Turn On

    "Hahh.. Menyebalkan memang "

    "Jadi? panti pijat ini milik Om kamu? " Dea melihat sekelilingnya. Banyak yang berlalu lalang keluar masuk ruangan . Sepertinya mereka adalah pelanggan yang sedang mendapatkan terapi pijat .

  " Hei kenapa lo? Jelalatan gitu... "

  " Hei kalo ngomong jangan sembarangan " mendengus kesal.

  "Habisnya gua di sini lagi ngomong, lo liat entah kemana "

" Jangan jangan Lo mau juga ikut terapi pijat di sini ? " menaik turunkan alis menggoda Dea.

  "Dih buat apa, kan engga perlu terapi juga gua masih sehat "

   "Yaah siapa tahu kan bisa nanti gua usulkan buat kita berdua gratis hehe.. Plus bisa pilih yang mijat siapa "

   Betty tersenyum tengil ,

  "Ahh jadi pingin kan guee... Yuk Dea , nyoba yuuk " merengek agar Dea mau ikut .

  "Lo aja, gua pulang nih sekarang " bersiap berdiri.

   " Ehhh jangan dong, baru juga sampai bercanda Honey... Okaay duduk lagi ngobrol-ngobrol dulu" menahan tangan Dea.

    Dea menghela nafasnya. Sebenarnya dia juga masih ingin tinggal dan mengobrol tapi jika Betty semakin melantur bicaranya Dea lebih baik memilih pulang.

   "Oke tapi kita cari tempat lain aja deh "

   "kenapa? Kamu ga nyaman ya di sini "

  Dea merespon dengan mengganggukkan kepalanya.

  "Dikira kita pelanggan juga nanti "

 "Yaelah , kita cari tempat aman aja buat ngobrol.. Mas " Betty memanggil salah seorang karyawan laki-laki.

  Degan segera Karyawan itu berjalan mendekat.

  "Iya Nona ada yang bisa saya bantu? "

   " Berikan kami satu ruangan khusus.. Tanpa pelayanan kamar ektra cukup kiriman makanan saja nanti "

  Karyawan itu menatap kami sekilas lalu tersenyum paham.

  " Baik Nona , sebentar saya carikan ruangan yang cocok "

   Tak membutuhkan waktu lama Betty dan Deandra sudah mendapatkan ruangan yang diinginkan. Seperti private room service dengan property mahal.

  Saat memasuki ruangan itu akan nampak pemandangan indah hamparan bangunan gedung-gedung kota.

   Dea sampai terpesona melihatnya. Pantas saja gedung ini lumayan tinggi ternyata juga mengutamakan view yang indah.

  "Bagus kan , Om Frans memang jago memilih tempat"

  Betty duduk menyilangkan kakinya , di sebuah kursi.

  "Yeah pemandangan yang indah untuk... " Dea berbalik melihat kursi yang diduduki Betty bentuknya aneh.

  Dea sampai mengangkat alisnya kaget.

  "Ada apa kenapa tatapannya begitu? "

  "Itu kursi macam apa Betty , kenapa bentuknya.... Begitu" Berjalan mendekat.

  Sekilas mungkin itu hanyalah seperti kursi pada umumnya. Namun saat di dekati ada lekukan aneh dan lubang di bagian tengahnya.

   Mirip seperti kursi operasi di rumah sakit. Jika memposisikan dengan benar kaki nya akan menggantung dengan lubang di bagian belakang, dan tengah.

  "Ohh ini? Ini kursi kenikmatan" Betty menatap tengil.

   "Hahh? " Dea melongo mendengar jawaban Betty.

  Maksudnya?

"Ini kursi juga termasuk dalam kategori treatment? Benar begitu?" Otak Dea menyimpulkan demikian.

  " Yah benar sekali. "

Dea justru membayangkan bagaimana rasanya jika digarap dengan posisi duduk di kursi itu. Pasti rasanya akan berbeda dan rileks.

Posisi duduknya dibuat senyaman mungkin dan dominan buat si laki-laki saja. Si wanita cukup duduk dan menikmati.

"Hei , jangan bilang lo mau coba? Hmm " menaik turunkan alis.

"A..apa? " Dea menggelengkan kepalanya.

"Apakah kau yakin? "

Dea berbalik dan berjalan menuju ranjang , memilih duduk dengan nyaman di sana.

"Tentu saja"

~ Tok

~ Tok

Klink

Terdengar suara pintu terbuka.

"Permisi pelayanan kamar , saya mengantarkan makanan yang dipesan"

Muncullah sosok laki-laki dengan paras rupawan. Jika dilihat usianya seperti masih muda bisa dikatakan berondong..

"Akhirnya datang juga.. Terimakasih Mas , letakkan di meja "

"Baik Nona , " dengan telaten menata makanan yang dibawanya di nampan ke atas meja.

Dea tak memperhatikan banyak , Dea mengambil ponselnya untuk mengecek apakah ada pesan masuk atau tidak.

Sampai sebuah suara mengurungkan niatnya.

"Apakah kau bisa mengajarkan padaku cara kerja kursi ini , Dude " suara sedikit serak meluncur dari bibir Betty.