DEAL(Kesepakatan Klan)

Usstica memicingkan mata, mengangkat sebelah alisnya. Dari seberang lobi ia memperhatikan sang Kakek yang masih berbincang dengan tuan Xillas Codi.

Wajah Usstica merona seketika, entah apa yang dipikirkannya. Tiba-tiba ia melupakan tujuan awalnya, lalu melesat ke arah lain, tepatnya keluar istana.

Usstica adalah satu-satunya gadis yang mendapatkan hak istimewa yaitu diperbolehkan keluar masuk istana dengan bebas, bahkan diperbolehkan mengenyam standart pendidikan lebih tinggi dari perempuan lainnya di negeri itu.

Selain karena Usstica adalah putri pewaris utama keluarga Male, Usstica mendapatkan hak istimewa itu karena hatinya yang memang sangat baik, dan pemikirannya yang terbuka, tak pernah membiarkan warga di sekitar kediamannya kekurangan apapun. Usstica tak takut memberikan usulan-usulan diluar pemikiran para pria pada sang Kakek.

"Seandainya saja Math memiliki pemikiran cerdas sepertimu, betapa Kakek akan sangat bangga." ucap Mattew suatu ketika saat Usstica memberikan usulan mengenai penyelamatan kekeringan di negeri itu.

Usstica selalu menanggapi semua pujian sang Kakek hanya dengan senyum gelak manja, dan membuat sang kakek semakin menyayanginya.

Kali ini Usstica berlarian di jalanan luar istana, melewati beberapa pemukiman yang tak terlalu ramai. Gaun kebangsaan yang dikenakannya menarik perhatian banyak pasang mata. Namun Usstica tak terpengaruh, dan terus melangkah dengan hati yang sepertinya sangat bahagia. Sampai akhirnya ia tak sengaja menabrak tubuh seorang anak perempuan yang entah datang dari arah mana.

"Oh, maaf! kamu baik-baik saja? Aku tak melihatmu datang tadi," seru Usstica menghampiri tubuh anak kecil itu dan membantunya berdiri.

Wajah ketakutan bercampur kesakitan mendominasi wajah si gadis cilik. Bahkan ia hanya menunduk, tak berani menatap wajah Usstica. Bahkan ketika Usstica membantunya berdiri, tubuhnya tampak gemetaran.

"Maafkan adikku, dia tidak sengaja pasti." tiba-tiba suara seorang gadis mengagetkan Usstica.

"Oh?! Ah iya, jadi dia keluargamu? Aku juga minta maaf karena berlarian dengan tergesa tadi," ucap jujur Usstica dengan wajah ramah seperti biasanya.

"Kamu sepertinya seorang bangsawan. Terimakasih sudah mengampuni adikku. Sekali lagi kami minta maaf, dan mohon diri," seorang ibu yang berdiri disamping kakak si gadis kecil, menunduk lalu menghampiri anaknya.

"Hmm, sama-sama. Kalian sepertinya mau bepergian, mau kemana?" Usstica memperhatikan Bundelan yang dibawa si gadis cantik yang berdiri Kokok dengan ribut kuncir kuda dan poni berantakan.

Wajah serius dan keras, mendominasi tatapan sang kakak, menatap tajam pada Usstica yang menolong adiknya. si gadis menelan ludah beberapa kali, "Maaf kami sedang dalam pelarian dari para bandit, kami tidak bisa berlama-lama di tempat ini," ucapnya kemudian.

"Oh?! Kalian kenapa ... eh, begini saja. Aku rasa kalian sebaiknya ikut aku, akan aku tunjukkan tempat yang aman untuk kalian," usul Usstica merasa tak tega dengan keluarga itu.

"Tidak!! Bagaimana aku bisa percaya dengan bangsawan asing sepertimu!!" tegas si gadis merasa dirinya memiliki ciri fisik yang berbeda dengan si putri bangsawan.

"Jangan seperti itu, aku tahu tempat dimana semua ras bisa berkumpul tanpa membedakan darimana mereka berasal. Percayalah, aku mengumpulkan orang-orang seperti kalian agar bisa hidup nyaman." Usstica masih berusaha meyakinkan keluarga yang hanya terdiri dari dua perempuan dewasa dan satu gadis cilik.

"Mesh, ibu sudah kelelahan, bagaimana kalau kita coba menerima tawaran putri bangsawan itu, ibu rasa dia bukan orang jahat," bisik sang ibu pada putri tertuanya.

Benar! Mereka adalah Mesh Mayya, yang berusaha menjauh dari kampungnya di seberang sungai, berusaha melarikan diri dari kejaran para bandit jahat yang terus berusaha menghancurkan keluarga mereka.

