Digondol Jin

Mamanya Andien pun segera mengambil hand phone dari dalam tas tangannya. Dan kemudian terlihat berbicara dengan lawan bicara nya di telepon, dari perbincangannya terdengar dia menyampaikan kabar baru saja tiba di rumah Ningrum dan selanjutnya tampak dia mendengarkan dengan serius lawan bicara nya.

Sedangkan Rico tampak berjabat tangan mengenalkan diri dengan Ningrum, Pak Kades, Pak Babin, Syahrul dan Pungki yang terakhir kali. Pungki pun merasakan tangan Rico yang kuat, kekar dan hangat. Sebab suhu tubuh Pungki sekarang ini memang sangat dingin apalagi telapak tangannya.

“Apa dia calon menantu pilihan orang tua Andien ya..” gumam Pungki sebab Rico hanya menyebutkan namanya saja. Pungki masih begitu penasaran dengan Rico.

“Aku harus kuat puasa dan laku batin, untuk menyelamatkan Andien sekarang ini kan tidak butuh otot yang kuat untuk menyelamatkan Andien. Dia lebih kekar tapi belum tentu bisa masuk ke dalam kerajaan jin.” Gumam Pungki dalam hati kini dia pun membusungkan dadanya, gerakan secara spontan sebagai bahasa tubuh jika dia siap beradu dengan para saingannya untuk mendapatkan gebetan.

“Papanya Andien sudah sampai bandara kira kira dua jam lagi sampai sini.” Ucap Mamanya Andien selanjutnya sambil menaruh lagi hand phone ke dalam tas tangannya.

“Alhamdulillah semoga perjalanan ke sini juga lancar. Mari Bu, Mas.. kita ke dalam.” Ucap Pak Kades sambil mempersilahkan Mamanya Andien dan Rico..

Mereka pun melangkah menuju ke dalam ruang pendopo.. Sesaat Pak Sopir memanggil Mamanya Andien..

“Bu ini oleh oleh nya..” ucap Pak Sopir yang di tangannya membawa kardus besar berisi makanan khas daerah.

“Ooo Ning ini ada sekedar oleh oleh Tante tidak bisa bawa apa apa, tadi Cuma beli di toko oleh oleh di dekat kami berhenti istirahat sarapan.” Ucap Mamanya Andien pada Ningrum..

“Terima kasih Tan,” ucap Ningrum sambil menerima kardus besar itu. Akan tetapi ternyata berat bagi tenaga Ningrum. Dan Ningrum pun minta tolong pada Pungki yang masih ada di dekatnya sebab Syahrul tampak sudah berjalan di depan sambil berbincang bincang dengan Pak Kades, Pak Babin dan Rico.. Mau tak mau Pungki pun membawakan nya dan dibawa masuk ke dalam. Sambil menahan agar saliva tidak keluar karena membayangkan enaknya oleh oleh dari calon mertua impian.

Sesampai di dalam pendopo mereka semua duduk di kursi di set tiga meja yang berjejer dengan banyak kursi menghadap tiga meja yang berjejer itu. Di atas meja pun tersaji minuman dan makanan. Termasuk oleh oleh dari Mama nya Andien juga sebagian disajikan. Pungki pun memalingkan wajah nya dari piring piring yang begitu menggoda minta dicomot isinya.

Pak Kades mengirim hasil rekaman CCTV ke nomor hand phone milik Rico karena Rico sudah memberikan nomor hand phone miliknya pada Pak Kades.

Rico yang duduk di dekat Mamanya Andien pun dengan serius mengamati rekaman CCTV itu...

“Apa kamera CCTV sudah dicek Pak?” tanya Rico sambil menatap Pak Kades, Pak Babin dan Pak Polisi lainnya.. sedang Mamanya Andien kembali terisak isak menangis..

“Sudah semua kamera bekerja dengan baik.” Ucap Pak Babin..

“Bagaimana mungkin di jaman modern seperti sekarang ini masih ada orang hilang di bawa hantu.” Gumam Rico sambil memijit mijit keningnya.

