Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.
Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.
Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana
Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?
Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?
Semua keanehan ini..
Tidak masuk akal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9 | Baru awal
Jadi apa yang akan kau lakukan, nona?" Ucapnya dengan senyum mengejek.
Sedangkan Lidya yang menunduk diam-diam tersenyum miring dengan pancaran mengerikan dari matanya.
"Sial, ini sungguh mendebarkan...!"
'
'
'
"He..he..he..." Tawa sinis terdengar dari arahnya.
Semua mengernyit heran, menajamkan telinga mereka seolah tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
'Ada apa dengan anak ini?' Batin mereka semua.
"He..hehe.."
Oliver yang kebingungan pun berjalan mendekat memperhatikan wajah nonanya yang menunduk.
"Nona, apa kau gila?"
Tanpa disangka-sangka, rambutnya tiba-tiba ditarik.
"AKHHHH"
"Pelayan sepertimu sesekali memang harus diberi pelajaran yang keras untuk menyadarkanmu!" Lidya semakin mengencangkan tarikan nya lalu menyeretnya.
Tubuh Gricella yang lebih pendek darinya membuat Oliver membungkuk dan terseret seret mengikuti langkahnya.
'Sakitttt, kenapa anak ini bisa menjadi sekuat ini?'
"Apa maksud---- H--HEY KALIAN! KENAPA DIAM SAJA! Shh... JANGAN HANYA DIAM DAN MENONTON, BANTU AKU akhh UNTUK MENGHENTIKANNYA! KITA BISA MENYERAHKANNYA PADA-------
PLAK
Ucapannya terhenti, kepalanya tertoleh ke kanan. Semua orang terkejut melihat kejadian barusan. Nona yang selalu diam ketika dihina kini berani menampar pelayannya didepan semua orang. Oliver memegang pipinya tidak percaya. Matanya melotot seolah protes pada Lidya.
"Apa yang--"
PLAKK
Satu tamparan lagi mendarat disebelah pipinya.
"Kau-----"
PLAKK
"Beraninya--"
PLAKK
"Aku---"
PLAKK
"Apa---"
PLAKK
"APA YANG KAU LAKUKAN HA?!!----"
Lidya diam sebentar memperhatikan pelayan didepannya yang wajah dan rambutnya sudah tak berbentuk. Dia tersenyum sinis "heh.. masih melawan rupanya.."
Melihat nonanya yang berhenti menampar nya membuat Oliver tersenyum lemah mengira penderitaan nya telah berhenti, namun tanpa disangka tangan Lidya terangkat tinggi dan
PLAKKKK
Tamparan keras mendarat dipipi kanannya hingga membuatnya tersungkur. Seolah Lidya barusan berhenti untuk memaksimalkan tamparan akhirnya.
Semua bergidik ngeri melihat penampilan mengerikan Oliver. Mereka semakin khawatir melihat Lidya yang berjalan mendekati Oliver yang gemetar dilantai. Tidak ada yang berniat menengahi. Selain karena penasaranj, Ini juga merupakan tontonan langka yang menarik.
Lidya kini menunduk menepuk pelan pipi pelayannya "hey.. Bukankah aku terlalu baik padamu? Jika bukan karena kau pelayanku mungkin tamparan terakhir ku tadi berhasil membuat mati."
Lidya tersenyum manis "Namun tenang saja, karena kau pelayan kesayanganku, aku akan membiarkanmu menikmati beberapa hari yang indah ini.." Lidya mendekatkan wajahnya lalu berbisik "....untuk merasakan hal yang lebih mengerikan dari sebuah kematian." Ucapnya dalam. Dia tersenyum melihat wajah ketakutan pelayannya lalu bangkit.
"Ini hanya sedikit pelajaran dariku, semoga kedepannya tidak ada yang sepertimu lagi ya.. Aku tidak mau menyakiti tanganku lagi."
Lidya mengelap tangannya menggunakan gaun pelayan Oliver, dia memasang raut sedih seolah sangat terpaksa "Hanya demi dirimu saja tanganku sudah sangat memerah, apa lagi bila itu pelayan lain yang lebih rendah darimu."
Lidya lalu memasang senyum ceria "mungkin aku akan merelakan tanganku kebas dan memar demi kalian." Ucapnya tanpa dosa.
Semua pelayan menunduk gemetaran merasakan aura mengerikan yang dikeluarkan bocah didepan mereka. Tubuh Gricella seakan dikelilingi aura mengintimidasi yang kuat membuat mereka tanpa sadar duduk bersimpuh membenturkan kepala mereka.
"A--AMPUNI KAMI NONA!!!"
Lidya yang melihat itu tidak menjawab, dia hanya tersenyum tanpa membuat matanya menyipit. Lalu dengan tenang dia berjalan meninggalkan tempat itu, namun sebelum benar-benar jauh dia mengatakan sesuatu.
"Oh ya, beritahu pelayanku itu ketika sadar nanti, bawakan aku camilan sore yang enak. Dan.. Oh jangan lupakan tehnya."
Lalu dengan tenang dia pergi seolah kejadian mengerikan barusan tidak pernah ada.
