Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 33
Pagi ini di rumah Safira sangat ramai, sejak kedatangan ni Eti ke rumah itu anak-anak menjadi tambah bersemangat mereka tidak henti-hentinya saling bergurau satu sama lain sehingga membuat Safira pusing karena tingkah mereka. Seperti saat ini, pagi ini Anisa meminta izin kepada Safira untuk datang menjelang waktu siang karena ibunya sedang sakit dan dia harus merawat adik-adiknya terlebih dahulu, jadilah pagi ini Safira Dan ni Eti yang menyiapkan semua keperluan anak-anak untuk sekolah.
"Abang Rai, ayo segera ke meja makan untuk sarapan jangan lupa tasnya sekalian dibawa" ucap Safira pada Raiyan saat melihat anak laki-lakinya itu masih dengan santai membaca buku cerita yang kemarin di bawanya dari sekolah.
"Iya mama, sebentar lagi" jawab Raiyan.
"Ayo dong Abang, mama kan harus membantu Qirani juga" ucap Safira seraya menuntun Raiyan untuk segera menghampiri ni Eti dan Dayyan yang sudah berada di sana.
"Baiklah mama, aku akan segera ke sana sendiri" jawab Raiyan yang menolak dituntun oleh Safira.
Setelah berhasil membujuk Raiyan Safira pun melangkahkan kakinya masuk ke kamar Qirani dan mendapati anak gadisnya itu masih kesusahan untuk merapikan seragam sekolahnya.
"Adek belum selesai?" tanya Safira pada Qirani.
"Belum mama aku kesulitan untuk merapikan rok bagian belakang ku" jawab Qirani sambil memperlihatkan baju bagian belakangnya yang masih berantakan.
"kemarilah biar mama membantumu" ucap Safira seraya menarik pelan badan Qirani. setelah selesai merapikan seragam Qirani, Safira pun menuntun anak gadisnya untuk segera menyusul kedua kakak dan Nininya.
"Ayo sekarang kalian sarapan dulu bersama Nini, biar mama menyiapkan bekal makan kalian untuk nanti di sekolah" perintah Safira pada ketiga anaknya, setelah itu ia pun segera menyiapkan tiga kotak makanan beserta tiga botol air minum untuk anak-anaknya nanti.
Tak berselang lama setelah Safira menyiapkan kebutuhan anak-anaknya, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu di rumah itu.
Tok... tok... tok
Safira segera menghampiri dan membukakan pintunya, dia cukup terkejut karena Abizar datang sepagi ini ke rumah mereka.
"Assalamualaikum Fira" sapa Abizar saat melihat Safira yang membukakan pintu.
"Abang? Tumben pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Safira karena ini baru pertama kalinya Abizar datang tepat pukul tujuh pagi.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya merindukan anak-anak saja karena seharian kemarin tidak bisa bermain bersama mereka" jawab Abizar "Dan aku juga merindukanmu" sambung dalam hatinya.
"Ya sudah Ayo silakan masuk. Kami baru saja akan sarapan, apa Abang mau bergabung bersama kami?" tanya Safira pada Abizar.
"Boleh, kebetulan aku juga belum sempat sarapan" jawab Abizar.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ruang makan. Melihat kedatangan Abizar anak-anak seketika turun dari kursi mereka dan berlari untuk saling berebut pelukan dengan Abizar.
"Apa kabar tampan-tampan dan cantiknya om yang lucu dan imut ini?" hanya Abizar pada ketiga anak-anak itu setelah ia mengurai pelukan mereka.
"Kami baik om" jawab Dayyan.
"Kami merindukan om" terang Qirani.
"Kenapa kemarin om tidak ikut bermain bersama kami?" tanya Raiyan.
Abizar yang mendengar celoteh dan pertanyaan anak-anak itu pun tersenyum, hatinya menghangat "Apakah seperti ini rasanya dirindukan oleh sosok anak-anak yang sedang menantikan ayah mereka datang?" tanya Abizar di dalam hatinya.
"Maafkan om sayang, kemarin om sangat sibuk sekali dengan pekerjaan sehingga tidak bisa datang dan bermain bersama kalian. Om juga sangat merindukan kalian" jawab Abizar sambil menatap ketiga anak-anak yang ada di depannya.
