Mahendra laki laki tegas dan berpendirian, ia jatuh cinta pada Retno adik tunangannya.
Satu malam Hendra melakukan kesalahan besar pada Retno, sehingga membuat gadis itu pergi meninggalkan kota kelahirannya.
Bertahun tahun Hendra hidup dalam penyesalannya, hingga tujuh tahun kemudian Retno kembali ke kota kelahirannya dengan calon suaminya.
apakah yang akan terjadi pada Retno dan Hendra, apakah kebencian masih menguasai hati Retno? dan masihkah Hendra mencintai Retno?, selamat membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
surabaya
ini sudah hari ke tiga dalam seminggu ini, Hendra terus saja datang ke rumah Ratna dengan alasan apapun, namun ia tidak pernah bisa melihat wajah Retno.
Hatinya sungguh kecewa, seminggu ini bagaikan hidup dalam siksaan untuknya, rasa bersalah, rasa tidak tenang setiap saat menghinggapinya.
Saat ia bertanya pada Ratna,
" dimana adikmu? Sudah sembuh belum? Kok aku tidak pernah melihatnya?"
Ratna hanya menjawab,
" Retno ya dimana lagi kalau tidak di kamar, kulihat sepertinya dia baik baik saja, tapi entahlah.. Semakin aneh saja anak itu..",
Mendengar itu Hendra tentu saja hanya bisa diam, ia menimbang nimbang sikapnya beberapa hari ini, tentang langkah terbaik apa yang harus ia lakukan.
" Kau sering sekali menanyakan Retno sekarang mas? tumben?" tanya Ratna dengan dahi berkerut,
" aku.. hanya khawatir saja, karena dia pulang dari villa dengan kondisi yang kurang sehat.." jawab Hendra membuang pandangannya ke arah bunga bunga di teras Ratna.
Tidak lama terdengar suara motor berhenti di depan pagar.
Sosok Lidia teman baik Retno terlihat turun dari motor dan berjalan masuk.
" selamat siang Mbak Ratna?" sapa Lidia sembari mencium tangan Ratna,
" siang lid, kau cari Retno?"
" iya mbak, saya sudah ada janji.."
" oh, dia di kamar, kalian mau kemana?"
" tidak kemana mana mbak, kebetulan Retno sulit di hubungi beberapa hari ini, saya chat tidak di balas terus, barusan ini baru di balas, mangkanya saya langsung kemari.." jelas Lidia,
" iya lid, tanya tanyalah dia kenapa, murung terus di kamar.. Pusing aku melihatnya di kamar terus, ajak ajaklah keluar cari angin segar sana.."
" iya mbak rat, saya masuk ya?"
" iya lid, masuklah..!" Ratna mempersilahkan Lidia masuk.
" Apa.. Dia tidak perlu di bawa ke dokter?" tanya Hendra tiba tiba,
" Retno? sudah di ajak oleh ibu setelah pulang dari villa, tapi dia bersikeras tidak mau.. Entahlah, seperti orang patah hati saja.." kata Ratna, lagi lagi Hendra diam,
" Ya sudah rat, aku ke hotel dulu, kabari aku jika terjadi sesuatu.." kata Hendra bangkit,
" terjadi sesuatu? Aneh sekali kata katamu mas?" tanya Ratna,
Hendra lagi lagi tidak menjawab, raut wajah laki laki itu beberapa hari ini tampak kaku dan tegang.
Meski jarang tersenyum, namun laki laki itu biasanya tampak tenang.
Tanpa menoleh lagi pada Ratna, hendra mengambil kunci mobilnya di atas meja lalu berjalan menuju mobilnya yang di parkir di depan teras rumah Ratna.
Retno membuka pintu untuk Lidia,
" lid?" panggil Retno pelan,
betapa terkejutnya Lidia dengan wajah Retno yang tampak kusut dan pucat.
" kau kenapa? kau sakit? Kenapa kau sulit sekali di hubungi??" tanya Lidia memegang tangan Retno,
Tapi bukannya menjawab, Retno langsung menangis, tangis yang deras, hingga membuat Lidia tertegun.
Di peluknya Retno, Lidia tidak lagi bertanya, ia sengaja membiarkan Retno puas menangis.
Dua hari kemudian, setelah menahan dirinya Hendra kembali datang dengan kue buatan mamanya, namun ia hanya bertemu ratna.
" Dimana pak Dhe dan budhe?" tanya Hendra, tidak biasanya malam begini mereka tidak ada dirumah.
" Tidak ada, mereka mengantar Retno ke Surabaya.." jawab Ratna.
Deg!
Hendra sontak menatap Ratna,
" ke Surabaya?" tanya Hendra,
" iya, kerumah Tante.. Entahlah, Retno tiba tiba saja meminta untuk diantar ke Surabaya,"
" liburan?"
" mungkin, tapi anak itu mana betah di tempat panas lama lama, paling juga tiga empat hari dia pulang, lagi pula dia kan mau wisuda juga.."
Mendengar itu Hendra menarik nafas dalam dalam,
" dia bawa baju banyak?" tanya Hendra kemudian,
" aku hanya melihat satu koper.." jawab Ratna, namun diam diam Ratna heran dengan Hendra, tidak biasanya laki laki itu begitu antusias menanyakan soal adiknya, namun di telannya sendiri rasa penasarannya itu, karena Ratna pikir percuma saja ia bertanya, tidak akan di jawab juga oleh Hendra.
Setelah itu Hendra segera pamit pulang, terlihat jelas langkah Hendra yang enggan memasuki mobil, namun Ratna hanya menatapnya.
Tepatnya lima ratus meter dari rumah Ratna, Hendra menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Laki laki itu menarik nafas panjang, demi menenangkan dirinya, di rasakan jemari tangannya yang sedari tadi gemetar.
" Retno.." Ucapnya lirih, di pejamkan matanya lalu bersandar pada kursi.
Hatinya sungguh tak karuan,
Retno hanya menenangkan diri..
tentu saja, gadis manis yang selalu dirumah itu akan segera kembali, ia tidak mungkin jauh dari kedua orang tuanya, batin Hendra menenangkan dirinya.
Ia harus bicara pada kedua orang tuanya, harus, masalah ini harus segera ia selesaikan, ia harus segera bertanggung jawab pada Retno, tak akan ia biarkan Retno terombang ambil sendiri dengan perasaannya.
sehat selalu mbk Ayu