🏆 Novel Spektakuler 🏆
Kisah Soraya sungguh menyedihkan sekali karena dia harus mengalami kematian yang memilukan akibat kesalahan yang dia perbuat.
Tidak mempercayai cinta Samuel, suaminya yang menyebabkan suami yang sangat mencintainya itu mati karena telah menyelamatkan hidupnya.
Sayangnya, dia turut mati bersama Samuel setelah tragedi ledakan hebat itu terjadi pada mereka berdua.
Soraya terlahir kembali diwaktu sebelum peristiwa naas itu terjadi, dia kembali ke masa dia akan menemui Kevin, teman laki-lakinya yang memanfaatkan dirinya.
Dan dia juga harus berhadapan dengan para gangster lorong kucing yang menyekap Samuel dikelahirannya kembali.
Apakah semua kejadian saling berkaitan yang menyebabkan kematiannya dengan Samuel ?
Bagaimana kisah takdir cinta mereka berdua ?
Dapatkah Soraya menemukan kebenaran ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Mulai Dekat
Soraya menangis sejadi-jadinya saat Samuel menggenggam tangannya.
Rasa sesal didalam hati, diam tak mau pergi, mencoba bersembunyi, namun senyuman Samuel selalu hadir dibenak Soraya bahkan menghantui dirinya setiap saat jika mengingat kesalahannya bersama Kevin hingga membuat pernikahannya hancur.
Soraya terus menangis tiada hentinya, air matanya jatuh deras diwajah cantiknya.
Samuel tertegun diam ketika melihat Soraya bertingkah aneh seperti itu.
"Soraya, apa yang terjadi ?" tanya Samuel.
Soraya tidak menjawab apapun dan hanya menangis keras disisi tempat tidur, dimana Samuel berada.
Tiga hari berlalu...
Samuel sudah bisa duduk meski masih dibantu sandaran tempat tidur rumah sakit.
Pagi ini, dia sedang menikmati buah apel merah kesukaannya, didekatnya, Soraya mengupaskan apel untuknya.
"Hari ini akan ada pemeriksaan rontgen, apakah kau akan menemaniku kesana ?" ucap Samuel saat melahap potongan buah apel.
"Ya, tentu saja, aku akan pergi bersamamu", sahut Soraya.
"Kita akan berangkat setelah sarapan tapi aku masih belum bisa berjalan cepat", ucap Samuel.
"Aku akan mengambilkanmu kursi roda", kata Soraya.
"Apa kau tidak sarapan denganku ?" tanya Samuel.
"Ya, nanti, setelah sarapanmu diantarkan kemari, aku akan membeli sarapan untukku", sahut Soraya.
Samuel terdiam sesaat, mencoba memahami kata-kata Soraya.
"Apa kau marah ?" tanya Samuel.
"Kenapa aku harus marah padamu ?" tanya Soraya lalu menoleh ke arah Samuel.
Tak terduga, Samuel juga menoleh kepadanya.
Keduanya saling berpandangan lama kemudian Soraya melanjutkan ucapannya.
"Tidak ada yang membuatku marah bahkan untuk apa aku marah", ucap Soraya.
Samuel memandang lama ke arah Soraya dan terdiam.
"Jangan sungkan, bukankah kita telah menikah, sewajarnya aku selalu bersamamu", kata Soraya.
Soraya melangkah ke arah meja, diletakkannya piring sisa potongan buah apel diatas tatakan yang ada dimeja.
Samuel terus memperhatikan setiap langkah kaki Soraya kemanapun dia melangkah.
"Aku suka menemanimu", ucap Soraya sembari memberikan segelas air minuman kepada Samuel.
"Kau suka bersamaku ?!" kata Samuel.
"Ya, tidak ada yang aku sukai selain dekat denganmu", ucap Soraya lalu duduk kembali dikursi yang ada didekat tempat tidur.
"Benarkah... ???" tanya Samuel saat dia mengawasi Soraya dari balik gelas minumannya.
"Kenapa kamu selalu meragukanku, seakan-akan aku adalah pembual kosong ?" sahut Soraya.
"Tidak..., hanya saja kau agak lain dari biasanya...", kata Samuel.
"Lain ? Dari biasanya ? Benarkah itu ?" tanya Soraya.
Samuel mengangguk cepat sambil menenggak habis minumannya.
"Astaga...", desah Soraya lalu memalingkan muka.
Soraya menghela nafasnya kemudian berkata kembali.
"Apa yang menyebabkanku berubah dan lain dari sebelumnya ?" lanjut Soraya.
"Yah, perasaanku merasakannya, jika kau agak berbeda, berubah lain", sahut Samuel.
"Mungkin selama ini kita tidak pernah akrab dan selalu sibuk dengan urusan masing-masing", ucap Soraya.
"Hmm..., mungkin...", kata Samuel.
Samuel melirik sekilas ke jari manis Soraya, dia agak tersentak kaget saat melihat cincin pernikahan mereka berdua masih dikenakan oleh Soraya.
"Ehem... !" dehem Samuel sembari menatap ke arah jari manisnya yang juga mengenakan cincin pernikahan.
Samuel memutar cincin pernikahannya, tapi kali ini dia terlihat lega serta tersenyum.
"Kenapa kau senyum-senyum sendirian ?" tanya Soraya yang teralihkan perhatiannya kepada Samuel.
"Ya... ?" sahut Samuel sembari menoleh.
"Ada apa denganmu ? Kau baik-baik saja, bukan ? Wajahmu berubah memerah, apa kamu demam ?" tanya Soraya yang berusaha memberikan seluruh perhatiannya kepada Samuel.
"Tidak apa-apa", jawab Samuel seraya memalingkan mukanya, malu saat Soraya melihat perubahan warna wajahnya yang merah padam.
