NovelToon NovelToon
Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Lari Saat Hamil / Berbaikan
Popularitas:46.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

"Bisakah kita segera menikah? Aku hamil." ucap Shea Marlove dengan kegugupan ia berusaha mengatakan hal itu.
Tak ada suara selain hembusan nafas, sampai akhirnya pria itu berani berucap.
"Jangan lahirkan bayinya, lagipula kita masih muda. Aku cukup mencintaimu tanpa perlu hadirnya bayi dalam kehidupan kita. Besok aku temani ke rumah sakit, lalu buang saja bayinya." balas pria dengan nama Aslan Maverick itu.
Seketika itu juga tangan Shea terkepal, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelum ia gugup mengatakan soal kehamilannya.
"Bajingan kau Aslan! Ini bayi kita, calon Anak kita!" tegas Shea.
"Ya, tapi aku hanya cukup kau dalam hidupku bukan bayi!" ucapnya. Shea melangkah mundur, ia menjauh dari Aslan.
Mungkin jika ia tak bertemu dengan Aslan maka ia akan baik-baik saja, sayangnya takdir hidupnya cukup jahat. ......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9

*****

Pagi itu.

Shea terbangun dari tidurnya, tampaknya Matthew tak lagi berada disamping Shea.

Perlahan Shea menggerakan tubuhnya untuk mengambil posisi duduk.

Senyum Shea terbit, kepalanya menunduk, ditatapnya perutnya yang kian membesar seiring berjalannya waktu. Tangan Shea mengusap perutnya itu.

“Sayang, kalau nanti kau terlahir maka jadilah Anak yang baik. Mommy berjanji akan merawatmu dengan baik. Kau harus sehat ya.” Ucap Shea.

Kaki Shea kini membantunya untuk bisa berdiri, ia melangkah ke arah jendela membuat cahaya masuk saat Shea menyingkirkan kain penghalang disana.

Shea sangat tahu kalau Matthew tak akan pernah membuka gorden kamar itu jika Shea masih tidur, karena pria itu tak mau membangunkan tidur Shea yang nyenyak.

Suara pintu terbuka membuat Shea menoleh menemukan Matthew.

“Love, kau sudah bangun ya? Pagi Love.” Sapa Matthew membawa segelas susu ke dekat Shea.

Senyum terukir di bibir pria itu saat Shea menatapnya.

“Pagi juga Matt, terima kasih untuk susunya.” Ucap Shea.

Matthew semakin mendekati Shea lalu memberikan kecupan lembut di kening Shea.

“Kenapa kau terus melakukan ini hm? Matt, mungkin beberapa bulan lagi aku akan melahirkan, kedepannya mari tinggal di kamar yang berbeda. Bagaimanapun, aku tak mungkin terus berada disisimu. Jangan membuatku semakin nyaman dan menyukai posisi ini.” Ucap Shea.

“Apa kau merasa keberatan jika aku selalu berlaku seperti ini Love?” Tanya Matthew.

Shea menoleh ke arah lain, perlahan kakinya melangkah lalu duduk di sofa. Ia meminum susu pemberian Matthew.

Matthew menyusul Shea, ia juga duduk disamping Shea dengan tatapan yang masih menatap Shea.

“Benar ya kalau kau keberatan Love? Apa mungkin kau tak suka dengan kecupan selamat pagi dariku? Jika memang…”

“Matthew.” Ucap Shea.

“Sejak awal kita menikah karena kita sama-sama saling memerlukan, jika hubungan ini terjalin layaknya suami-istri maka aku takut kalau pada akhirnya aku ingin terus begini. Aku tak mau egois, seperti perjanjian kita di awal. Kau akan menceraikanku kalau perempuanmu sudah kembali. Iyakan?” Ucap Shea.

Matthew menghela nafasnya pelan.

“Jadi kau benar-benar merasa terbebani ya Love, jika seandainya aku ingin terus bersama denganmu dalam jalinan tali pernikahan ini. Apa mungkin kau mau Love?” Tanya Matthew.

Shea menggenggam gelas yang sedang ia pegang, pikirannya mulai terasa kosong. Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran Shea saat ini? Entah kenapa Shea merasa segalanya telah kosong, bukan hanya pikirannya tapi hatinya juga.

Apa mungkin rasa sakit hati Shea sudah benar-benar mendarah daging hingga ia tak lagi percaya adanya ketulusan pada seorang pria? Mungkin saja.

Tak lama setelahnya, terlihat Matthew meraih tangan Shea.

“Kau tampak meragukan sesuatu Love. Jujur bukan alasan jika kau takut egois atas hubungan ini, karena bukan perasaan nyaman yang kau jalani bersamaku selama 5 bulan ini. Iyakan?” Tanya Matthew.

