Reinkarnasi Mafia Jenius

Paviliun Koi, Istana Kerajaan.

"Tuanku, apa anda akan hadir dalam perayaan ulang tahun Putra Mahkota malam ini?" Tanya Song Lan, bawahan Zhang Yu Han yang selalu setia menemani dan menjaganya dari kejauhan.

Zhang Yu Han yang sedang memangku seekor anak kucing menjawab tanpa menoleh, "Tentu saja, bocah itu adalah keponakanku, jika aku tidak datang orang akan berpikir aku orang yang angkuh."

Song Lan tiba-tiba menekuk salah satu kakinya dan menyatukan kedua tangannya membentuk tinju, "Tuanku, jangan memaksakan diri anda, mereka tidaklah sebanding dengan anda sama sekali."

"Song Lan, sudah berapa lama kau menjadi pengikutku? Menurutmu sejak kapan aku merepotkan diriku sendiri untuk menyenangkan orang lain?" Tanya Zhang Yu Han dengan suara tenang dan ekspresi datar.

Song Lan menunduk seketika, "Ampuni bawahan ini, Tuanku."

Zhang Yu Han tersenyum kecil sambil membelai tanda merah berbentuk petir di pergelangan tangannya, "Jangan pernah berpikir bahwa apa yang aku lakukan adalah untuk menyenangkan para manusia munafik itu, aku berada di sini bukan untuk mereka, melainkan untuk sosok yang akan menjadi belahan jiwaku."

"Bawahan ini mengerti Tuanku!" Ujar Song Lan tegas.

Zhang Yu Han menatap bawahannya tajam, "Jangan menanyakan hal yang tidak penting, fokuslah untuk mencari informasi mengenai gadis yang ditakdirkan menjadi belahan jiwaku!"

"Baik Tuanku!"

Dengan secepat kilat, bawahan Zhang Yu Han menghilang di kegelapan malam.

Zhang Yu Han menyaksikan kepergian bawahannya dengan wajah datar.

"Sudah hampir 5 tahun sejak peramal tua itu mengatakan bahwa aku harus menemukan gadis yang ditakdirkan sebagai belahan jiwaku jika aku ingin membuka segel terkutuk ini!" Gumam Zhang Yu Han.

Flashback On,

Lima tahun yang lalu di Kerajaan Iblis, Benua Api.

"Bagaimana, apa kau sudah menemukan peramal tua itu?" Tanya sosok pria pada bawahannya.

Bawahan itu segera menjawab, "Tuanku, kita harus pergi ke tempat peramal tua itu sekarang juga, orang yang dikirim untuk mencari informasi mengenai peramal itu mengatakan jika si peramal tengah sekarat!"

Sosok pria itu terkejut dan bergegas pergi meninggalkan Istananya untuk menemui si peramal.

Setelah beberapa lama, sosok itu sampai di sebuah gubuk tua yang ada di tengah hutan.

"Jadi selama ini dia bersembunyi di Hutan Larangan, pantas saja cukup sulit untuk menemukan keberadaannya." Gumam sosok itu.

Tidak menunggu lama, sosok itu segera masuk ke gubuk tua dan mendapati seorang wanita tua yang berbaring di tempat tidur reyot, dengan keadaan cukup buruk. Tubuhnya kurus kering dan wajahnya pucat s seperti mayat.

Sosok itu mendekati si peramal yang sedang menatapnya dengan sorot mata dalam.

"Aku telah menunggu hari ini tiba.." Ujar peramal tua itu lirih.

Sosok pria itu duduk dikursi yang ada di dekat tempat tidur, "Sepertinya kau sudah mengetahui maksud kedatanganku ke sini?"

"Aku sudah tahu sejak tiga tahun yang lalu mengenai kedatanganmu ini, Raja Iblis!" Jawab peramal itu.

"Kalau begitu aku tidak perlu basa-basi lagi, apa menurutmu ada cara untuk membuka segel yang menyegel kekuatanku?" Tanya Raja Iblis langsung pada maksud dan tujuannya datang menemui si peramal.

"Hanya ada satu cara untuk melepaskan segel itu, kau harus menemukan belahan jiwamu! Hanya belahan jiwamu lah yang bisa membuka segel ditubuhmu." Jelas si peramal tua.

Raja Iblis tampak bingung, "Lalu di mana aku bisa menemukan belahan jiwaku?"

"Kau tidak akan bisa menemukan gadis yang menjadi belahan jiwamu, tapi belahan jiwamu lah yang akan menemukanmu, karena ia berasal dari dunia luar!" Ujar si peramal.

"Dunia luar? Apa maksudnya?" Tanya Raja Iblis, ia tidak mengerti maksud si peramal.

Peramal itu tersenyum, "Kau akan mengerti saat kau sudah bertemu dengannya, jangan mencarinya biarkan dia menemukanmu."

"Lalu bagaimana caranya aku tahu bahwa gadis itu adalah belahan jiwaku?" Tanya Raja Iblis serius.

