada di rumah itu langsung membuka celemek dan pamit undur diri. Anak buah pak Kaizen langsung mempersiapkan mobilnya untuk mengantar Rimon kembali ke restoran.
Keiya kembali di gendong oleh Xiaodi layaknya bayi, dia melambaikan tangannya dengan bersemangat begitu mobil yang Rimon naiki melaju meninggalkan rumah keluarga Ester yang aneh itu.
"Apa aku sudah salah berurusan dengan keluarga yang mencurigakan itu?" gumam Rimon sembari menekan-nekan pelipisnya yang terasa sakit dan pening.
...----------------...
Di keesokan harinya, resto milik Rimon di datangi oleh seorang gadis kecil yang bernama Keiya Ester. Gadis itu datang sendirian, entah darimana datangnya, tapi saat itu Keiya sedang tidak bersama pengawal-pengawalnya.
"Selamat datang di resto kami! Silakan duduk dengan nyaman, ini daftar menu yang kami sediakan, jika ada makanan yang ingin anda makan tapi tidak ada di daftar menu, anda bisa memesannya secara khusus karena koki utama kami bisa memasak apa pun untuk para pelanggan setia," sambut salah seorang pegawai resto yang bernama Ika itu mengarahkan Keiya ke meja pojok yang menyuguhkan pemandangan ladang sayuran di belakang resto.
Dengan manut Keiya duduk di meja yang diarahkan oleh Ika untuknya, kemudian ia membolak-balikkan daftar menu dan melihat-lihat menu yang tersedia di resto ini.
"Yaya ingin memesan makanan terenak di resto ini, pokoknya semuanya yang enak-enak, ah dan satu lagi, bisakah kau memanggilkan koki Rimon untukku?" kata Keiya tersenyum kepada Ika yang kebingungan.
"Maaf tapi, apakah anda sudah melakukan janji temu dengan koki Rimon sebelumnya?" tanya Ika memastikan.
"Tidak ada," sahut Keiya polos.
"Hmm, maaf ya Nona. Tapi jika anda belum melakukan janji temu dengan koki Rimon sebelumnya, maka anda tidak bisa menemuinya," jelas Ika.
"Kalau begitu, beritahu koki Rimon nanti, Keiya Ester ingin bertemu dengannya di resto ini besok. Untuk makanan yang tadi aku pesan, hitung semua tagihannya, aku akan membayarnya," kata Keiya yang terlihat murung karena kecewa tidak bisa bertemu dengan Rimon.
Ika yang kebingungan pun hanya bisa manggut-manggut dan mengambilkan semua total tagihan yang harus Keiya bayar, meski makanannya belum siap. Keiya langsung membayar dan kemudian pergi tanpa menunggu makanan yang telah ia pesan.
"Ika!" panggil Rimon kepada Ika yang terlihat bengong menatap struk pembayaran Keiya barusan.
"Iya ketua?" Ika berjalan mendekati Rimon yang berdiri sambil nyender di pintu dapur.
"Ada apa?" tanya Rimon sembari merapikan rambut Ika yang sedikit berantakan.
"Itu, tadi seorang gadis kecil yang mengaku bernama Keiya Ester ingin bertemu denganmu. Tapi tidak ku izinkan, karena kan nona itu bilang, dia belum melakukan janji temu denganmu sebelumnya," jelas Ika menunduk, dia takut Rimon akan memarahinya karena telah membuat keputusan sendiri.
Rimon terdiam, matanya mencari-cari keberadaan Keiya yang baru saja meninggalkan restonya. Rimon bertanya-tanya, kira-kira apa yang membuat Keiya mencari dirinya sehari setelah menandatangani surat perjanjian pernikahan konyol itu.
Melihat Rimon mencari-cari Keiya dalam diam, Ika merasa bersalah karena telah menolak permintaan gadis kecil itu. Padahal dia bukan siapa-siapa, dan Ika tidak berhak menolak permintaan seorang pelanggan.
"Apa kau marah? Aku tidak akan mengulanginya lagi, jadi-"
"Shutt! Diam lah sayangkuu, aku tidak pernah marah kepadamu. Udah ya?" Rimon memeluk Ika yang masih membawa nampan di tangannya. Ika yang malu pun, hanya bisa menyembunyikan wajahnya di dada Rimon yang lumayan bidang.
Para koki dan pelayan lain pun hanya bisa menggelengkan kepala mereka, melihat kelakuan atasan dan teman kerja mereka bermesraan di tempat kerja.
"Apa mereka berpacaran?" tanya salah satu koki kepada temannya yang sama-sama sedang menonton Rimon.
"Entahlah, ku tak pernah mendengar berita kalau mereka sedang berpacaran. Tapi menurutku, mereka terlihat lebih cocok menjadi seorang kakak adik daripada pacar," sahut temannya.
Koki yang tadi bertanya itu pun manggut-manggut menyetujui apa yang barusan temannya katakan.
"Benar, mereka terlihat kurang cocok untuk bersama, karena koki Rimon cocoknya bersanding dengan ku," kata koki itu yang sontak membuat para pelanggan dan pekerja disana terkejut.
"GAYYY!!!"