NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Semua berjalan menyebalkan. Tak ada tempat aman untukku merebahkan penat. Aku berhasil mengabaikan Niji. Aku juga hanya menjawab sapaan Zetta seadanya ketika mendapatinya sedang membeli pentol langganannya. Nama Yoru juga sudah aku hempas jauh-jauh dari pikiranku. Sapi berbulu gelap itu seharusnya menjadi makhluk penghiburku. Namun, tentu aku tak dapat menemuinya tanpa bertemu dengan pemiliknya, Niji. Langkahku juga enggan untuk ke rumah bibi. Karena pasti Niji bisa menemukan keberadaanku dengan mudah. Rumah nenek Mei juga bukan ide bagus. Perasaanku yang kacau tengah malas untuk mendengar celoteh panjang tentang kehidupan wanita tua itu di masa lalu. Tidak! Pergi saja semuanya! Jangan ada yang menemuiku. Dasar menyebalkan. Semua orang menyebalkan.

HP-ku telah kehabisan daya. Tak ada teman bercengkerama lagi. Selain debu kemarau yang membuat mata perih. Tapakku telah sampai di tepi jalan raya. Setelah tadi bersusah payah jalan ke rumahku yang dekat kebun itu, kini aku kembali mendatangi jalan besar. Bermaksud kabur setelah membaca pesan dari Niji yang ingin berkunjung ke rumahku. Gadis tinggi yang terlalu peka itu pasti ingin meminta maaf padaku.

Tanpa berlama-lama, sebuah bemo berhenti di depanku.

"Mau ke mana, Dek?" Supir bemo itu bertanya. Sesaat membuatku berpikir sebab aku juga tidak tahu harus ke mana. Tak ada tempat aman di desaku untuk merebahkan sendu ini. Seragam sekolah yang tidak sempat kuganti ini benar-benar kusut, berdaki dan bau keringat pula. Untung saja bemo ini hanya diisi seorang ibu-ibu yang duduk di pojok. Aku pun di pojok sebelahnya. Berharap aroma tubuhku yang semerbak ini tidak tercium olehnya.

Lagi dangdut terdengar memenuhi telinga. Ingin rasanya aku meminta supir yang tengah bejoget-joget tidak jelas ini untuk mematikannya. Atau minimal ganti dengan lagu yang lebih mellow.

"Kenapa diem aja, Dek?"

"Eh, maaf Pak. Soalnya, saya lagi mikir," jawabku seadanya.

Pak supir menengok sejenak. Lalu kembali fokus ke jalan raya.

"Kamu mau kabur, ya. Lagi berantem sama ibumu, ya." Pak supir menerka sok tahu. Apa haknya menanyakan hal pribadi kepada penumpang. Selain hanya menanyakan lokasi yang diinginkan penumpangnya.

"Kamu nggak boleh gitu, Nak. Melawan nasihat orang tua hanya akan menambah masalah. Semarah apa pun mereka kepadamu, jangan sampai melawan. Karena semua hal yang dilakukan, pasti untuk kebaikanmu semata sebagai anaknya," sahut-sahut ibu-ibu di pojok yang kukira tengah tertidur.

Sebenarnya ini bemo atau ruang wawancara?

Entah seperti apa ekspresiku saat ini. Ayolah, tidaklah semesta ingin membantuku. Kenapa malah mengirimkan manusia yang menambah penat saja?

"Saya tidak bertengkar dengan orang tua, Bu. Saya cuma lagi pengen ke luar. Jalan-jalan sebentar, nyari angin. Kalau udah puas, nanti saya pulang." Aku tersenyum seramah mungkin.

Ibu-ibu ini malah menatapku dari kaki ke kepala. Lalu melihat wajahku, "Kenapa nggak ganti baju? Itu seragam dipakai juga 'kan besok!?"

"Wah, beneran kabur ya kamu." Si supir menyebalkan itu menyahut.

Aku menarik napas dalam-dalam. Menahan amarah, kesal, greget, apa pun itu yang berpotensi memuntahkan amukan.

"Biar sekalian aja, ganti bajunya pas udah pulang," jawabku lagi kali ini sambil mengepalkan tangan di balik punggung.

"Loh, berarti kamu belum bilang ke orang rumah?" Ibu cerewet ini bertanya lagi.