“Kami juga tidak habis mengerti Mas, tetapi di desa ini juga masih ada juga kejadian seperti itu, orang hilang tahu tahu dia ada di atas pohon , di sungai , di kebun atau di hutan.” Ucap Pak Kades sambil menatap Rico.

“Kalau dilogika sih mungkin orang yang hilang seperti itu karena mereka sedang bingung dan tidak terlacak oleh CCTV. Tapi hilangnya Mbak Andien ini di rumah Pak Kades ada CCTV, di dalam rumah dan di luar rumah.” Ucap salah satu bapak polisi mencoba memahami dengan pikiran orang yang tidak percaya pada hal hal gaib, sebab dirinya dulu juga tidak percaya. Rico masih memijit mijit keningnya karena tadi perkiraannya Andien diculik oleh manusia.

“Terus bagaimana agar Andien bisa ditemukan? Kita cari ke sungai dan hutan hutan di sekitar sini jangan sampai Andien hanyut atau dimakan binatang buas hiks... hiks...hiks...” ucap Mamanya Andien sambil masih terisak isak..

“Kami sudah mencari di sekitar desa ini tidak ada Bu. Ini tadi pagi Mas Syahrul memberi informasi jika Andien dibawa jin ke kerajaan jin yang berada di gunung di Nusa Tenggara Barat. “ ucap Pak Kades dengan nada serius..

Rico dan Mama nya Andien juga beberapa polisi yang belum mendengar kabar itu tampak sangat kaget. Mata mereka semua melebar sambil menatap Syahrul.

“Bagaimana mungkin? Bisa berada jauh sekali.. Om Lintang yang dari Bali naik pesawat saja belum sampai di sini.” Ucap Rico yang masih bingung dan tidak percaya..

“Itulah Mas yang namanya gaib semua di luar nalar kita.” Ucap Syahrul dengan nada serius sambil menatap Rico yang tampak masih bingung.

“Terus bagaimana cara kita bisa menyelamatkan Andien?” tanya Mamanya Andien sambil menatap Syahrul lalu ke Pak Kades..

“Harus masuk ke kerajaan jin itu Tan.” Saut Ningrum yang duduk di samping Mamanya Andien.. Mamanya Andien pun cepat cepat menoleh ke arah Ningrum.

“Bagaimana cara masuk ke dalam kerajaan jin? Siapa yang bisa?” tanya Mama nya Andien sambil mengerutkan kening.

“Saya bisa.” Saut Pungki yang sudah siap siaga untuk menolong sang gebetan.

Semua orang pun menatap Pungki dengan tatapan sangat tidak percaya, apalagi Rico dia begitu sangat sangat tidak percaya.. kecuali Syahrul, dan Syahrul pun hanya menunduk di dalam hati Syahrul tersenyum mendengar ucapan Pungki.

“Telapak tangannya saja begitu dingin berhadapan dengan manusia apalagi jika dia berhadapan dengan hantu.” Gumam Rico di dalam hati sambil menatap tajam ke arah wajah Pungki yang pucat.

“Mas, kita sedang bicara serius ya.. jangan bercanda.” Ucap Mamanya Andien sambil masih menatap Pungki dan sangat tidak percaya dengan ucapan Pungki baru saja.

“Iya Bro, jangan main main kalau ada apa apa nanti Om Lintang dan Tante yang disalahkan keluarga kamu Bro.” Ucap Rico sambil masih menatap wajah Pungki.

“Saya tidak main main dan saya sangat serius.” Ucap Pungki sambil menatap Mamanya Andien dan Rico.

“Iya Tan, Pungki dan Mas Syahrul pernah ke sana untuk...” ucap Ningrum tidak berlanjut sebab jika akan mengatakan untuk mencari Dewa nanti dia khawatir akan bercerita tentang awal mula permainan jailangkung Fatima dan Pungki di kampus..

“Untuk apa???” tanya Mamanya Andien dan Rico yang sangat penasaran.. Pak Babin dan polisi lainnya pun juga sangat penasaran. Sedangkan jantung Pungki berdebar debar karena takut jika Ningrum sampai bercerita Pungki yang mengajak bermain jailangkung di mana penyebab awal mula masalah mereka dengan makluk gaib muncul.