Tanpa mereka sadari, Hendrick telah menonton semua kejadian itu. Lalu tak lama dia menghilang dengan sihir teleport nya.
Gricella dalam perjalanannya mengepalkan tangannya dengan mata menyorot tajam.
Jangan memasang wajah ketakutan dulu kalian para pelayan, karena hadiah ku tidak berakhir sampai disini.
Senyum sinis terbit dibibirnya "Oliver... Selamat, kau telah memukul telak kesabaranku hari ini dan tunggu pembalasan ku nanti."
'Ingatlah untuk jangan mati dulu~' batinnya lalu bersenandung riang.
...-oOo-...
"Apa yang kau ucapkan ini benar, Hendrick?" Tanya Alverd tajam.
Hendrick mengangguk yakin "saya bersumpah demi kesetiaan saya pada anda bahwa yang saya ceritakan mengenai pertikaian lady Gricella dan pelayannya benar adanya."
Alverd diam merenung "dia benar-benar berubah ya.." Gumamnya lalu kembali menatap Hendrick "Bagaimana menurutmu?" Tanyanya pada Hendrick
Hendrick memasang wajah bertanya "tentang apa, tuan?"
"Langkah ku selanjutnya."
Hendrick diam berfikir "sebelumnya saya minta maaf, saya akan balik bertanya dulu pada anda. Apa yang terpikirkan dibenak anda setelah mendengar cerita saya barusan?"
Alverd berdecak kesal karena pertanyaannya diputar balik, meski begitu dia tetap menjawab setelah berfikir sejenak.
"Membunuh mereka yang mengusik putriku." Ucapnya yakin.
Hendrick menghela nafas lelah. Sudah ia duga tuannya akan mengatakan hal itu. Dia lalu menatap tuannya serius.
"Tuan, menurut saya jangan lakukan hal itu."
Alverd mengernyit tidak setuju "maksudmu aku harus membiarkan mereka yang telah menghina putriku hidup tenang? Kau ingin mati?!"
Hendrick memejamkan matanya. Sabar... Batinnya.
Dengan segera Hendrick meralat "Maksud saya, anda pasti menyadari bukan perbedaan lady Gricella setelah bangun dari pingsan nya?"
"Lalu?"
"Dilihat dari sifat baru lady sekarang, sepertinya dia akan marah jika anda melakukan sesuatu tanpa bertanya padanya."
Alverd terdiam "bagaimana kau menyimpulkan hal itu?"
Hendrick tersenyum miring lalu tanpa dengan bangganya berkata,
"Insting."
Swushhh
Crak
Sebuah belati nyaris mengenai jantungnya, jika saja dia tidak menghindar mungkin hidupnya akan berhenti sampai disini. Hendrick menghela nafas dalam memikirkan hal itu. Lalu menatap tuannya sambil meringis menyadari sorot membunuh Duke padanya.
Gleg
"Berani bermain-main denganku?" Tanya Alverd dingin.
Hendrick meringis "maafkan saya, itu hanya sedikit candaan yang akhir-akhir ini terkenal di kalangan kesatria."
Alverd mengangguk paham "candaan yang sedang terkenal ya.." Alverd tersenyum miring "bagaimana kalau mencoba candaan gayaku. Kau diam disitu dengan aku yang mencoba melempar belati kearah anggur diatas kepalamu. Jika kau beruntung aku akan mengenai anggur itu, tapi jika kau sedang sial tidak menutup kemungkinan fokusku hilang hingga meleset dan mengenai matamu."
Alverd menyeringai "ingin mencoba candaan gayaku?"
Hendrick menangis dalam hati 'dia bilang jika aku sedang sial, padahal kesialan ku sudah terjadi sekarang.'
Lagipula jarak antara atas kepala dengan mata ITU CUKUP JAUH! Dari sini saja membuktikan bahwa pria didepannya menjadikan matanya sebagai sasaran sejak awal. Ada yang bisa gantikan posisiku disini? T_T
Hendrick mencoba tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa "anda benar-benar pintar membuat candaan yang menyenangkan, namun sepertinya kesenangan itu harus dihentikan tuan. Saya khawatir nona semakin tertekan karena ucapan para pelayan setelah kejadian tadi. Kita harus menghentikan hal itu sebelum terjadi. Bagaimana menurut anda?" Tanyanya diakhiri senyuman. Keringat dingin mengucur perlahan pada pelipisnya menunggu jawaban Alverd selanjutnya.
Alverd diam dan hanya menatapnya tanpa emosi. Diam-diam Hendrick menelan ludahnya kasar, menyadari hawa situasi ini membuat tubuhnya basah oleh keringat.
Duke membuang nafasnya kesal "tutup semua mulut orang-orang yang melihat kejadian itu. Jika ada salah seorang diluar kediaman yang mengetahui hal ini, bunuh dia. Lalu ketika kabar ini sudah benar-benar menyebar, habisi seluruh pelayan yang ada hingga tak menyisakan seorang pun yang bernapas." Titahnya mutlak.
BRAVOOOO!!
Hendrick tersenyum dalam diam. Rasanya ingin sekali dia mengusap dada sekarang menyadari nyawanya selamat.