"Apa hari ini pekerjaan Om banyak?" tanya Qirani.
"Hari ini om tidak terlalu sibuk. Apa Qiran mau om ajak pergi bermain ke taman sore ini?" tanya Abizar.
Dengan mata berbinar, Qirani menganggukkan kepalanya semangat. Begitu pun dengan Dayyan dan Raiyan yang tidak ingin tertinggal.
"Abang Day dan Rai juga mau ikut, om" ucap Dayyan.
"Tentu saja, nanti sore kita pergi bersama, apa kalian setuju?" tanya Abizar pada ketiga anak itu dan langsung mendapat jawaban.
"Ya, ayo kita pergi bersama" ucap Qirani.
Safira dan ni Eti yang menyaksikan interaksi Abizar dengan anak-anaknya itu hanya terdiam dengan fikirannya masing-masing.
"Ya tuhan, aku merasa bersalah pada mereka karena tidak bisa menghadirkan sosok ayah untuk mereka. Kira-kira apa yang akan terjadi jika mereka tahu bahwa Arselo adalah ayah kandung mereka? Apa mereka akan menerima Arselo seperti mereka menerima Abizar?" batin Safira bertanya-tanya hingga ia tak sadar jika Abizar sudah memanggilnya.
"Fira?"
"Fira?"
Safira masih diam dengan lamunannya.
"Safira, apa kau melamun?" tanya Abizar tepat menatap matanya.
Safira tersentak kaget sehingga dia mundur beberapa langkah ke belakang.
"Abang!!! Apaan sih ngagetin aja" sungut Safira yang merasa terkejut oleh panggilan Abizar.
Abizar tak menanggapi reaksi terkejut Safira, ia hanya menggeleng kepalanya pelan menatap Safira.
"Lebih baik kita sarapan dulu supaya kamu tidak melamun dan kehilangan konsentrasi lagi" ajak Abizar
Safira pun mengangguk, anak-anak kembali ke tempat duduk mereka tadi dan kembali menyantap sarapan mereka.
Ni Eti yang diam-diam memperhatikan interaksi antara Safira dan Abizar pun tersenyum simpul, sebenarnya Ni Eti sangat berharap jika Safira mau menerima cucunya itu untuk menjadi ayah bagi anak-anaknya, tapi dia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya, dia juga menyayangi Safira, jadi ni Eti juga harus menghargai keputusan Safira.
Setelah semuanya selesai sarapan, Abizar dan Safira pun bersiap-siap untuk mengantarkan anak-anak ke sekolah. Hari ini Safira akan menunggui ketiga anaknya sekolah, sedangkan Abizar akan pergi ke restoran yang Safira kelola.
Mereka berjalan bersama-sama menuju sekolah anak-anak. Di tengah jalan Qirani tiba-tiba meminta Abizar untuk menggendongnya, dan Abizar dengan segera menggendong Qirani di tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia pakai untuk menuntun Dayyan.
"Mama, hari ini mama benar akan menunggu kita sekolah kan?" tanya Qirani yang berada di gendongan Abizar.
Safira tersenyum dan mengangguk membenarkan pertanyaan Qirani.
"apa Qiran senang sekolah diantar mama?" tanya Safira yang mendapat anggukan dari Qirani.
"Abang juga senang bisa diantar dan ditunggui ke sekolah oleh Mama seperti teman-teman Abang yang lain" ucap Raiyan yang berada di sebelah kiri Safira.
"Tentu saja sayang Mama juga senang bisa mengantar kalian seperti ini" jawab Safira.
"Om Abi, Terima kasih sudah mengantar kami ke sekolah, Qiran sayang om" ucap Kirani sambil memeluk erat leher Abizar dan mencium pipinya.
Abizar merasa terharu oleh perlakuan Qirani terhadapnya.
"Sama-sama cantiknya om. Om juga sayang sama kalian semua" jawab Abizar seraya mengecup sayang pucuk kepala Qirani.
Tanpa mereka sadari ada dua orang yang memperhatikan interaksi itu dari dalam mobil yang mana membuat salah seorang merasa sakit hati, tapi tidak bisa mengutarakannya.