Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Bicara penting
Mama Nova terlihat mondar-mandir tak karuan. Sejak tadi ia berusaha untuk menelpon putranya Devin, namun tidak ada jawaban darinya. Bahkan nomornya memang tidak aktif sejak kemarin.
Devin juga tidak datang ke kantor hari ini. Yang seharusnya ia ada pertemuan penting dengan Clientnya pun dibatalkan begitu saja.
Dia benar-benar sampe semarah ini. Bukankah ia harus datang ke kantor hari ini. Dia bahkan sampai tidak peduli dengan urusan kantor sekarang!
Devin sudah hampir 2 hari tak pulang kerumah. Kali ini Nova sangat cemas dan mengkhawatirkannya. Bahkan saat ia mengunjungi kantor pun putranya tak hadir di kantornya.
Devin kau dimana si??
"Huh.."Mama Nova membuang nafas dengan kasar. Ia tidak tahu lagi harus mencari putranya kemana. Mau tidak mau ia memilih pulang saja ke rumah.
Namun sesampainya dirumah ia justru melihat kehadiran Devin yang sudah berada dirumah itu. Ini membuatnya lega.
"Devin? Kau sudah pulang sayang?"
Tidak ada jawaban apapun dari Devin. Ia terlihat habis mengambil air minum. Raut wajahnya terlihat begitu marah dan kesal kepada ibunya. Bahkan menatap ibunya pun tidak.
Ia juga langsung masuk ke kamarnya begitu saja.
Mama Nova tidak menyerah. Ia tau putranya sedang marah. Tapi ia justru ikut masuk ke kamar Devin untuk mengajaknya berbicara. Lalu ia dikejutkan dengan koper besar yang ada diatas ranjang tempat tidur Devin yang hampir terisi penuh oleh baju-bajunya.
"Devin. Kau mau kemana?"
Masih tidak ada jawaban. Devin masih mengemas isi lemarinya. Bahkan ia hampir membawa semua bajunya.
"Devin apa yang lakukan?"
"Aku ingin pergi dari rumah ini Ma. Mama sungguh keterlaluan. Rasanya Devin tidak bisa serumah dengan Mama!"
"Dev jangan bercanda. Mama tidak mau kau pergi seperti ini. Mama tahu Mama salah. Tapi Mama melakukan semua ini demi kebaikan kamu. Mama mohon jangan pergi Dev!"
"Kebaikan? Kebaikan mana yang menjerumuskan anaknya untuk tidur satu ranjang dengan wanita lain yang bahkan Devin tidak tahu dari mana asal usul wanita itu!"
"Dev. Se-semua itu memang salah Mama. Mama tahu Mama terlalu berambisi untuk memisahkan kalian. Tapi Mama mohon jangan pergi seperti ini Dev."
"Tidak bisa Ma. Devin tidak bisa serumah dengan Mama. Devin merasa sangat kecewa dengan Mama!" Langsung membereskan kopernya dan hendak pergi.
"Dev. Mama mohon jangan pergi!"
"Satu hal lagi Ma! Devin pasti akan membuat dokter sialan itu dipecat dari pekerjaannya!"
"Dev. Ini salah Mama. Jangan bawa-bawa dia."
"Devin tidak perduli. Kalian berdua yang salah!"
Devin benar-benar langsung pergi begitu saja dari rumah. Bahkan ia tidak memperdulikan lagi ibunya yang sedang mengoceh dan memohon kepadanya agar tidak pergi dari rumah itu.
"Dev. Mama mohon jangan pergi."
Tidak ada respon dari Devin lagi. Ia mengendarai mobilnya dengan cepat meninggalkan rumah itu.
Ya ampun kenapa jadi seperti ini!
*
*
Pernikahan telah berlalu.
Kini semua kembali seperti biasanya.
Franz juga sudah 2 hari tidak pulang kerumah. Kini saatnya ia pulang kerumah terlebih dahulu untuk bertemu keluarga.
Saat ini Nona Zenita juga sedang didampingi oleh suster bahkan ia sedang tidur siang dikamarnya,jadi ini kesempatan Franz untuk pulang terlebih dahulu agar tidak banyak pertanyaan dari keluarganya.
Bukannya ia ingin menyembunyikan semua ini,namun ia belom siap memberitahu keluarga kalau ia sudah menjadi menantu dikeluarga Indra Wiratama. Apalagi karena dia sudah memiliki tunangan sebelumnya.
"Franz. Kau mau kemana?" Panggilan Papa Indra yang tiba-tiba menghampirinya yang akan pergi.
"Franz...,sepertinya Franz perlu pulang dulu Pa. Ada apa Pa? Apa ada yang bisa Franz bantu?"
"Haha. Kau jangan kaku begitu Franz. Kau sudah menjadi menantuku sekarang. Papa hanya ingin mengobrol denganmu sebentar. Ini penting."
Gagal lagi untuk pulang. Sepertinya Papa Indra akan membicarakan sesuatu yang penting dengannya. Ia bahkan langsung mengajaknya masuk ke ruang khusus kerjanya.
