Viona gadis cantik yang sempurna dia memiliki sejuta kelebihan. Mempunyai IQ di atas rata-rata, pintar beladiri, dan karir yang memumpuni. Tapi siapa sangka dibalik itu semua viona mempunyai trauma masa lalu yang mengharuskan nya kehilangan separuh ingatan dan melupakan kekasih lamanya.
"siapa kamu?".
"Aku Lucius.. Apa kamu sungguh melupakanku Vi?".
Laki-laki itu berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurmala sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan bertemu
Mereka telah berkumpul di meja makan dan memulai sarapan paginya.
"Mi apa koki di rumah kita ganti" tanya Garvin.
"Tidak pi".
"Masakan hari ini kenapa begitu lezat membuat nafsu makan ku bertambah".
"Iya pi, aku juga berpikir sama" Gean ikut menimpali
"Biasanya aku tidak pernah sarapan banyak tapi masakan pagi ini membuat perutku meminta diisi lebih".
Sedangkan sang pelaku memakan sarapannya dengan tersenyum simpul mendengar pujian dari papi dan abangnya.
Alice pun memakan sarapannya dan di detik itu juga matanya melotot sempurna, rasa nasi goreng itu benar-benar enak dan dia pun memanggil bi Inah kepala pelayan di rumah.
"Bi siapa yang memasak menu sarapan pagi ini?".
"Maaf nyonya, nona Viona sendiri yang memasak, kami ingin membantu pun tidak di perbolehkan".
Semua menoleh kepada Viona sendiri yang asik memakan sarapannya.
“Kalian kenapa melihatku seperti itu".
"Ini kamu yang memasak dek?".
"Iya abang enak ya" pujinya pada diri sendiri.
"Dari kapan kamu bisa memasak".
"Sudah lama, aku banyak belajar di sana karena aku tahu papi sama abang itu sangat pemilih soal makanan jadi aku ingin bisa memasak untuk kalian".
Jawaban Viona membuat mereka terharu.
"Ternyata anak mami sekarang sudah dewasa ya".
"Iy lah mam kan sebentar lagi usia ku 20 tahun".
"Usia 20 tahun aja bangga dek, masih kecil begitu".
"Sirik bilang saja bang mentang-mentang sudah tua".
"Apa kamu bilang aku tua, aku itu dewasa bukan tua".
"Apa bedanya tua dengan dewasa, sama-sama berumur".
"Dasar adek durjana".
"Dasar abang tua".
"Sudah-sudah kalian kalau bertemu pasti ribut terus"
"Gean kamu memang sudah tua dan Vivi bagi mami kamu memang masih Vivi kecil kami".
Gean dan Viona mengakhiri perdebatan mereka Lalu melanjutkan sarapan nya.
"Sayang aku sudah selesai, aku berangkat ya" pamit Garvin pada sang istri dengan mencium kedua pipi nya
"Kalian mau bareng papi apa tidak ajak Garvin pada putra putrinya".
"Tidak pi, aku bawa mobil sendiri biar Vivi bareng aku".
"Ya sudah papi berangkat duluan".
"Ya pi hati-hati".
"Bang, aku sudah selesai berangkat yuk".
"Ayo, pamit ya mi" seru keduanya.
"Kalian hati-hati dijalan".
"Ia mi" jawab Viona.
Setelah kehadiran Gean dan Viona di perusahaan seperti biasa mereka menjadi bahan gosip para karyawan disana.
"Lihat pak Gean membawa kekasihnya ke perusahaan lagi".
"Iya sepertinya kali ini sudah tidak ada lagi harapan untuk kita".
Sesampainya di ruangan Gean, dia meminta sang adik membatu mengerjakan berkas yang menyusun tinggi di meja kerjanya, dan Viona pun mengerjakan nya tidak sampai dua jam semua sudah selesai.
"Dek itu sudah selesai semua" ucap Gean menunjuk berkas-berkas yang tadi menumpuk.
"Iya sudah bang".
"Berkas yang aku pisahkan di sebelahnya itu yang harus di perbaiki lagi, aku juga sudah menandai kesalahan yang harus di perbaiki di dalamnya agar nanti lebih mudah mengerjakannya".
Gean hanya melongo membuka mulutnya mendengar penuturan sang adik, dia saja mengerjakan berkas-berkas itu hampir seharian tapi adik nya hanya dua jam, tidak salah dia menyuruh sang adik membantunya.
Leo mengetuk pintu dan masuk keruangan Gean.
"Permisi tuan saya mengantar kan berkas proposal kerjasama yang di ajukan perusahaan Griffin kepada kita dan asisten Regan menghubungi saya kalau dia meminta janji temu sore nanti".
"Apa perusahaan Griffin perusahaan No 1 yang kamu maksud kan, Setahu ku perusahaan Griffin tidak pernah mengajukan kerjasama terlebih dahulu ke perusahaan lain".
"Saya juga tidak tahu tuan, saya juga awal berbicara dengan asisten perusahaan nya sangat kaget, karena perusahaan itu sangat jeli dalam memilih pihak yang akan bekerja sama dengannya".
"Ya sudah tentukan saja tempat dan waktunya, jangan sampai mengecewakannya".
"Baik tuan saya permisi".
Sedangkan Viona hanya menyimak percakapan sang kakak dan asistennya.
"Vi, sore nanti kamu ikut Abang bertemu klien".
"Iya bang".
Viona kalau sudah berhadapan dengan pekerjaan dia tidak akan main-main, wajah yang biasa manja berubah 180°, dia akan menjelma menjadi wanita dewasa, sampai-sampai kakaknya pun merasa heran dengan sang adik, karena adiknya terlihat tegas penuh wibawa.
Tak terasa sudah waktunya makan siang, Gean pun mengajak sang adik intuk makan siang bersama.
"Dek kita makan siang dulu, kamu mau makan apa?".
"Aku mau makan di kantin perusahaan saja tidak apa-apa kan".
"Ya sudah kalau itu mau kamu, apa yang tidak buat kamu" dengan mengacak-acak rambut sang adik.