Tetaplah Disini

Tetaplah Disini

bunga di trotoar

Kota itu sejuk seperti biasanya, meski waktu sudah menunjukkan jam dua siang, namun tidak ada terik matahari yang membakar kulit seperti di kota kota lain.

Retno dan temannya berboncengan motor melewati jalan raya yang biasa ia lewati setiap hari, rambut mereka yang tidak tertutupi helm terbawa angin kesana kemari, sementara keduanya terlihat ceria berbincang sambil ber haha hihi, maklum saja, keduanya masih remaja belia, sebulan lagi keduanya akan melepas status pelajar SMA nya dan akan berpindah ke bangku kuliah.

Bunga bunga segar yang sengaja di pajang di pinggir pinggir jalan seakan tidak lelah menyambutnya setiap hari,

mulai dari anggrek, Krisan, mawar dan berbagai jenis bunga lainnya memenuhi trotoar.

Bunga bunga itu sengaja pajang untuk di jual oleh para petani Bunga, di tujukan untuk para wisatawan yang lewat atau sengaja berkunjung ke kota Batu.

Retno dan Lidia selalu bersama sejak kelas satu SMA, baik berangkat maupun pulang sekolah mereka lengket seperti lem super.

Hari ini giliran Retno yang menumpang motor Lidia tentu saja Lidia harus mengantarkan Retno terlebih dahulu kerumah Retno.

Setelah dua puluh menit berkendara akhirnya keduanya sampai di rumah Retno.

Lidia menghentikan motornya tepat di depan pagar rumah bercat abu abu muda itu.

" Besok kita libur kan? Tinggal menunggu kabar kelulusan saja?" kata Lidia,

" iya, besok kau kemana?" tanya Retno sambil melepas helmnya,

" Besok aku mau ikut ibuku merias pengantin, kau mau ikut?" tawar Lidia,

" ah tidak.. mau cari bunga liar di kebun ayahku,"

" cari bunga liar atau mau ketemu mas Rendi?" goda Lidia,

" huss..! Mas Rendi kan pekerjaannya memang mengurus kebunnya ayahku?" protes Retno dengan wajah sedikit memerah karena malu,

" lha iya, sambil menyelam minum air, sambil cari bunga sambil ketemu pujaan hati, hihihi..!" Lidia terus menggoda.

" Sudah ah pulang sana lid..!" usir Retno, belum Lidia menjawab, ada motor berhenti persis di belakang Lidia, ternyata itu Ratna, kakak kandung Retno bersama laki laki yang biasa di panggil Didit.

Didit adalah teman kecil Ratna, keduanya sudah dekat sejak SD, rumahnya tidak jauh, di kampung sebelah.

Retno kadang sering heran pada kakaknya itu, dia sudah mempunyai tunangan yang tentunya siap kapan saja menjemputnya, tapi kenapa ia selalu pulang kuliah dengan Didit, padahal Didit berbeda kampus dengannya.

Dan lebih herannya, kenapa tunangan kakaknya juga selalu diam saja meski tau kalau kakaknya sering pulang diantar laki laki lain.

Retno tau, tunangan kakaknya dan Didit juga saling mengenal baik, tapi bukankah aneh jika membiarkan tunangannya terus terusan di bonceng laki laki lain.

" Selamat sore Ret?!" sapa Didit pada retno,

" selamat sore mas.." jawab Retno pelan sembari melirik kakaknya yang turun dari boncengan didit.

" Wah.. Sudah mau lulus ini?! Mau lanjut kuliah atau menikah?" goda Didit,

" kuliah lah! Mbak Ratna saja kuliah, masa aku disuruh menikah!" jawab Retno cemberut,

melihat itu Didit tertawa,

" jangan menggodanya dit, dia itu tidak bisa di ajak bercanda.., sudah pulanglah, jemput aku besok pagi ya?!" ujar Ratna,

Didit tidak menjawab, namun ia tersenyum sembari mengangguk, terlihat jelas tatapan Didit yang tidak biasa pada kakaknya, dan kakaknya pun juga begitu.

" duluan ya Ret!" pamit Didit pada retno, laki laki itu segera menyalakan mesin motornya dan beralih pergi.

Setelah kakaknya masuk, Retno dan Lidia saling berpandangan,

" apa? Jangan tanya macam macam, karena akupun tidak faham pola pikir orang dewasa..!" ujar Retno sebelum di tanya oleh Lidia,

" Mas Hendra tidak pernah marah ya?" tanya Lidia,

" mana kutahu?" Retno mengangkat bahunya,

" Kok aku merasa mbak mu dan mas itu tadi ada hubungan khusus?"