Shea menoleh menatap Matthew, ia masih diam saja.

“Apa benar kau takut nyaman bersamaku, atau sebenarnya masih ada nama pria itu di hatimu?” Tanya Matthew lagi.

Mata Shea berkaca-kaca. Tangannya mulai terkepal.

“Aku membencinya Matt, aku membencinya sampai aku benar-benar ingin marah setiap mengingatnya. Aku berharap aku tak pernah bertemu dengannya di masa lalu! Dia membuatku selalu takut, takut untuk memulai segalanya. Dia menghancurkan hidupku!” Ucap Shea membuat Matthew menarik Shea untuk masuk ke dalam pelukannya.

“Bohong kalau aku sudah lupa tentangnya, nyatanya sampai saat ini wajahnya, ucapannya masih teringat olehku dan aku tak bisa menghapusnya. Rasa benciku kian membesar, ucapan terakhir kali yang kudengar membuatku semakin benci padanya Matt!” Lanjut Shea terisak dalam pelukan Matthew.

Setelah sekian lama, Shea kembali menangisi orang yang sama yaitu Aslan.

Matthew kali ini memilih diam, tangannya mengusap punggung bergetar Shea.

“Aku harap dia tak bahagia setelah memperlakukan aku seperti ini, aku harap dia menangis setiap malam untuk menyesali apa yang pernah ia lakukan padaku dan kuharap dia tak bisa menghapus namaku dalam ingatannya, aku ingin dia menderita karena rasa bersalahnya.” Isak Shea.

Matthew semakin memeluk Shea.

“Apa benar kau sangat membencinya?” Tanya Matthew.

“Ya, aku sangat membencinya.” ucap Shea membalas pelukan Matthew.

***

Beberapa bulan setelahnya…

Shea berada di dalam ruang bersalin, ada Jane disisinya sedangkan Matthew berada di luar.

Itu maunya Shea. Ia hanya ingin ditemani oleh Jane.

Wajah Shea tampak pucat, hari itu adalah hari dimana Shea akan melahirkan bayinya yang berjenis kelamin laki-laki.

“Shea, apa sangat sakit?” Tanya Jane cemas.

Shea mengangguk, mulutnya tak mampu mengeluarkan kata-kata apapun. Terlihat Jane menggenggam tangan Shea.

Ada Dokter dan juga beberapa perawat yang menyiapkan proses persalinan Shea.

“Nyonya Shea, jangan pejamkan matamu selama obat biusnya masuk. Dengarkan perintah dari saya, jika terasa sakit maka cobalah menarik nafas.” ucap Dokter itu.

Shea hanya mengangguk, keringat terus bercucuran bersama air mata Shea yang mulai keluar.

Ini adalah kali pertama untuk Shea melahirkan, rupanya sakitnya bukan main.

Shea menjalani persalinan secara normal.

Pikiran Shea kini terisi oleh hal lain, bagaimana mungkin Orang tuanya membuangnya ke panti asuhan sedangkan melahirkan bukan hal yang mudah.

Jeritan Shea terdengar, proses persalinan pun terjadi di dalam ruangan itu.

Beberapa menit setelah Shea berjuang untuk bisa mengeluarkan bayi itu, barulah tangisan akhirnya menyapa telinga Shea dan Jane yang menjadi saksi untuk apa yang terjadi dalam ruangan itu.

“Kau hebat Shea.” Bisik Jane meneteskan air matanya.

Shea mengukir senyum, banyak keringat membasahi wajahnya.

“Bagaimana dengan wajah Putraku Jane? Apakah dia sangat tampan?” Tanya Shea menatap Jane yang berada dekat sekali dengannya.

“Hmm, dia sangat tampan. Bayimu tampan sekali Shea. Dia sehat, sekarang pikirkanlah tentang dirimu, pulihkan keadaanmu agar kau bisa melihat baby boy.” Ucap Jane merapikan rambut Shea.

Shea meringis saat Dokter masih menangani keadaannya.

“Siapkan satu kantong darah, pasien banyak mengeluarkan darah saat melahirkan.” Ucap Dokter pada perawat.

“Baik Dok.” Balas salah satu perawat disana.

Beberapa detik setelahnya Shea memejamkan matanya.

“Jane, aku mengantuk. Aku sangat mengantuk.” lirih Shea.

Jane sangat terkejut melihat Shea sudah memejamkan matanya.

“Dokter, apa yang terjadi pada sahabatku? Apa dia baik-baik saja? Tolong periksa keadaannya.” Ucap Jane begitu cemas.

Dokter itu menyelesaikan tugasnya, ia juga mengecek keadaan Shea.

“Nyonya Shea baik-baik saja, ia hanya tertidur karena pengaruh obat bius. Kami akan memindahkannya ke ruang rawat.” Ucap Dokter itu.

