MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

Diana menatap Keyra dengan serius. "Cerita ini di mulai sekitar 10 tahun yang lalu", ucapnya seraya menghela nafas.

Keyra pun menatap fokus pada Diana. Dia tidak ingin terlewatkan setiap kata dari ucapan sang calon mertuanya itu.

Flashback on

Pada waktu itu, Albian baru saja kehilangan ayahnya. Albian seakan kehilangan raganya, kala sang ayah pergi untuk selamanya. Dia selalu mengurung diri dan tidak mau keluar dari dalam kamarnya.

Namun suatu ketika, keluarga Keyra datang untuk menyampaikan bela sungkawa sekaligus permintaan maaf atas kejadian yang telah menimpa ayah Albian. Saat itu Keyra yang juga berusia 10 tahun, mendekati Albian dan mengajaknya bermain.

"Hai, kenalin namaku Keyra. Kau bisa memanggilku Kei", ucap Keyra kecil seraya menjulurkan tangan mungilnya.

Albian mengacuhkan Keyra, namun Keyra tidak marah padanya. Dia malah memperhatikan tangan mungilnya. "Apa tanganku kotor?" tanyanya seraya membolak-balik telapak tangannya. "Nggak kotor kok!" lanjutnya dengan wajah polos. Lalu dia gegas menarik tangan Albian. "Ayo, kita bermain di luar saja."

Albian yang tidak siap, akhirnya dapat di bawa paksa oleh Keyra menuju ke luar rumah.

Cukup lama bagi Keyra untuk membuat Albian mau bermain dengannya. Hingga pada saat Keyra tidak sengaja terjatuh, Albian tiba-tiba tersenyum tipis.

"Aku bisa melihat senyum di wajahmu! Kamu pasti sedang meledekku kan?" tanya Keyra dengan wajah cemberut.

"Kau terlalu banyak tingkah!" jawab Albian masih dengan senyuman di wajah dinginnya. Namun rasa empatinya masih ada. Dia gegas membantu Keyra berdiri.

"Akhirnya, aku bisa mendengar suaramu!" seru Keyra senang saat menyambut uluran tangan Albian.

"Kau juga sangat berisik!"

Keyra tersenyum menatap wajah dingin Albian. "Kata mama, wanita memang lebih banyak bicara daripada laki-laki."

"Apa kau selalu mendengarkan kata mamamu?"

Keyra membalas dengan menganggukkan kepala. "Iya dong. Mama kan orang tua Kei. Tapi Kei tidak hanya dengerin ucapan mama aja kok, kalau papa ngomong, Kei juga dengerin!" jawab Keyra dengan tersenyum.

"Bagaimana jika mamamu tiada?"

Keyra membisu mendengarkan pertanyaan Albian. Lalu dia menatap Albian dengan ekspresi sedih. "Kamu jahat! Kamu mau Kei kehilangan mama juga!"

"Bu- bukan seperti itu. Aku hanya ingin tahu apa yang akan kau lakukan?" Albian kecil tampak gugup dan berusaha untuk menenangkan Keyra yang sedang marah.

Keyra pun sedikit tenang saat melihat ekspresi rasa bersalah Albian. "Kei tidak ingin kehilangan mama secepat ini. Kata mama, semua orang akan kembali pada penciptanya. Jadi Kei akan berdoa pada Allah, agar mama masih diizinkan tinggal lebih lama lagi di sini."

Albian termangu mendengar jawaban Keyra. Dia tidak pernah meminta dalam doanya seperti yang di minta oleh Keyra.

"Kei tahu kamu baru saja kehilangan orang yang sangat kamu cintai. Kei tahu kamu pasti sangat sedih. Tapi ada anak-anak lain yang lebih merasa sedih, karena tidak punya papa dan mama. Mereka hidup tanpa kasih sayang dari papa dan mamanya sejak mereka dilahirkan. Tapi apa kamu tahu, kalau mereka tetap bahagia dan mau bergaul dengan semua orang."

"Apa itu juga kata mamamu?" tanya Albian.

Keyra membalas dengan mengangguk cepat. "Mama mengatakan hal itu, saat kami menjemput sepupuku yang bernama Diandra. Paman menyerahkan Diandra ke panti asuhan setelah bibi tiada. Jadi kami datang menjemputnya dari sana."

"Jahat sekali pamanmu itu!"

"Hm, dia memang jahat!"

