Kau Lah Hidupku

    Kesehatan Dian dan baby Abi sudah membaik mereka hari ini di bolehkan pulang ke rumah mereka disambut baik oleh Bu Soraya tapi tidak dengan tetangganya mereka malah pada membicarakan tentang status anak itu karena kalau dihitung pernikahan Dian dan Lukman baru delapan bulan tapi Dian malah sudah melahirkan.

     "Maaf kan aku ya bibi aku telah membuat bibi malu".

     "Nggak apa-apa di,pasti ada alasan sendiri sampai itu bisa terjadi".

    "Yang dikatakan oleh orang-orang memang benar sebelum aku menikah aku sudah hamil dan yang menghamili bukan almarhum mas Lukman tapi Andra".

    Mendengar itu semua Bu Soraya sampai syok Dian kemudian menceritakan kejadian yang dialami bersama Andra waktu itu.

    "Apakah Lukman tahu semua itu?"Tanya Bu Soraya.

    "Tahu bahkan dia yang menyuruhku untuk menutupi dari semua orang".

    "Apa kamu tidak meminta pertanggung jawaban dari Andra?".

     "Sudah mas Lukman sendiri yang mengantarku ke rumahnya tapi sudah terlambat Andra sudah pergi ke luar negeri".

"Apa kamu memberitahu orang tuanya?".

"Tidak bik,orang tuanya Andra orang kaya aku takut mereka tidak percaya sama aku"Jawab Dian"Biarlah aku membesarkan Abi sendiri aku pasti bisa aku akan berusaha menjadi ibu terbaik untuk Abi".

Seminggu telah berlalu hari ini Dian berkeliling menjual kuenya mengajak Abi karena Abi rewel tidak mau di tinggal.

Matahari begitu cerah hari semakin siang tapi dagangan Dian baru beberapa yang terjual Dian duduk di bangku taman.

Tak sengaja pak Hermawan lewat di depan Dian duduk beliau akhirnya berhenti dan turun dari mobilnya menyusul Dian berada.

"Dian sedang apa kamu disini?"Tanya pak Hermawan.

"Pak Hermawan"Kata Dian dengan setengah kaget.

"Kamu ngapain di sini bersama anakmu?"Tanya pak Hermawan lagi.

"Aku lagi berkeliling menjual kue pak"Jawab Dian.

"Kenapa kamu bawa Abi apa nggak kasihan bayi sekecil itu harus ke panasan".

"Tadi Abi rewel nggak mau di tinggal makanya aku ajak".

"Sekarang kamu tinggal sama siapa?".

"Sama bibiku pak beliau juga sibuk jualan di depan rumah".

"Pulanglah ini aku kasih untukmu dan Abi"Suruh pak Hermawan sambil mengulurkan beberapa lembar uang ratusan ke Dian.

"Maaf pak aku tidak bisa menerimanya,pak Hermawan sudah terlalu baik sama aku dan Abi aku nggak bisa menerimanya lagi".

"Tapi aku tulus dan tidak mengharap imbalan apapun".

"Aku tahu pak bapak orang baik tapi aku nggak mau membiasakan diriku bergantung pada orang".

"Kalau kamu nggak mau menerima uang ini cuma-cuma aku akan borong kue kamu"

'"Bapak serius?"Tanya Dian tak percaya.

"Iya nih uangnya".

"Ini kebanyakan pak".

"Terima saja ini rejeki buat Abi"Kata pak Hermawan sambil memakan salah satu kue Dian"Rotimu enak gimana kalau kamu titipkan saja rotimu di kampus itu kebetulan aku pemilik yayasan itu".

"Apa boleh pak?".

"Boleh,mulai besok kamu antarkan saja kue mu ke kantin mereka akan mau".

"Makasih banget pak".

"Sama-sama pulanglah ini udah agak siangan kasihan abi kepanasan atau aku antar".

"Nggak usah pak aku nggak mau merepotkan bapak lagi aku pamit dulu dan terima kasih sudah memborong daganganku".

Pak Hermawan hanya mengangguk setelah itu Dian pergi dengan senang karena kuenya habis dan pak Hermawan juga membayarnya lebih dari harganya.

Pak Hermawan tidak langsung pergi beliau masih memperhatikan Dian dan Abi pergi. Pak Hermawan heran kenapa dia selalu senang kalau berada di dekat Abi.

Di jakarta beliau sampai membayangkan menggendong Abi terus menerus tidak biasanya beliau seperti ini.

Kepada ponakannya saja beliau tidak seantusias seperti sama Abi pak Hermawan kemudian melanjutkan perjalanan nya.

Dian dan Abi sudah sampai rumah betapa kagetnya Dian saat melihat keadaan Bu Soraya beliau sedang tersungkur di depan rumah dengan barang-barangnya berserakan di mana-mana.

Dian berlari menghampiri Bu Soraya yang sedang menangis tenyata orang itu rentenir yang dipinjami Bu Soraya karena tidak bisa membayar hutangnya Bu Soraya harus pergi dari rumahnya.

Dian meminta waktu untuk melunasinya tapi rentenir itu tidak mau akhirnya Dian pasrah membawa pergi Bu Soraya dari sana tapi baru selangkah mereka berjalan Bu Soraya ambruk dan tak sadarkan diri.

Saat di cek nadinya Bu Soraya sudah meninggal dunia Dian menangis histeris kenapa cobaan datang bertubi-tubi untuk dirinya.

Para tetangga menolong mengangkat jenazah Bu Soraya ke dalam rumah mau tak mau rentenir itu membolehkan membawa masuk jenazah Bu Soraya.

Sedangkan Dian terlihat sangat terpukul sampai badannya terasa tidak ada tulangnya.

Dian tersadar saat Abi menangis kencang Dian kemudian menciumi wajah Abi untuk menguatkan dirinya sendiri.