"Benar, percayalah, aku bukan orang jahat. Lihatlah, kaki adikmu mulai berdarah, kalian pasti berjalan terus sejak pagi." Usstica begitu menunjukkan perhatian besar pada adik Mesh Mayya.

Maltica, ibunya Mesh Mayya menatap teduh pada putri sulungnya, berharap agar Mesh menerima kebaikan hati Usstica. Mesh Mayya memiliki pertimbangan kuat dan sangat sulit digoyahkan. Ia memilih mengikuti kata hatinya sendiri.

"Tidak, ibu. Kita bukan dari bangsa ini. Aku tidak bisa mudah mempercayai mereka. Bagaimana jika ujungnya kita pun hanya akan dijadikan budak oleh mereka?" Mesh mengungkapkan pendapatnya tanpa takut pada Usstica.

"Bangsaku memang ada yang masih mempergunakan kekuasaan sesuka hati mereka. Tapi tidak dengan keluargaku. Kami menjunjung tinggi hak-hak semua makhluk hidup," Usstica berusaha membujuk Mesh Mayya.

"Tidak. Semua bangsawan selalu mengaku mereka baik pada awalnya. Jangan dikira aku mudah diperdaya!" ucap tegas Mesh Mayya.

Liricca, adik Mesh pun berlari menghambur memeluk pinggang sang kakak, "Kita sebaiknya segera pergi, Kak. Aku takut."

Mendengar dan merasakan tubuh adiknya yang semakin gemetar, membuat Mesh tak tega. Mesh jongkok, memberinya air minum dan sepotong roti. "Naiklah ke punggung kakak, makanlah sambil kita terus melanjutkan perjalanan."

"Kami hargai jika memang niatmu baik. Tapi maaf sekali lagi, kami akan mencari sendiri hidup kami. Jika kamu memang orang baik, pasti kita akan bertemu lagi suatu hari nanti," pamit Mesh dengan tegas, lalu mengajak keluarganya melangkah meninggalkan Usstica yang tertegun.

Usstica menatap trenyuh pada keluarga perempuan itu. Namun di sisi lain, ia mengerti bagaimana perasaan dan kekhawatiran yang dirasakan Mesh Mayya.

Usstica menghela nafas, "Baiklah, aku tahu memang sulit mempercayai bangsa lain. Semoga kalian menemukan tempat yang baik untuk mendapatkan hidup yang layak."

"Ada apa Sayang? Kenapa berdiri bengong di sini?" Suara pria tampan mengagetkan Usstica dan membuatnya berjingkat.

"Eh?!!" reflek teriak kecil Usstica lalu menoleh ke sumber suara. "Iiiiiih, bikin kaget tau!!"

Usticca mencubit manja lengan kokoh si pria tampan. Wajah bangsawan melekat pada si pria, namun pakaiannya hanya mengenakan atasan dan celana bahan selutut yang sudah pudar warnanya dan sangat lusuh.

"Kenapa kamu di sini dengan pakaian seperti ini?" Si pria melepaskan mantel lusuhnya, lalu menutupkannya pada bagian dada Usstica. "Sudah aku katakan, putri bangsawan harus menjaga kehormatan. Jangan memakai baju terbuka dada begitu saat berkeliaran di luar istana."

"Kekasihku begitu menjagaku di sini, kenapa aku harus khawatir," jawab manja Usstica.

"Tidak, Usstica Sayang, aku tidak selalu bisa memantau gerakan lincahmu," sahut si pria berjalan mengiringi Usstica. "Jadi, apa yang membuatmu berdiri tertegun tadi?"

"Hmm? Oh, tadi ada satu keluarga dari ras campuran, mereka dalam pelarian dari bandit. Tapi menolak aku bawa ke camp." Usstica kembali menghela nafas, terpikirkan kembali betapa tegas pendirian Mesh. "Tapi, aku lupa menanyakan nama lengkapnya. Aku rasa ibunya tadi menyebut Mesh? Atau Mets? Entahlah."

"Jangan terlalu dipikirkan, nanti aku bantu menemukan mereka, jika memang perlu diselamatkan."

"Terimakasih, Sayang. Aku tidak tahu harus bagaimana mengucapkan syukurku." Usstica terus memuji sang kekasih.

"Apa yang aku lakukan, aku hanya bekerja membantu merealisasikan kebaikan hatimu. Aku bukan siapa-siapa jika bersanding seperti ini denganmu."

"Usstica!!!! Jadi kamu masih berani menemui pria miskin!!"

Entah datang darimana, Redrik, paman Usstica muncul dengan pasukan kuda dengan raut wajah marah.

...****************...

To be continue...