"Tanda petir merah yang ada dipergelangan tanganmu akan bersinar terang saat kau menemukannya." Jelas si peramal.

Setelah peramal itu meramal takdir Raja Iblis, ia tiba-tiba meremas dadanya yang terasa sangat sakit dan beberapa detik kemudian peramal itu menghembuskan nafas terakhirnya.

Raja Iblis terdiam untuk waktu yang lama sebelum akhirnya beranjak dari duduknya, "Song Lan, kubutkan mayatnya di belakang gubuk ini dengan layak!"

"Baik Tuanku!"

Flashback Off,

Zhang Yu Han mengusap pelan tanda petir merah di pergelangan tangannya, "Sebenarnya apa yang peramal itu maksud dengan dunia luar?"

"Peramal itu bilang aku tidak perlu mencari, lalu berapa lama aku harus menunggu?" Gumam pria itu.

...----------------...

Ruang Makan, Kediaman Wang.

"Ying'er, makanlah yang banyak, tubuhmu terlalu kurus untuk anak seusiamu." Ujar Jendral Wang sambil menaruh sepotong iga babi ke mangkuk putrinya.

Wang Chun Ying tersenyum senang, "Terimakasih ayah, aku pasti akan tumbuh besar dengan cepat!"

"Tentu saja, adik adalah yang terbaik!" Ujar Wang Dun Rui dengan senyum tampannya, pria itu berusaha menyenangkan hati adik kecilnya.

"Ying'er, ayah dan kedua kakakmu akan pergi keluar malam ini, kamu tunggulah di rumah sampai kami kembali, mengerti?" Ujar Jendral Wang memberi perintah sekaligus peringatan pada putrinya.

Wang Chun Ying dengan santai mengangguk, "Aku mengerti ayah, aku akan duduk manis di ruanganku sambil membaca buku."

Jendral Wang menatap putrinya dan mengangguk puas.

Wang Xue Min dan adik laki-lakinya saling bertatapan, mereka paham bahwa ayah mereka benar-benar tidak ingin Wang Chun Ying hadir di pesta mantan tunangannya.

Wang Chun Ying yang sibuk memasukkan makanan ke dalam mulut kecilnya, diam-diam memikirkan rencana untuk bisa kabur dari Kediaman dan pergi ke Istana.

Aku harus mencari cara untuk bisa masuk ke Istana secara diam-diam, jika penjaga Istana mengetahui keberadaanku, mereka pasti akan melapor pada ayahku dan aku mungkin akan diseret pulang!

Wang Xue Min diam-diam memperhatikan adiknya yang sibuk makan, meskipun gadis tampak fokus pada makanannya, ia sangat yakin jika adiknya itu pasti sedang memikirkan hal-hal aneh.

Sejak adik sadarkan diri, ada banyak kepribadian baru yang aku temukan dalam dirinya, salah satunya adalah otak kecilnya yang selalu memikirkan banyak rencana dan skenario. Adik bahkan berkata ingin membalas perbuatan ketiga gadis yang telah mendorongnya ke Danau.

Sepertinya adik sudah cukup dewasa dan sudah memahami cara hidup didunia yang kejam ini!

Menyadari tatapan kakak pertamanya terus tertuju padanya, Wang Chun Ying yang baru saja menyelesaikan makannya berkata, "Kakak, jangan lupa bawakan aku beberapa batang tanghulu saat kakak akan kembali!"

"Tentu adik, kakak akan membawakan banyak tanghulu untukmu." Balas Wang Xue Min sambil tersenyum lebar.

Jendral Wang yang baru saja menyelesaikan makanannya, menatap ketiga anaknya yang sudah lebih dulu selesai makan dengan serius, "Anak-anak, ayah ingin mengatakan sesuatu yang penting pad kalian."

Ketiga bersaudara Wang menatap ayah mereka dengan wajah penasaran.

"Ada apa ayah?" Tanya Wang Dun Rui mewakili kedua saudaranya.

"Minggu depan, ayah harus meninggalkan kalian untuk pergi ke medan perang, Raja Zhang memutuskan untuk menyerang Kerajaan musuh agar tidak semakin merajalela!" Jelas Jendral Wang.

Pria paruh baya itu menatap kedua putranya dengan serius, "Jdi ayah mohon pada kalian berdua untuk menjaga adik kalian selama ayah tidak berada di Kediaman, apa kalian mengerti?"

Kedua kakak beradik itu mengangguk paham dan serentak menjawab, "Mengerti ayah!"

Wang Chun Ying menatap ayahnya dalam diam.

Pergi ke medan perang? Woah, itu pasti sangat menyenangkan, sudah lama aku tidak melihat pertarungan!

Tapi aku tidak mungkin menyusup ke medan perang itu, jika ayah tahu, aku mungkin akan dalam masalah besar!

Sudahlah, lebih baik aku fokus dulu untuk memperbaiki kondisi fisikku, sebelum merasakan pertarungan yang sesungguhnya!