"Ayolah, Samuel ! Katakan padaku ! Ada apa ?" paksa Soraya sambil mengguncangkan pundak Samuel.
Tiba-tiba Samuel merintih kesakitan setelah Soraya mengguncangkan pundaknya dengan cukup keras.
"Aduh..., aduh..., aduh...", rintihnya dengan kepala tertunduk sembari memegangi pundaknya.
Soraya menghentikan gerakan tangannya lalu tertegun diam.
Wajah Soraya mendadak tegang ketika melihat Samuel kesakitan, dengan gerakan cepat, dia segera memutar tubuhnya, hendak berlari pergi.
"Aku akan memanggil dokter agar dia kesini", kata Soraya.
Sebelum sempat Soraya melakukan niatnya untuk memanggil dokter, Samuel cepat-cepat menahan dirinya.
"Tunggu ! Jangan pergi !" cegah Samuel seraya memegangi tangan Soraya yang hendak pergi.
Soraya segera memalingkan wajahnya ke arah Samuel.
"Apa ?" tanyanya.
"Jangan memanggil dokter, karena aku baik-baik saja !" ucap Samuel lalu tersenyum.
"Tapi kamu berteriak kesakitan saat aku tak sengaja memegangi pundakmu tadi...", sahut Soraya.
''Iya, tadi...,.sekarang sudah mendingan...", ucap Samuel.
"Benarkah ???" tanya Soraya.
Soraya mendekat ke arah Samuel, mencoba memastikan keadaan Samuel baik-baik saja atau tidak.
Diusapnya pundak Samuel dengan ujung jarinya sehingga Samuel terkesiap diam.
"Seharusnya aku memeriksa keadaan pundakmu sebelum dokter melakukannya, apakah ada luka disana ataukah tidak", ucap Soraya.
Ujung jari tangan Soraya terus turun kebawah hingga tepat dibagian dada Samuel.
Soraya memutar ujung jarinya berulang-ulang sambil berbisik pelan didekat telinga Samuel.
"Bolehkah aku melihatnya dan haruskah aku menghisap luka itu agar kau merasa baikan... Samuel...", bisik Soraya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Samuel yang pucat.
Pandangan keduanya melekat erat saat berpandangan sangat dekat.
"Bukankah kau suamiku ? Seharusnya kamu melayaniku dan membuatku puas...", ucapan Soraya terdengar sangat menggoda sehingga Samuel berubah gelisah.
Tiba-tiba Soraya menjauhkan dirinya dari Samuel.
"Kau memang payah !" kata Soraya lalu beranjak pergi.
"Apa maksudmu ? Menyebutku payah ???" ucap Samuel.
Samuel menarik keras baju Soraya saat perempuan itu menjauh darinya.
Kreeek... ! Kreeek... ! Kreeek... ! Tak sengaja baju Soraya menjadi robek oleh tarikan tangan Samuel.
Sedetik kemudian, seluruh bagian atas tubuh Soraya terbuka polos.
Soraya sendiri hanya berdiri tertegun sembari menoleh ke arah Samuel.
"Maaf...", ucap Samuel yang berubah dingin.
Tatapan matanya tiada henti-hentinya memperhatikan keindahan lekuk tubuh milik Soraya yang terbuka polos dihadapannya.
Tak sengaja bibirnya terbuka merekah saat melihat kecantikan Soraya yang sungguh memikat hati.
"Maaf, aku tak sengaja...", ucap Samuel.
Soraya yang masih belum tersadar, terdiam dan hanya berkedip.
Samuel yang merasa malu langsung membuang muka ke arah lain, tak terasa kedua pipinya berubah merona merah.
"Ehk ?!" gumam Soraya lalu menundukkan pandangannya ke arah tubuhnya. Dan tersentak kaget lalu menjerit sekencang-kencangnya saat melihat tubuh bagian atasnya terbuka polos.
"Aaaaaaaaakkkkhhhh... !!!" jeritnya menggetarkan seluruh kamar rumah sakit.
Samuel menjadi panik ketika Soraya berteriak kencang.
"Tolong, jangan berteriak ! Semua orang akan datang kemari, Soraya !" ucap Samuel yang mencoba menenangkan Soraya.
Namun, Soraya menjadi sangat panik sehingga dia tidak sadar jika dia masih berada dikamar rumah sakit.
"Aaaaaakhhhhh... !!!" jeritnya panik.
Terlambat, teriakannya telah menarik perhatian orang-orang disekitar kamar rumah sakit.
Terdengar suara langkah kaki dari arah luar menuju ke kamar ini.
"Oh, tidak ?! Bagaimana ini ?!" ucap Soraya berubah cemas serta gelisah ketika mendengar suara orang berlari kearah kamar ini.
Tap... ! Tap... ! Tap... ! Suara langkah kaki semakin mendekat ke arah kamar.
BRAAAK... ! Muncul sejumlah orang berpakaian perawat rumah sakit yang masuk ke dalam kamar Samuel dirawat saat pintu terbuka dari luar.
"Ada apa ?" tanya seorang perawat rumah sakit sambil melangkah masuk ke dalam kamar.
Samuel hanya duduk terdiam, namun, raut wajahnya terlihat sangat tegang.
"Anda baik-baik saja ?" tanya perawat itu.
"Ya, aku baik-baik saja ?!" sahut Samuel.
"Tadi kami mendengar suara teriakan suara wanita dari kamar ini", kata perawat rumah sakit seraya mengedarkan pandangannya.
"Tidak ada wanita disini, sejak tadi, aku sendirian dikamar ini, mungkin kalian salah dengar tadi", sahut Samuel dengan ekspresi datar.