" ah, entahlah lid, omonganku mana pernah di dengar olehnya, padahal aku sering bilang kalau ayah pasti marah kalau tau dia sering pulang diantar mas Didit,"

" wah.. Bisa jadi cinta segitiga ini Ret, kayak yang di sinetron sinetron, tunangannya dengan siapa, cintanya dengan siapa.." ujar Lidia,

" cepat sana kau pulang, langitnya mulai gelap ini, bukan aku mengusir..!"

" bukan kau mengusir? Ya ini namanya mengusir..! Ah sudah ah aku juga mau bantu ibuku menata baju baju pengantin.." Lidia menyalakan motornya, mengedipkan matanya sebelah, lalu segera menarik gas motornya dan pergilah teman baik Retno itu.

Sesampainya di dalam rumah Retno di sambut oleh ibunya,

" mana Lidia? tidak mampir?" tanya ibu Retno sembari menyiapkan kue di dalam kotak.

" Lidia mau ikut ibunya merias besok, karena itu dia langsung pulang untuk bersiap siap.." jawab Retno yang masih berseragam dan memakai tasnya itu.

" Buat siapa kuenya Bu? Kok di masukkan kotak?" tanya Retno mengambil satu biji kue kering buatan ibunya yang kelihatannya cukup gurih dan enak itu.

" buat budhe Ina dan pak Dhe Prawoto.." jawab ibunya,

" memangnya mereka mau kesini?"

" tidak, Hendra yang mau kesini, nanti ibu titipkan padanya,"

Mendengar itu Retno hanya mengangguk, ia kembali mengambil satu kue dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

" Ret, kulihat lihat.. Sejak dulu kau tidak pernah ramah pada Hendra, dia itu tunangan mbak mu, nanti Yo jadi mas mu.. ramah sedikit tho nduk, nyapa.., senyum.., basa basi.." kata ibunya kalem.

" Emoh..!" jawab Retno dengan wajah cemberut,

" dia saja tidak pernah senyum atau menyapaku Bu, lalu kenapa aku harus beramah ramah kepadanya?" imbuh Retno, Hendra memang tidak pernah menunjukkan sikap yang ramah atau bersahabat, jangankan mengobrol, senyum pada Retno saja tidak pernah, karena itu, setiap Hendra datang kerumahnya, Retno lebih memilih masuk ke dalam kamarnya agar hatinya tidak kesal.

" Tapi nduk.. Dia akan menjadi mas mu, dia dan kakakmu yang akan menggantikan ayah dan ibu untuk membimbingmu kelak..

Kau harus menghormatinya?"

" siapa bilang Retno tidak menghormatinya? Retno hormat kok, cuma tidak mau saja basa basi pada orang yang dingin seperti itu, soal dia akan menjadi pengganti ayah dan ibu, lha wong ayah dan ibu masih muda, sehat!

Biarkanlah mbak Ratna pergi mengikuti suaminya ketika sudah menikah, mas Hendra kan orang kaya, membeli sebuah rumah bukan masalah untuknya.." jawab Retno.

" Ya ampun nduk, kau ketus sekali sih kalau membahas soal Hendra dan mbak mu?"

ibunya benar benar heran melihat Retno yang seperti kesal itu, ibunya tidak tau dari mana munculnya rasa kesal Retno pada Hendra yang tenang dan tidak banyak bicara itu.

" Sisakan aku satu toples Bu, pokoknya satu toples untuk kumakan sendiri di kamar,"

" ibu sudah bilang, jangan makan di kamar Ret, di ruang tengah atau ruang tv kan bisa.. Kau ini sudah mau lulus SMA, bukan anak SD Ret.."

Retno diam tidak menjawab,

" oh ya, mbakmu pulang dengan siapa tadi? Kau lihat?" tanya ibunya tiba tiba,

" dengan siapa lagi, mas Didit.." jawab Retno mengambil satu kue lagi dan mengunyahnya,

" Astaga, mbak mu itu sulit sekali di nasehati, sudah di peringatkan ayahmu berkali kali agar menjaga jarak dengan Didit?" ibu Retno tampak kesal.

" Nah.. Mbah Ratna yang harusnya lebih ibu khawatirkan dari pada Retno yang membawa kue ke dalam kamar.." ujar Retno pada ibunya, gadis itu mengulas senyum lalu segera berbalik pergi menuju kamarnya.

Terpopuler

Comments

dyul

dyul

Kisah baru....

2024-09-19

1

Rima baharudin

Rima baharudin

langsung baca pas lihat notifnya dah end😊
soalnya kalo blm end ceritanya bikin ga bisa tidur nunggu kelanjutan nya, saking penasaran sama cerita buatannya kk ayu

2024-08-06

1

Ai Oncom

Ai Oncom

Baru sempat baca karya mba Ayu yg ini..

