Daisy Moreland diusir dari rumah, dikhianati kekasih dan berakhir di ranjang bersama pria asing.
Berniat melupakan masalah yang terjadi, kedatangannya ke kelab malam justru menambah daftar panjang masalahnya.
Daisy terjebak menikah dengan Daren karena memiliki wajah yang sama persis dengan calon istrinya yang kabur.
Bagaimana bisa?
Bagaimana nasib Daisy selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa kau sebenarnya?
“Papa? Kenapa Daren bisa bersama denganmu?” tanya Daisy penuh selidik.
“Kenapa kau menatap Papa curiga begitu. Suamimu tidak melakukan apa pun. Dia kurang enak badan,” jawab Felix sambil merebahkan tubuh menantunya di ranjang.
“Memangnya aku mengatakan apa? Aku hanya bertanya. Papa ini salah paham saja.” Daisy mendengus sinis.
Setelah Daren direbahkan di ranjang dia menyusul sang ayah keluar. Pria paruh baya itu langsung pamit pergi tanpa mau ditawari apa pun.
“Kau sakit?” tanya Daisy. Wanita itu menyentuh kening Daren, suhu tubuhnya normal.
“Menurutmu?” tanya balik Daren dengan mata yang tetap terpejam.
“Perlukah memanggil dokter?”
“Tidak.”
“Ohh, baiklah.”
Setelah tak ada sahutan lagi, Daisy yang melihat Daren lemah memutuskan membantu pria itu melepaskan sepatunya.
“Daren, lebih baik kau ganti pakaian dulu agar lebih nyaman.”
“No, jangan ganggu aku. Kepalaku pusing mendengar suaramu.”
Daisy menghentakkan kakinya kesal. Dia hanya berniat baik pada suaminya, tidur dengan memakai kemeja dan celana panjang pasti tak membuatnya nyaman. Namun, mendengar ucapan Daren, dia jadi kesal dan keluar seraya membanting pintu dengan keras.
Saat berpapasan dengan pelayan pun Daisy tak menampilkan senyum, justru memberi mereka tatapan tajam.
“Ada apa, Nyonya?” tanya Gina yang melihat wajah nyonya mudanya cemberut.
“Tuanmu. Apalagi? Dia menyebalkan sekali. Aku berniat baik padanya, tapi dia justru menghinaku secara tidak langsung.”
“Memangnya apa yang Tuan Daren katakan?”
“Dia bilang kepalanya semakin pusing mendengar suaraku. Memangnya dia pikir suaraku ini petasan apa!”
Wanita paruh baya itu melipat bibir ke dalam supaya tak tertawa. Wajah muram sang nyonya muda begitu sangat menggemaskan. Pantas jika tuannya akhir-akhir ini selalu banyak tersenyum, istrinya sangat lucu.
“Tuan hanya bercanda saja, Nyonya. Ingin menggoda Anda,” kata Gina meyakinkan.
“Kau sama saja. Selalu membela tuanmu! Sudah jangan mendekat, aku sedang marah sekarang.”
Siapa yang akan peduli jika Daisy marah? Marahnya justru menggemaskan dan terlihat lucu, membuat Gina santai saja.
*
Tengah malam Daren terbangun saat merasakan sebuah tindihan di kaki. Tidak terlalu terkejut karena dia sudah sangat paham tingkah istri barunya itu ketika tidur. Sangat mengerikan karena hampir seluruh ranjang dikuasai sendirian.
Daren memutuskan membersihkan diri karena tubuhnya terasa lengket setelah seharian berada di luar.
Setelah mandi, dia menoleh ke arah ranjang dan menggeleng pelan. Saat dia turun Daisy ada di sisi kanan ranjang, dalam waktu singkat dia sudah berpindah posisi dengan kepala yang hampir jatuh.
“Cantik-cantik tidurnya tidak beraturan,” gumamnya.
Udara dingin sama sekali tak mengusiknya. Kerlip bintang dan rembulan di atas sana lebih menarik perhatian dibandingkan dinginnya malam.
Bibirnya menyesap sebatang rokok dalam-dalam dan mengeluarkan asapnya dengan perlahan. Seolah menikmati racun yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bibirnya mendesah pelan saat memaksa ingatan membongkar memori lama. Rasanya sangat sakit.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Daren tak bisa mengingatnya sama sekali.
*
Menjalani kehidupan sebagai Della Hargrove tak membuat Daisy bahagia. Meski hidup dalam gelimang harta dan kemewahan, tetap saja ada perasaan bersalah yang dirasakan.
Menipu semua orang dan harus terus berbohong demi menutupi identitas aslinya.
Siang itu Daisy memilih menyendiri di dekat kolam, tiba-tiba ada yang merangkul bahunya, membuatnya reflek dan menjauh.
Daisy menatap pria itu dengan heran karena merasa tak mengenal.
“Kau tak merindukanku, Del?”
Alis Daisy menukik tajam. Dalam hati bertanya-tanya siapa pria tampan di hadapannya ini. Mengapa ucapannya terlihat bahwa hubungan mereka sangat dekat.
Lama terdiam membuat pria itu mendekat dan kembali memeluk Daisy. Karena tak nyaman wanita itu mendorong keras hingga pria itu jatuh terduduk karena tak siap.
“Sial. Ada apa denganmu?” bentaknya keras.
Daisy menggali ingatannya. Berharap ada secuil informasi tentang pria di depannya, tetapi tidak ada.
“Aku hanya reflek, tidak suka dipeluk orang lain selain suamiku.”
“Brengsek. Kau menganggap kakakmu sendiri orang lain? Kurang ajar sekali kau ya? Apa ini ajaran Daren padamu untuk menjauh dariku?”
Terjawab sudah kebingungan Daisy. Ternyata mereka bersaudara. Karena tak enak hati sudah salah paham, Daisy mengulurkan tangan untuk membantu pria itu bangun.
“Sekarang aku sudah menikah, aku tidak suka saja dipeluk pria lain selain suamiku. Jangan marah, Kak!”
“Apa?” pekik pria itu membuat Daisy terkejut dan menjauh.
“Kenapa kau membentakku sialan!”
Pria itu terkekeh. “Aku hanya terkejut kau memanggilku kakak. Apa otakmu terbentur sesuatu hingga kau banyak berubah?”
Daisy mendengus. “Brengsek! Menjauh dariku.”
“Kau marah karena aku tidak datang di hari pernikahanmu?”
“Masih bertanya. Dasar tidak tahu malu.”
Donovan Fan Hargrove hanya terkekeh. Namun, dia menyadari ada banyak perubahan pada diri adiknya. Hubungan mereka memang sangat dekat sehingga perubahan sekecil apa pun dapat dirasakan.
“Apa yang membuatmu banyak berubah dan akhirnya sadar?”
“Maksudmu?”
“Kau seperti orang lain. Sikap dan sifatmu berubah dari terakhir kita bertemu.”
“Kenapa kau tak senang melihat adikmu berubah jadi lebih baik?”
“Hanya penasaran saja.”
Meski bibirnya menjawab demikian, tetapi Donovan menelisik setiap pergerakan Daisy dengan intens.
“Siapa kau sebenarnya?”
To Be Continue ....
mati terhormat ditangan orang jahat
bukan mati kelaparan sebagai gelandangan... ahay
kalo mau nafsu makan... pesen aja nasi liwet.. ikan asin.. lalapan.. jangan lupakan pete sama jengkol ya