Apa sepenting itu?
Batin Franz penasaran. Ia tidak pernah masuk keruangan ini sebelumnya.
"Duduklah disini Franz. Papa ingin mengajakmu Ng-teh" Ujarnya lembut sambil mempersilahkan menantunya duduk di sofa hitam itu.
"Iya Pa." Franz pun nurut sebagai menantu yang baik. Walaupun sesunguhnya hatinya belom bisa menerima semua ini karena pada kenyataannya hatinya masih berpihak dengan tunangannya.
Dua cangkir Teh pun segera tiba keruangan itu. Bahkan hanya pelayan khusus yang boleh masuk ke ruangan itu juga.
Papa Indra pun segera memulai pembicaraan setelah pelayan itu pergi dan keduanya sama-sama sudah menyeruput tehnya.
"Franz. Papa harap pernikahan ini langgeng dan seumur hidup kalian. Kau sendiri pernah mengatakan pernikahan bukanlah permainan. Papa harap juga begitu. Kau tidak bermain-main dengan pernikahan ini. Papa ingin kalian hanya menikah sekali saja seumur hidup kalian."
Franz masih terdiam membisu. Memang harapan semua orang di pernikahan pasti seperti itu. Namun kali ini dia bingung harus menjawab apa. Terlebih tidak ada cinta di pernikahan ini. Bahkan setelah pernikahan itupun Zenita sudah merencanakan perceraian kepadanya setelah ia sembuh nanti.
"Maaf Pa. Franz sebenarnya masih tidak tahu harus bagaimana menjalani semua ini. Jika Franz tidak bermain-main dan serius di pernikahan ini itu mungkin saja bisa Franz lakukan. Namun jika Nona sendiri tidak mau Franz harus bagaimana Pa? Sementara aku hanyalah seorang supir. Tidak pantas untuk Nona. Dan saya sendiri tidak tahu isi hati Nona kalau sebenarnya ia menerima pernikahan ini atau tidak."
"Kau adalah kepala rumah tangga Franz. Kau juga pemimpinnya di pernikahan ini. Tak seharusnya kau bergantung pada Zenita. Jika kalian belom saling mencintai mungkin cinta itu bisa hadir seiring berjalannya waktu. Lagipula memikat hati wanita adalah hal yang gampang Franz. Cukup buatlah dia nyaman dengan kehadiran mu. Kita tidak memandang kasta atau apapun itu. Bukankah semua yang kita miliki sekarang hanyalah titipan."
Franz mendengarkan begitu cermat omongan mertuanya itu. Sesekali Ia juga menganggukkan kepalanya setelah mengerti akan semua itu. Sampai pada akhirnya Papa Indra pun melanjutkan bicaranya.
"Papa dan Mama juga dulu seperti kalian. Kita menikah karena perjodohan dan tidak saling mencintai. Namun seiring berjalannya waktu cinta itu hadir diantara kita juga sampai sekarang.Itu semua karena kita merasa nyaman."
"Iya Pa. Franz sangat mengerti semua itu"
"Sebenarnya Papa ingin memberitahumu 1 hal. Yang bahkan anak-anak Papa sendiri tidak ada yang tahu kecuali Mama Lisa istri Papa. Sebenarnya Papa mempunyai riwayat penyakit jantung. Makannya Papa sering bolak-balik ke luar negeri untuk berobat. Tapi setahu mereka Papa bolak-balik keluar negari karena urusan pekerjaan. Memang Papa sering pergi keluar negeri karena urusan pekerjaan juga. Namun lebih sering untuk berobat Franz. Makannya Papa mengatakan semua ini Franz. Papa ingin pernikahan kalian sebenar-benarnya pernikahan. Papa juga tidak tahu mau sampai kapan umur Papa. Mungkin juga tidak akan lama lagi. Papa ingin sekali melihat kalian bersatu dan bahagia. Bahkan kalo bisa Papa ingin segera mendapatkan cucu dari Zenita sebelum Papa pergi."
"Papa punya penyakit jantung?" Tidak tahu harus berkata apa Franz. Ia seperti sedang berada di titik dimana ia tidak bisa memilih arah sekarang.
"Ya. Aku harap kau mengerti Papa. Dan bangunlah rumah tangga ini dengan benar. Apa kau tidak percaya? Papa akan tunjukan surat-surat keterangan medis Papa."
"Ti-tidak perlu Pa. Franz sangat percaya itu. Tidak perlu menujukan apapun padaku.Namun Franz yakin Papa pasti akan sehat dan cepat sembuh kembali nantinya Pa."
"Aamiin. Makasih atas do'annya Franz. Papa harap juga begitu. Tapi pahami baik-baik perkataan Papa Franz. Aku titip putriku padamu. Semoga kalian berdua saling mencintai nantinya. Dan jangan beritahu hal ini kepada anak-anak Papa"
"Iya Pa. Franz akan melakukan yang terbaik untuk pernikahan ini."
Namun maaf tuan Indra jika nantinya nona ingin tetap berpisah makan Franz tidak akan bisa memaksakan semua itu.