NovelToon NovelToon
RAMALAN I’M Falling

RAMALAN I’M Falling

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Selasa

Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.

Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.

Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.



Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9

Keesokan paginya, Ros terkejut dengan sikap Soraya yang terlihat santai saja padanya. Padahal jika mengingat kepribadian cucunya itu, Soraya harusnya menolak berbicara, dan bahkan melakukan aksi mogok makan.

Tapi kini melihat Soraya makan lebih baik dari biasanya, membuat Ros yang semalam hampir tidak bisa tidur karena rasa bersalah, bingung bagaimana harus bersikap.

Rafael yang kebetulan duduk di depan sang Nenek, bisa melihat jelas kebingungan wanita tua itu. Jadi saat mata mereka bertemu, dia membuat isyarat dengan gelengan kepala, meminta agar tidak berbicara dengan Soraya dulu.

Sejujurnya dia senang dengan temperamen Soraya yang sedikit lebih lembut sejak pulang kemarin, jadi dia berusaha agar hal itu tetap terjaga.

“Aku selesai, aku pergi dulu.” Ujar Soraya yang langsung berdiri.

Melihat Soraya yang sudah hendak pergi, Rafael segera meneguk kopinya cepat-cepat, berniat untuk mengantar sang adik. Tapi baru juga berdiri, dia sudah dihentikan Soraya, “Tidak perlu mengantar, aku akan bawa motor.”

Mendengar kata motor, Ros segera berdehem keras. Dia tidak suka saat Soraya mengendarai motor alih-alih mobil. Dia yang sedari tadi diam, tidak tahan untuk membuka mulut. “Anak gadis bawa motor ke sekolah, terlalu bahaya.”

Di dalam hatinya Ros sudah menyiapkan kata-kata balasan, seandainya Soraya ingin membantah. Namun siapa sangka, mendengar dirinya tidak diizinkan sang Nenek, Soraya akhirnya melepas kunci motor di meja.

“Kalau gitu aku naik taksi aja. Kakak nggak usah antar. Aku tahu kakak ada acara kampus pagi ini.”

“Tidak, biarkan Kakak mengantarmu. Kita bisa naik motor jika—”

“Aku tidak mau. Aku tidak mau naik motor dengan orang yang tidak bisa naik sepeda.” Potong Soraya. Membuat Ros yang saat itu sedang minum, sampai muncrat karena terkejut.

Rafael yang mendengar ini, langsung menegang dengan rona wajah yang memerah seperti udang rebus. Tadi itu dia merasa marah dan malu disaat bersamaan. Dia bisa mengendarai motor, tapi memang tidak dengan sepeda. Ini sebenarnya hal kecil yang tidak perlu dibicarakan, karena tidak ada hubungannya. Namun entah kenapa, acap kali seseorang membahas hal ini, harga diri Rafael akan terluka.

Ros yang sebenarnya ingin tertawa, tahu bahwa dia harus menahannya di depan Rafael yang sudah memerah. Jadi untuk itu, dia memarahi Soraya sebagai pengalihan, “Soraya, apa-apaan kamu ini. Berhenti bicara omong kosong. Kakakmu adalah orang yang sibuk sejak usia mudanya, itulah kenapa dia tidak sempat belajar sepeda.”

Soraya memajukan kedua bibirnya sambil mengangguk asal. “Ya, ya, sesuai kata Gamma saja, aku pergi dulu. Oh, dan sampai nanti, Kakakku yang sibuk sejak muda.” Lambai Soraya pada Rafael yang masih terdiam.

“Tunggu, biar supir yang akan—”

“Tidak usah.” Tolak Soraya yang sudah berjalan menjauh.

Meskipun dia tidak bisa mengubah semua hal buruk dalam dirinya, tapi Soraya berkomitmen untuk lebih terarah dalam menjalani hari-harinya. Andaikata takdir ternyata tidak bisa diubah, setidaknya dia telah hidup dengan emosi yang nyata, bersama dengan orang-orang disekitarnya.

Jadi hari ini seperti awal yang baru baginya, karena untuk pertama kali juga, dia akan menaiki taksi alih-alih motor atau diantar supir.

