Siapakah gadis kampung bernama Lily ini, sehingga Eko Barata memberikan syarat kepada tiga puteranya? Untuk mendapatkan hak waris kekayaan Barata, salah satu dari mereka harus berhasil menikahi Lily.
"Ingat! Papa tidak akan memberikan kalian warisan jika salah satu dari kalian tidak bisa menikahi Lily, camkan itu!" kata Eko Barata tegas.
Syarat yang diberikan Eko Barata terdengar konyol bagi banyak orang. Mereka menganggap Lily tidak pantas menjadi menantu keluarga Barata. Namun, ketika satu per satu kemampuan hebat Lily terungkap, dia berhasil membungkam semua mulut yang menyepelekannya.
Siapa sebenarnya Lily, dan apa rahasia di balik kehebatannya? Temukan jawabannya dalam "Lily: Rahasia Gadis Kampung".
Selamat membaca ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Aku memilih yang ini," ucap Lily.
Agam melihat itu dengan cepat menggeleng dan terlihat menghembuskan nafasnya berat. Sesuai dugaan, Lily kemudian terkekeh.
"Ada apa?" tanya Agam.
"Tidak ada."
AGam berjalan dan matanya terpaku pada sebuah gaun. Dia menunjuk patung tersebut dan memanggil pelayan agar menyiapkan Lily menggunakan gaun tersebut.
LIly berbalik dan melihat gaun tersebut membuat alisnya terangkat.
"Lumayan..." batin Lily.
Agam duduk di sebuah sofa dengan mengotak-atik ponselnya, tidak berselang lama terdengar langkah kaki dengan hentakan heels lembut di lantai, seperti tangga nada yang berirama.
Agam menghentikan aktifitasnya dan melihat seorang wanita dengan memukau berjalan kearahnya. Wajah Lily yang setiap harinya menggunakan polesan make-up yang tipis kini sedikit terlihat merona dan cantik. Rambutnya terurai dengan blonde, gaun putih yang mengekspose punggung putih dan mulus, terlihat begitu terawat dan jiwa tubuhnya ramping, membuat Agam benar-benar terpesona melihatnya.
Gaun itu sedikit di bawah lutut hingga terkesan anggun dan bersahaja. Agam masih terdiam sedangkan kini LIly sudah berdiri di hadapannya.
"Bagaimana? Apakah kau sudah jatuh cinta?" ucap Lily meledek Agam.
"Hmm, biasa saja, itu terlihat begitu mencolok, aku..."
"Pelayan, aku ingin gaun ini," ucap Lily dengan memberikan black card kepada pelayan tersebut.
Agam melihat itu segera meraih kartunya dan menyerahkan black card miliknya.
"Simpan ini."
"Aku yang mengajakmu, itu berarti aku yang akan membayarnya," ucap Agam.
"Baiklah, lalu kita akan ke mana? Aku sudah siap," timpal Lily dengan tersenyum riang.
"Hmm, gaun itu akan kau pake di acara perjamuan nanti, bukan saat ini," ucap Agam.
"Apa??!!! Tapi..."
Agam berlalu dan tersenyum tipis, hingga Lily pun tidak menyadari senyum Agam barusan.
Esok hari acara perjamuan perusahaan Barata, beberapa kolega perusahan akan hadir, Lily memutuskan untuk berganti gaun di toilet karena dia tidak memilki waktu yang banyak jika harus ke salon dan mengambil gaun tersebut di rumah.
Lily membawanya ke kantor dan berinisiatif menggantinya sepulang kantor, karena acara perjamuan dilakukan sore malam hari. Agam hanya menggelengkan kepalanya.
"Terserah kau saja, aku akan menunggumu di lobi hotel, kau berganti saja dulu," ucap Agam kepada Lily.
Lily mengangguk. Dia memasuki toilet hingga tatapan seorang wanita tajam melihat adegan itu ikut masuk ke dalam toilet tersebut. Dia melihat Lily sedang menata rambutnya.
Sera pun ikut memeriksa polesan make-up di wajahnya.
"Hmm, perjamuan hari ini jangan berani-berani menggoda Agam, kalau tidak, mungkin saja kau akan menerima pembalasan," ucap Sera dengan melirik Lily di dalam cermin.
Lily tersenyum mendengarnya, dia hanya sibuk merapikan rambut dan make-upnya.
"Apapun rencanaku di masa depan, kenapa aku harus memberitahumu, entah aku akan menggodanya atau tidak, itu bukan urusanmu!"
Sera berbalik dan menatap Lily, dia melangkah ke arah Lily dengan menyilangkan tangannya di dada.
"Aku dan Agam tumbuh bersama, selama itu kami bersama, jadi jangan buang-buang waktumu," jelas Sera sinis.