Seorang ibu-ibu cerewet dan seorang supir bemo yang kepo. Cobaan apa lagi ini? Aku sampai tidak yakin bahwa ini adalah suasana yang lebih baik daripada berada di rumah nenek Mei dan mendengarkan uraian sejarah kehidupan masa lalunya.

"Udah kok, Bu. Saya ada bawa HP."

"Kalau anak saya di posisi kamu, pasti bakal saya marahin. Suruh pulang dulu, makan, bantu-bantu."

Siapa peduli dengan didikan Anda wahai wanita yang tidak aku kenal. Gumamku dalam hati.

Bemo berhenti sejenak.

"Halo, Kai. Iya, ini aku masih di jalan. Kamu udah bawa buku yang aku minta itu, 'kan?" HP-ku yang sudah tewas itu kini berguna untuk kujadikan alat pencegah celoteh mematikan dari ibu-ibu ini. Nama Kai langsung terlintas begitu saja.

"Buku apa, Cine?"

Jurus menghilang, oh jurus menghilang. Di man kau berada. Mataku terbelalak kaget. Lantas menghantam asap maluku untuk terbang mengitari. Waktu, oh waktu. Berhenti sejenak sampai hanya aku yang mampu bergerak dan menghindar dari ruang eksekusi ini. Malunya. Astaga. Malu sekali!

Entah bagaimana angin ceroboh menerbangkan makhluk satu ini ke arahku. Wajahnya penasaran betul. Ibu-ibu cerewet sudah mengalihkan perhatian ke arah polusi. Si supir juga tengah asik bersenandung lagu dangdut yang entah keluaran abad berapa. Setidaknya, mereka tidak menyadari kicauan memalukan yang telah aku perbuat.

HP yang telah tewas itu telah aku sembunyikan di balik punggung. Barang bukti gerakan memalukan harus disingkirkan. Satu lagi, kenapa harus Kai yang datang? Kenapa pula harus nama Kai yang aku sebut?

"Bukan apa-apa. Kamu mau ke mana?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Kai hendak duduk di sebelahku. Namun, sebelum itu terjadi aku langsung berpindah ke tempat duduk seberang.

"Mau beliin mama tas laptop," jawab Kai meski raut wajahnya terlihat bingung karena aku seperti menjaga jarak.

"Oh."

"Kamu sendiri mau ke mana?"

Bemo mulai berjalan lagi. Nyanyian dangdut yang berisik itu membuat obrolan kami sedikit terganggu. Si ibu-ibu cerewet sudah tertidur. Mungkin sudah tak ada hal asik tanpa memojokkanku dengan celoteh-celoteh semacam tadi.

"Temanmu nggak tahu mau ke mana. Dia kabur dari rumah," sahur si supir yang kukira hanya fokus bersenandung sumbang.

"Beneran?" tanya Kai memastikan.

Melihat kehadiran Kai yang kebetulan ini, seketika membuat memikirkan satu hal. Kai! Dialah orangnya. Walaupun usil, setidaknya saat ini ia mungkin bisa menjadi teman berteduhku. Akhirnya, aku mengangguk. Si supir kepo itu tahu-tahu melihat gerakan kepalaku.

"Nah, baru ngaku. Tadi pakai ngeles segala." Bapak-bapak satu ini, ayolah. Di mana tombol ajaib yang bisa mengganti supir menjadi seseorang yang lebih pendiam.

"Kamu ada masalah?" Seorang Kai yang usil itu sudah tidak terlihat lagi. Bukan juga seorang Kai yang bermata merah dan meremukkan perasaanku itu. Kali ini adalah seorang Kai yang menawarkan diri untuk dijadikan payung dari guyuran hujan sendu.

"Kamu ada parfum?" tanyaku menjeda sejenak sebelum menjawab dengan benar. Bau badan ini sungguh tidak mengenakkan. Kesampingkan dulu masalah malu. Entah Kai mencium aroma busukku atau tidak. Setidaknya ia tahu bahwa aku menyadari bau badan ini mengitari.

"Ada. Tapi parfum cowok. Nggak apa-apa."

"Nggak apa-apa. Yang penting wangi. Seragamku udah basah oleh keringat. Belum sempat ganti baju di rumah."

Bemo berhenti lagi.

"Jadi, kamu kenapa Cine? Kamu terlihat sedih gitu." Kai bertanya lagi sembari menyodorkan sebuah botol parfum berwarna hitam khas variasi untuk laki-laki.

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!