NovelToon NovelToon
Satu Milyar Untuk 30 Hari

Satu Milyar Untuk 30 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tya

zea perempuan cantik yang harus menikah kontrak selama 30 hari dengan leon pengusaha kaya raya.
di dalam perjanjian pernikahan kontrak mereka tidak boleh saling jatuh cinta.
namun berjalannya waktu zea mulai ada rasa dengan Leon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Menatap piringnya yang penuh dengan lauk pedas, kemudian menghela Leon sebelum mencoba kembali makan lauk buatan Zea.

Para pelayan di sekitarnya terkejut melihat tuan mereka yang biasanya pemilih dalam makanan, kini dengan tegas menyantap lauk pedas yang sempat membuatnya marah.

"Enak kan, Tuan?" tanya Zea dengan nada mencemooh, mengejek Leon yang kini tampak menikmati makanannya.

"Diam! Atau aku akan membawa kamu keluar dari sini!" ancam Leon sambil menggerutu.

"Hii, takut," sahut Zea dengan wajah ledekannya, seolah tak gentar dengan ancaman tuannya.

Leon menghabiskan makanannya, meneguk air putih untuk meredakan sisa pedas di mulutnya.

Ia kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan menuju Zea yang berada di depannya. Dengan sigap, ia membopong Zea yang mencoba memberontak, namun tubuh mungilnya membuatnya sulit untuk melawan.

"Leon, lepasin aku!" pekik Zea, tetapi Leon terus membopongnya, tak peduli dengan protes gadis kecil itu.

Dengan langkah mantap, Leon membawa Zea ke lantai atas rumah mereka, memapah tubuh istrinya yang masih menunjukkan perlawanan.

Sesampainya di depan pintu kamar, Leon membuka pintu dan dengan perlahan meletakkan Zea di atas kasur.

"Mau apa kamu, ha!" teriak Zea dengan nada marah.

Leon hanya tersenyum sinis, kemudian menutup pintu kamar. Tak lama kemudian, ia menerkam Zea, memaksanya untuk tunduk pada keinginannya. Zea hanya bisa pasrah, meskipun hatinya menolak; bagaimanapun juga, Leon adalah suaminya.

Setelah selesai melakukan adegan intim, Leon tersenyum puas, merasa seolah-olah dia telah menaklukkan istrinya. Ia pun beranjak dari sisi Zea, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sementara itu, Zea masih merasa kesal dan menggerutu dalam hati. Ia berusaha mencari pakaiannya yang tadi dibuang sembarangan oleh Leon. Dalam keadaan kesal, Zea menemukan pakaiannya yang tergeletak di sudut kamar.

Setelah Leon selesai mandi, kini giliran Zea yang akan mandi. Dengan tatapan kesal, ia melirik ke arah suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Entah kenapa zea pengen terus memandang wajah tampan suaminya yang habis mandi, ia begitu tampan.

"Mau mandi sama aku?" Ujar Leon

"Apa !"

"Lagian ngapain natap aku begitu banget, baru nyadar tubuhku bagus" ucapnya sambil memecingkan bibirnya

Wajah Zea tampak muram, seakan menunjukkan ketidaksukaannya. Tanpa berbicara, ia bergegas masuk ke kamar mandi untuk segera mandi. Air hangat menyelimuti tubuh mungilnya, mengusir rasa dingin yang menggelayut di malam hari.

Selesai mandi, Zea mengenakan piyama yang tadi dibelikan oleh Leon. Ia melihat Leon yang sudah tertidur pulas di tempat tidur. Wajah tampan lelaki itu terlihat begitu tenang dalam tidurnya. Senyuman kecil tersungging di bibir Zea, ia tidak menyadari kapan tepatnya perasaannya mulai terbawa suasana.

"Zea, sadar!" gumamnya dalam hati, berusaha mengingatkan dirinya sendiri. "Kamu tidak boleh jatuh cinta pada laki-laki yang ada di depanmu sekarang. Kamu hanya bersamanya selama 30 hari. Setelah itu, kalian akan berpisah."

Namun, hati Zea tak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Terlepas dari peringatan yang ia berikan, perasaannya pada Leon terus tumbuh dan menjadi semakin kuat.

Mereka harus bersama hanya selama 30 hari, setelah itu mereka hidup dengan jalan hidup mereka masing masing.

Zea baru saja selesai mandi, rambutnya masih basah terasa berat dan ia tutupi dengan handuk yang melingkari kepalanya. Rasa haus yang ia rasakan membuatnya membuka pintu kamar dan menuruni anak tangga untuk mencari segelas air di dapur.