Lily mendengar itu kemudian menghentikan aktifitasnya dan berbalik ke arah Sera menatapnya dengan sinis.
Lily menjelaskan bahwa Sera dan Agam memang sudah lama bersama tapi anehnya Agam sama sekali tidak menunjukan sesuatu yang bisa dikatakan bahwa dia juga menyukai Sera.
"Kasian sekali!" ucap Lily dengan terkekeh.
"Apa yang kau katakan. Hah?!"
"Nona Sera, aku ingin tahu, apakah kau yakin Agam memiliki perasaan yang sama denganmu?"
Sera kemudian mengibaskan rambutnya dan menjelaskan jika perasaan Agam untuknya sangat besar, hanya saja Agam belum menyadari perasaannya kepada Sera.
"Tapi Kau! Jangan pernah berharap bisa disukai oleh Agam!" ucap Sera.
"Ha ha, kita lihat saja nanti," ucap Lily, kemudian masuk ke dalam ruang untuk buang air kecil.
Sera sangat geram, dia kemudian meraih tas Lily yang tertinggal dan melihat ada gaun di dalam tas tersebut. Sera membuka heelsnya yang runcing kemudian merobek gaun tersebut menggunakan heelsnya.
"Rasakan itu!"
Sera kemudian keluar dan berjalan ke arah Agam yang sedari tadi berjalan mondar-mandir di lobi hotel. Sera berlari kecil ke arah Agam dan memegang tangannya spontan.
Dia bergelayut manja dan memaksa Agam memasuki ruangan bersamanya.
"ayolah Agam, Lily masih sangat lama. Aku baru saja bertemu dengannya tadi, tapi aku tidak menyangka jika dia menyiapkan diri selama ini," jelas Sera yang masih bergelayut manja.
Agam hanya menghembuskan nafasnya berat, karena perhatian semua tamu hotel mengarah kepadanya bersama dengan Sera saat itu. Dia pun sudah tahu karakter Sera yang sangat susah memintanya untuk menjauh.
"Baiklah," ucap Agam.
Dia kemudian memasuki ruangan dan menjadi pusat perhatian dari semua yang hadir, bahkan ada beberapa kamera yang menyorot ke arahnya dan membuat mereka berda terlihat jelas di depan layar.
Sera tersenyum bahagia, beberapa media mengabadikan itu.
"LIhat! Dia adalah Agam Barata sedang bersama kekasihnya."
Agam merasa tidak nyaman, dia kemudian meinta Sera menjauh karena dia akan menemui beberapa rekan kerja. Sera mengangguk kecil, tiba-tiba dengan sengaja Sera menjatuhkan dirinya membuat Agam spontan memegang tangannya.
"Agam terimah kasih," ucap Sera manis.
Semua orang bertepuk tangan karena mereka berdua terlihat sangat romantis. Sera sangat senang, sedangkan Agam masih terlihat biasa saja. Dia meraih sebuah gelas dan melangkah meninggalkan Sera.
Dia sudah berbincang lama dengan rekan-rekannya tapi masih belum melihat kedatangan Lily, "kemana gadis itu..."
Dia terlihat gelisah dan matanya hanya tertuju pada pintu masuk utama.
DI tempat lain, Lily melihat gaunnya sudah rusak sangat geram, dia membuang gaun tersebut ke dalam tempat sampah. Setelah itu dia ingin keluar dari ruangan tapi ternyata terkunci.
"Sialan!"
Lily memeriksa ponselnya dan ternyata ponselnya pun mati. Lily berpikir mencari cara agar dia bisa keluar dari tempat tersebut, tidak berselang lama pintu terbuka.
Di sana ada bagas yang berdiri di depan pintu.
"Bagaimana bisa kau tahu aku di sini?"
"Aku hanya membantu wanita ini untuk masuk ke dalam ruangan ini, tidak kusangka kau terjebak di dalamnya," timpal Bagas.
Dia tersenyum sinis, dia usdah tahu bahwa akan banyak orang yang mengincar Lily mulai saat ini. Lily melihat seorang wanita keluar dari ruangan memintanya untuk melepas gaun yang dia gunakan.
"Hah? Apa kau gila?"
Lily menariknya masuk kembali dan menutup pintu, tidak menjelang lama dia keluar menggunakan gaun yang wanita tadi kenakan dan yang Lily kenakan digunakan oleh wanita tersebut.
Baga menepuk tangannya mengakui jika Lily benar-benar memiliki nyali yang besar, entah bagaimana cara Lily membujuk wanita itu, yang pasti di mata Bagas Lily mulai menarik.
Suara daun pintu terbuka kembali, kali ini membuat Agam sedikit tenang dan merasa kesal secara bersamaan. Karena di depan sana Lily datang bersama dengan Bagas.
"Gaunnya??!" batin Agam dengan kesal.