"Lalu apa yang akan kita lakukan pada pelayan lady?" Tanya Hendrick.
"Awasi pelayan itu dan biarkan dia hidup. Cari tau apa yang dilakukannya selama ini pada putriku dan laporkan semuanya padaku. Cari informasi tentang keluarganya dan jangan biarkan satupun tertinggal."
"Jika pelayan itu adalah salah satu mimpi buruk putriku, jangan ragu untuk menghabisinya nanti," Ucapnya dengan sorot tajam khas Alverd.
"Namun tentu saja itu tergantung dengan keinginan putriku kedepannya." Duke kemudian bangkit lalu berjalan mendekati jendela lebar di ruangannya. Dia memperhatikan Lidya yang saat ini tengah berjalan santai disekitar taman kecil kediaman nya.
Duke berpikir sejenak
"Jangan lakukan apapun pada pelayan itu sampai putriku sendiri yang memintanya padaku." Perintahnya lalu berbalik menghadapnya.
"Lakukan apa yang kusuruh dan kutunggu kabar baiknya."
"Baik!"
"Pergilah!"
"Semoga anda diberkati umur yang panjang, tuan. Saya permisi."
Klak
Setelah pintu tertutup sempurna, Duke memandang intens Lidya yang berjalan menyusuri taman kecil kediamannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Gricella."
...-oOo-...
Setelah kejadian itu, kebanyakan pelayan ketakutan melihatnya, namun tidak sedikit yang masih memandang sinis ia secara terang-terangan. Yahh tetaplah begitu, terasa lebih menyenangkan ketika menghancurkan seseorang yang meremehkan kita sampai ketulang, lalu membuat mereka putus asa dibawah telapak kaki kita seraya memohon.
Ah.. Perasaan ini lagi rupanya.
Lidya kali ini tengah berjalan menuju taman. Tepat setelah kejadian itu, ia menyempatkan diri untuk pergi ke taman kediaman ini, dan jujur, tempat ini sangat pas untuk nya yang sangat menyukai ketenangan.
Karena itu, mulai 'saat itu' setiap hari ia akan menyempatkan diri untuk kemari sembari menikmati teh.
Menikmati teh Camomile ditemani rumput hijau dengan angin sepoi-sepoi tanpa ada asap dan klakson kendaraan... Ughh benar-benar definisi hidup yang sebenarnya.
Tolong jangan hilangkan ketenangan ini... Batinnya berharap
By the way Ini doa pertamaku selama setahun ini jadi tolong dikabulkan.
Omong-omong kali ini Lidya sedang sendiri. Oliver ia suruh untuk menjauh agar ia bisa menikmati ketenangan ini tanpa diganggu.
Taman merupakan tempat yang sangat jarang dikunjungi. Hanya beberapa kesempatan pelayan akan membersihkan tempat ini, lalu kembali ke-pekerjaan mereka yang lain.
Karena itu tempat ini sangat tenang..
Dan ini yg ku suka.
Lidya menyandarkan tubuhnya sembari menikmati semiran angin yang menerbangkan rambutnya. Matanya terpejam menikmati semua angin yang masuk menggelitik kulitnya.
Lidya menarik nafasnya dalam lalu dengan pelan dikeluarkan.
"Inilah yang dinamakan nikmat dunia.."
Memperhatikan semua daun yang bergoyang, bunyi siulan burung yang saling bersahutan terdengar seperti peri tidur untuknya. Rasa hangat yang menjalar dari sinar pagi membuatnya semakin mengantuk.
Perlahan namun pasti, matanya mulai tertutup sampai akhirnya ia tertidur.
...-oOo-...
Tuing Tuing
Seseorang mencolek bahunya, Lidya sedikit terusik
"Eunggh.."
Tuing..
Orang tersebut masih mencoba membangunkannya "Hey.. Bangun.."
Tuing..
Lidya sudah saaangat terusik namun tetap menutup matanya.
Tuing
Lidya membuka matanya lalu berteriak "sebenarnya siapa yang sejak tadi menggangguku!??" Bentaknya marah.
Namun melihat pelaku yang mengganggu tidur nya membuat Lidya terdiam
'Siapa anak ini?' batinnya dengan tatapan horor
KENAPA ADA ANAK LAKI-LAKI DISINI?!!!
.
.
.
To be continued_
dan memberanikan diri utk berkomentar, dan like skrg karna jujur diawal itu sangat bosan dan bertele-tele.. mungkin bab yg ku suka aja yg ku like yaa Thor .. biar satu bab makan banyak waktu bacanya blm ada paragraf yg mesti berulang utk dipahami, jujur aja bab 1- 25 banyak yg ku skip bacanya jadi skrg agak bingung, tapi masih bisa ku cerna kok ..
dan ya baru kali ini baca novel online satu bab banyak katanya dan panjang sekali, biasanya 1 hari ak bisa sampai end bacanya tp ini hadeuh 30 bab satu harian aja engap banget hahaaa .. baru kemarin ku baca dan kuteruskan skrg 😅😅
dan jgn bikin cerita baru dl.
selesain tugas, trs lanjut up yg banyak ya..