•••

Tapi sepertinya Tuhan tidak terlalu tertarik dengan niat baiknya. Ini dipikirkan Soraya, karena dia telah menunggu hampir lima belas menit di perempatan depan kompleks, tapi tidak ada satupun taksi yang lewat. Ini membuatnya mulai menyentak kaki tidak sabar.

“Gilak ya, nggak ada pohon, nggak ada peteduhan, nggak ada taksi. Bengek!”

Dia kembali melihat jam tangan untuk kesekian kali, sebelum akhirnya berdecak kesal. Sadar bahwa dia harus pergi sekarang juga, bahkan jika itu artinya naik ojek. Tepat saat dia mengambil keputusan ini, ojek seolah dikirim padanya. Berhenti tanpa dipanggil, “Ojek neng?”

“Dih, neng, neng, emang lonceng. Sudah cepat buruan Pak, Kirin School ya.” Ujar Soraya, yang mendudukan bokongnya dengan cepat.

“Oke siap neng, ….” Ujar tukang ojek yang mulai menjalankan motor. Namun karena perbedaan prioritas di antara mereka, sehingga tukang ojek yang mendahulukan keselamatan, terus di gusari Soraya yang terburu-buru.

“Stop, stop, stop pak!” Ujar Soraya yang tidak tahan lagi. Dia turun dan mengeluarkan lembaran uang besar, yang diberikan pada tukang ojek.

“Ini pak, ambil uangnya dan mundur.”

“Mundur neng?”

“Ya, cepatlah!”

Menghadapi uang di tangan kanan, dengan wajah tidak sabaran Soraya di sisi lain, bapak tukang ojek hanya patuh saja. Hingga ketika Soraya mengambil alih motor dan melajukannya, barulah dia menyesal.

“Neng, neng, pelan-pelan neng!” Teriak tukang ojek, yang baru satu menit berjalan.

Soraya yang sesekali melihat jam, jelas tidak peduli. Saat ini dia tidak peduli apapun, kecuali, Cittttttt …. Bugh. Seperti sebelumnya antara dia dan Rafael, kini giliran tukang ojek yang membenturkan kepalanya pada kepala Soraya.

“Aduh neng maaf, maaf saya tidak—” perkataan sang tukang ojek terhenti, dengan Soraya yang turun bahkan tanpa menstandar motor, membuatnya hampir jatuh bersama motor. “Ehhhh- ehhh, ….” Beruntung sang tukang ojek dibantu tangan lain tepat waktu.

“Aduh makasih yah nak, hampir saja.”

“Mm,”

Dia menyapu dadanya, sebelum menatap Soraya. “Eh neng, jangan gitu dong. Ini jadi ke sekolah atau tidak sih?” Tanya tukang ojek pada Soraya, yang malah berjalan seperti orang kehilangan jiwa.

“Cantik? cantik?” Melihat Soraya yang tetap diam meski dipanggil, Rex yang sebenarnya juga bingung, akhirnya mengambil alih. “Tidak usah pak, ditinggal saja. Dia teman saya.”

Mendengar tutur sang pemuda di depannya, bapak tukang ojek mengangguk senang. Siapa yang tidak senang, dibayar banyak setengah perjalanan. Lagipula, dia percaya, karena seragam kotak-kotak biru keduanya sama.

Setelah ditinggal pergi sang ojek, kini hanya tinggal Rex, Soraya, dan dua orang lainnya yang membuat Soraya mematung.

“Cantik? Heii? Soraya!” Rex mencoba memanggil Soraya yang saat ini masih setia membisu, menatap sepupunya dan seorang pria asing.

Sementara dari Soraya, dia menatap dua insan di depannya dengan perasaan tidak karuan. Tidak ada yang bisa membayangkan perasaannya sekarang, melihat dua orang yang menjadi sumber kehancurannya sedang berbincang ramah bersama.

1
Esti Purwanti Sajidin
wedewwww lanjut ka sdh tak ksh voteh
Nixney.ie
Saya sudah menunggu lama, cepat update lagi thor, please! 😭
Ververr
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Oralie
Masuk ke dalam kisah dan tak bisa berhenti membaca, sebuah karya masterpiece!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!