Flashback off

"Setelah itu kamu pasti tahu apa yang terjadi kan Kei?" tanya Diana.

Keyra mengangguk pelan seraya menghela nafas. "Tapi Kei belum paham tante. Bagaimana Kei bisa memutuskan menerima pernikahan ini atau tidak, setelah mendengar cerita tante barusan?"

"Tante belum selessi bercerita sayang. Jadi setelah kamu pulang dari rumah tante, Bian minta agar dia bisa satu sekolah dengan kamu. Tante pun menuruti kemauan Bian, agar dia tidak mengurung diri lagi."

"Ooo, Kei ingat sekarang. Dia murid pindahan yang dibicarakan teman-teman di kelas Kei. Katanya ada murid pindahan yang tampan."

"Tapi saat itu kau sama sekali tidak mencari tahu tentangku!" sela Albian dengan raut wajah murung.

Aku sibuk mengikuti kak Dirga kemanapun dia pergi, jadi aku mana mungkin punya waktu untuk mencari informasi tentang pria lain. Batin Keyra.

"Kei!" Albian mengibaskan tangannya di wajah Keyra.

'Um, iya maaf. Mungkin saat itu aku sedang sibuk dengan tugas sekolah", jawab Keyra asal.

"Apa tugasmu nggak kelar sampai ke perguruan tinggi?"

Keyra terbelalak mendengar pertanyaan Albian. "Jadi kau memang sengaja kuliah di kampus yang sama denganku?"

Albian membalas dengan menganggukkan kepala.

"Tapi kita sudah bermusuhan sejak kelas 2 SMA. Jadi untuk apa kau masih mengikutiku?"

"Karena aku menyukaimu. Sejak kau datang pertama kali ke rumah kami."

Keyra membisu mendengar pernyataan cinta Albian yang terlalu mendadak. Dia masih menyangka kalau Albian adalah musuh bebuyutannya forever.

"Tante mau membantu menjelaskan mengenai surat yang kamu berikan pada Bian."

"Tapi Kei tidak pernah menyerahkan surat itu!" sanggah Keyra.

"Iya, tante tahu sayang. Mungkin ada orang lain yang dengan sengaja menaruh surat itu di meja Bian. Di tambah lagi, buku catatan hasil rapat OSIS, tiba-tiba sudah terletak di meja Bian, sementara Bian sama sekali belum memintanya darimu."

Keyra manggut-manggut sebagai tanda sepaham dengan ucapan Diana.

"Apa kamu pernah memberikan buku catatan itu pada orang lain, Kei?"

"Seingat Kei, buku catatan itu masih ada di dalam laci meja belajar Kei, tante", jawab Keyra dengan serius.

"Ini jelas ada yang sengaja ingin membuat kalian berdua salah paham, agar kalian bermusuhan dan saling menjauh."

"Kalau begitu, pasti para fansnya Bian. Dari adik kelas sampai kakak kelas, banyak wanita yang menyukai Bian waktu itu. Pasti mereka pelakunya."

"Belum tentu sayang. Apa mereka tahu kalau Bian menyukaimu?"

Keyra berfikir sejenak dan mencoba mengingat-ingat kejadian 4 tahun silam. "Mungkin mereka mengira Kei adalah saingan mereka, karena Kei selalu dekat dengan Bian sebagai sekretaris OSIS."

"Kalau begitu biarkan Bian yang mencari tahu kebenaran 4 tahun yang lalu", ujar Diana.

"Apa itu masih perlu ma? Bukankah sebaiknya kita membicarakan yang terjadi saat ini?" protes Albian.

"Itu perlu sayang, supaya hubungan kamu dan Kei semakin baik kedepannya. Benar kan Kei?"

Sontak Keyra kaget mendengar ucapan Diana. Dia masih belum yakin akan kebenaran cerita dari sang calon mertua. "Em, iya tante", jawabnya sekedar menghindari kecurigaan Diana.

Ini terlalu tiba-tiba. Bagaimana mungkin setelah empat tahun, baru tahu kalau kejadian itu hanya sebuah kesalahpahaman? Apa iya segampang itu?. Batin Keyra ragu. Namun Keyra tidak menunjukkan keraguannya itu di depan Diana.

"Lalu, bagaimana dengan fitting baju ini? Setelah kamu mendengarkan cerita tante barusan, apa kamu akan melanjutkan pernikahan ini atau tidak, Kei?" tanya Diana mengingatkan.