Jane menghela nafas lega.

“Syukurlah. Terima kasih Dok.” Ucap Jane.

***

1 minggu berlalu...

Shea tampaknya sudah terlihat lebih baik.

Tatapan Shea jatuh pada Jane dan Matthew yang sedang bercanda dengan bayi laki-laki yang ada dalam gendongan Matthew, tepat hari itu Shea akan kembali pulang.

"Jane, Matt aku pamit sebentar. Ada yang ingin aku urus." Ucap Shea membuat Matthew langsung berucap.

"Aku temani ya Love?" Ucap Matthew membuat Shea menggeleng.

"Hanya sebentar saja, ada hal yang ingin aku tanyakan pada Dokter. Tunggulah aku." Ucap Shea.

Jane segera berucap.

"Kau mau menemani Shea kan Matt, ya sudah temanilah dia. Jangan sampai sahabatku kelelahan, gandenglah tangannya." Ucap Jane.

Matthew menyerahkan bayi laki-laki itu pada Jane.

Segera Matthew bangkit berdiri mendekati Shea.

"Aku temani Love." Ucap Matthew.

Shea tak punya pilihan selain pergi bersama Matthew ke dalam ruangan Dokter.

**

~Ruang Dokter.

Dokter menatap Shea dan Matthew bergantian.

"Ini suami saya." Ucap Shea mengenalkan.

Dokter itu langsung mengangguk, ia memberikan surat hasil pemeriksaan pada Shea.

"Saya melakukan pengecekan terhadap kesehatan anda Nyonya dan hasil pemeriksaannya kurang baik." Ucap Dokter itu.

Shea langsung membaca isi surat itu, bahkan Matthew juga melihatnya.

"Syukurnya anda bisa melahirkan tanpa gangguan, tapi kali ini kesehatan anda dalam masalah. Bagaimanapun sel kankernya akan menyebar, jadi saya harap anda bisa menjalani operasi pengangkatan rahim. Tuhan benar-benar masih baik karena bayi anda terlahir dengan normal, anda termasuk satu dari pasien yang baru diketahui sakitnya usai melahirkan." Ucap Dokter itu.

Matthew langsung menggenggam tangan Shea.

"Bagaimana jika aku mempertahankan rahimku? Apa semuanya akan baik-baik saja?" Tanya Shea.

"Saya tak bisa menjamin, sel kanker akan membawa pada kematian." Ucap Dokter itu.

Matthew menatap Shea, kepala Shea menunduk.

"Nyonya, anda baru saja melahirkan. Anak anda sudah pasti membutuhkan nyonya. Tolonglah sedikit berjuang, lagipula kesehatan anda lebih penting diatas segalanya. Sel kanker yang anda miliki cukup berbeda dari pasien yang menderita hal sama." Ucap Dokter itu.

Shea memejamkan matanya, air matanya menetes.

Ia tak mau mati. Selama ini ia tak merasa sakit apapun, tapi setelah melahirkan anehnya ia merasakan perubahan mulai terjadi. Ia tak bohong kalau ia mengeluh sakit perut, membuat Dokter melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.

"Love." Bisik Matthew.

Shea membuka matanya, ia menoleh pada Matthew.

"Aku akan selalu ada untukmu. Ayo jalani pernikahan ini hingga akhir, aku akan menjadikanmu Istriku satu-satunya." Ucap Matthew.

Shea menggelengkan kepalanya, terlihat Matthew menarik Shea masuk dalam pelukannya.

"Jalani saja operasinya, aku akan selalu berada disisimu." Ucap Matthew lagi.

Bersambung...

1
Chuzaefah Chuzaefah
Luar biasa
Widi Widurai
padahal anaknya lg dia siksa sendiri wkwk
Widi Widurai
kl dia tau trnyata shea anaknya. wah betapa nyesal
Widi Widurai
padahal shea anak dia sendiri
Widi Widurai
matthew. shea uda ada rasa sama matt
Widi Widurai
beh jahat bgt yumnaa..
Widi Widurai
ahh pasti sumber masalah hidup shea itu yumna
Hafizah Aressha R
tetep gantung pdhl uda sekian bab
Anik Ekawati
jangan ke panti shea jika itu orangtuamu biar mereka yg mencarimu
Bandar Jayalampung
aku jd bingung . klo Mathew anaknya athur artinya shie sodara kandung sama matew ya 🙏
Bandar Jayalampung
smga shea slmt
Bandar Jayalampung
hRusnya kalian sadar she hanya untuk aslan
Lee Mba Young
lanjutt
Epijaya
pasti mommy Aslan yg memintak penjahat td utk mencelakankan Shea dgn memfitnah Aslan.
muna aprilia
lanjut
LISA
Aq mampir Kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!