"Eh, Non Zea!" Bibik terkejut melihatku tiba-tiba muncul dengan rambut yang masih basah.

Senyum mengembang di wajah Bibik saat ia menyadari bahwa Zea baru saja habis keramas di tengah malam. "Non Zea habis keramas ya? Pasti gara-gara Tuan kan?" tebak Bibik sambil mengedipkan mata satu.

"Bibik, ih!" Zea merasa malu dan pipinya memerah, ia menundukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Hehehe, rambut Non kan tebal, nanti Bibik carikan hairdryer supaya cepat kering," ujar Bibik dengan nada ramah.

"Apa itu hairdryer?" Zea merasa bingung dan tidak mengerti maksud Bibik.

"Nanti juga Non tahu, tunggu di sini ya," jawab Bibik sambil tersenyum.

Zea mengangguk mengerti, ia menunggu di ruang tengah sementara Bibik berjalan menuju kamarnya untuk mencari alat yang ia sebutkan tadi. Rasa penasaran membuat Zea tidak sabar ingin tahu apa itu hairdryer dan bagaimana cara menggunakannya.

Zea melangkah gontai ke dapur untuk mengambil sebotol air mineral karena merasa kesal menunggu bibik yang sudah cukup lama. Ia kembali ke ruang tamu dengan air mineral di tangannya, bersiap untuk menunggu bibik kembali.

Akhirnya, bibik muncul dengan membawa herdayer di tangannya. Zea memperhatikan alat tersebut dengan bingung karena seumur hidupnya ia belum pernah melihat alat seperti itu.

Bibik, yang mengira Zea sudah tahu cara menggunakan herdayer, menyerahkan alat tersebut kepadanya tanpa menjelaskan lebih lanjut.

"Yaudah, bibik mau mengunci pintu," ucap bibik sambil menepuk pundak Zea, berbalik untuk mengunci pintu rumah.

Zea menatap herdayer di tangannya, kebingungan semakin menyelimuti pikirannya. Ia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "Ta-tapi bik, ini gimana caranya?"

Bibik terkejut mendengar pertanyaan Zea dan menyadari bahwa ia belum menjelaskan cara penggunaan herdayer.

Dengan sabar, ia mulai mengajari Zea cara menggunakannya, berharap dapat membantu Zea memahami alat tersebut dengan lebih baik.

Zea mengangguk mengerti dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada bibik, lalu ia bersama Leon berjalan menuju lantai atas rumah. Mereka berdua masuk ke dalam kamar tidur Zea yang luas dan nyaman.

Setelah menutup pintu kamar, Zea duduk di depan meja rias dan menaruh botol yang dijelaskan oleh bibik tadi. "Aku coba sekarang," gumam Zea penuh penasaran.

Ia melepaskan handuk yang melingkari kepalanya, lalu menyolokkan hairdryer panas bertiup keras dari hairdryer tersebut. Ia merasa seolah angin itu akan menerbangkan rambutnya.

Teriakan Zea membuat Leon yang sedang tidur di atas kasur terbangun. Leon melihat ke arah Zea dengan ekspresi bingung dan khawatir.

"Ada apa, Zea?" tanya Leon, masih mengucek-ngucek matanya yang mengantuk. "Kenapa kamu teriak seperti itu?"

Zea menatap Leon, lalu tertawa kecil. "Maaf, Leon. Aku hanya kaget dengan angin dari hairdryer ini"

"Aish! Kau ini benar benar ya !" Kesal Leon iapun melanjutkan lagi tidurnya

Zea meneruskan lagi memakai herdayer hingga rambutnya kering, sehabis itu ia merebahkan tubuhnya di samping Leon.

tiba tiba tangan Leon mendarat di perut rata zea, zea sontak kaget ia membulatkan kedua matanya dengan sempurna.

dengan hati hati zea mengangkat tangan Leon ia menaruhnya di perutnya yang seperti roti sobek, zea menarik nafas dalam dalam ia menutup Kedua matanya hingga tertidur pulas.

**

1
Ellis Herlina
Bagus, membuat penasaran jadi pengen terus membacanya.
Dewi
👍
Rike
cwok gk besyukur🤦
Dewi
ceritanya sangat bagus
🌜💖Wanda💕🌛
Luar biasa
Ivana Make Up
awal yg bagus😍aku suka baca novel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!