2024-08-06

1

lihat semua
Episodes
1 bunga di trotoar
2 anggrek bulan
3 kebun jeruk
4 entah mulai dari mana
5 villa
6 perapian
7 malam tahun baru
8 keresahan hendra
9 surabaya
10 bersimpuh
11 7th
12 makan siang
13 kebun apel
14 bayangan
15 pulanglah
16 perjalanan
17 rumah dan anggrek ibu
18 pecel punten
19 saran ratna
20 tamu papa
21 secangkir kopi
22 makan siang
23 menjemput Didit
24 di luar jendela bus
25 kemarahan prawoto
26 Vivi
27 menetap
28 kebun dan pak budiman
29 aku tidak mencintai kakakmu
30 bukan karena dirimu
31 dia mencintaimu
32 teman lama
33 teh hangat
34 janji
35 kau seperti hujan
36 pertanyaan Aryo
37 penjelasan Didit
38 firasat aryo
39 siapa perempuan itu?
40 kesempatan
41 mama hendra
42 lalu bagaimana denganmu?
43 apakah keputusanku salah?
44 ayo berdamai
45 kesempatan
46 villa setelah 7 tahun
47 ulang tahun hendra
48 kandang kuda
49 kabut
50 tamparan
51 sarapan
52 berpikir kembali
53 aku mencintaimu
54 menyadari
55 baiknya diam
56 berdoalah
57 tidak rela
58 ruang tamu
59 pukulan
60 kau yang mulai
61 bersalah
62 menjauh
63 jika bisa kutanggung, akan kutanggung sendiri.
64 martabak
65 Retno tidak ada
66 dimana kau ret?
67 pangkuan mama
68 rujak
69 anak pertama
70 kabari laki laki itu
71 adikmu menyiksaku
72 si mbok
73 bapak mau kemana?
74 kedatangan Hendra
75 sawah
76 maafkan aku
77 pelukan
78 pergilah
79 jodoh untukmu
80 cemilan
81 menginap
82 teh tubruk
83 subuh
84 pagi
85 jemputan
86 butik
87 menjaga laila
88 akad
89 pesta
90 nasi goreng
91 sofa
92 ketukan pintu
93 kau suka padanya?
94 kebun bunga
95 mudah menilai
96 menikahlah
97 Restu si mbok
98 hujan
99 mbok...
100 kesedihan
101 map di atas meja
102 Pindah
103 Rajendra dan Aruna
Episodes

Updated 103 Episodes

1
bunga di trotoar
2
anggrek bulan
3
kebun jeruk
4
entah mulai dari mana
5
villa
6
perapian
7
malam tahun baru
8
keresahan hendra
9
surabaya
10
bersimpuh
11
7th
12
makan siang
13
kebun apel
14
bayangan
15
pulanglah
16
perjalanan
17
rumah dan anggrek ibu
18
pecel punten
19
saran ratna
20
tamu papa
21
secangkir kopi
22
makan siang
23
menjemput Didit
24
di luar jendela bus
25
kemarahan prawoto
26
Vivi
27
menetap
28
kebun dan pak budiman
29
aku tidak mencintai kakakmu
30
bukan karena dirimu
31
dia mencintaimu
32
teman lama
33
teh hangat
34
janji
35
kau seperti hujan
36
pertanyaan Aryo
37
penjelasan Didit
38
firasat aryo
39
siapa perempuan itu?
40
kesempatan
41
mama hendra
42
lalu bagaimana denganmu?
43
apakah keputusanku salah?
44
ayo berdamai
45
kesempatan
46
villa setelah 7 tahun
47
ulang tahun hendra
48
kandang kuda
49
kabut
50
tamparan
51
sarapan
52
berpikir kembali
53
aku mencintaimu
54
menyadari
55
baiknya diam
56
berdoalah
57
tidak rela
58
ruang tamu
59
pukulan
60
kau yang mulai
61
bersalah
62
menjauh
63
jika bisa kutanggung, akan kutanggung sendiri.
64
martabak
65
Retno tidak ada
66
dimana kau ret?
67
pangkuan mama
68
rujak
69
anak pertama
70
kabari laki laki itu
71
adikmu menyiksaku
72
si mbok
73
bapak mau kemana?
74
kedatangan Hendra
75
sawah
76
maafkan aku
77
pelukan
78
pergilah
79
jodoh untukmu
80
cemilan
81
menginap
82
teh tubruk
83
subuh
84
pagi
85
jemputan
86
butik
87
menjaga laila
88
akad
89
pesta
90
nasi goreng
91
sofa
92
ketukan pintu
93
kau suka padanya?
94
kebun bunga
95
mudah menilai
96
menikahlah
97
Restu si mbok
98
hujan
99
mbok...
100
kesedihan
101
map di atas meja
102
Pindah
103
Rajendra dan Aruna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!