Ini adalah novel ketigaku.
Bagaimana perasaan mu jika mengalami hal serupa sama persis yang di alamat seorang gadis bernama Nadira Fazilah Sharifa ?
Niat awal hidup di Jakarta untuk mengaduh nasib mencari ayah kandung dan melanjutkan hubungan dengan sang pacar yang sudah berjalan 3 tahun itu harus hancur seketika.
Lebih parahnya lagi harus menikah dengan orang asing dan anak SMA lagi.
Belum lagi fakta-fakta yang sangat mengejutkan nya.
Ikuti terus kisah cinta seorang Nadira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windii Riya FinoLa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan
Setelah mendapat telepon dari sang papa, Dion langsung menuju restoran Jepang sesuai alamat dikirim papa Surya. Kebetulan sekali ia juga belum makan siang usai pulang sekolah.
Bertanya kepada pelayan dimana ruang VIP atas nama papa Surya lalu melangkah masuk ke ruangan tersebut.
"Nadira.." gumamnya heran mengapa ada Nadira bersama dengan papa Surya.
Nadia mengangguk tersenyum.
"Duduklah makan siang dulu setelah nya baru kita bicara." ucap papa Surya.
Mereka makan dalam diam hanya suara dentingan sendok dan garpu beradu dengan piring menjadi hiburan telinga mereka walau tidak terpengaruh sekalipun.
Setelah menyelesaikan makan siang mereka masih saja diam membisu. Papa Surya berdehem sebelum memulai bicara.
"Nadira ini kakak tiri mu." ucap papa Surya.
"APA?" tanya Dion terkejut bahkan suaranya meninggi.
"Turunkan suaramu Dion." papa Surya balik membentak.
"Bagaimana bisa pa?" tanya Dion lirih.
Keadaan membuat ia menjadi anak pembangkang bila dihadapan papa nya akibat perceraian dan rasa kecewa terhadap sang mama sama sekali tidak perduli padanya. Rasa iri kepada kehidupan sang mama lebih tampak bahagia tanpa mengingat dirinya, dan juga iri melihat keluarga Qenan yang harmonis walau orangtuanya Qenan sama-sama sibuk urusan pekerjaan.
Akhirnya papa Surya menjelaskan semuanya dan melihat diam Nadira menandakan penjelasan itu benar.
Pantas aja gue ngerasa dekat sama Nadira walau baru ketemu. Nyatanya gue adik tirinya.
"Apa kalian udah saling kenal?" tanya papa Surya setelah menjelaskan semuanya.
"Ya.." sahut keduanya bersamaan.
"Baguslah, Nadira.. Tinggallah bersama papa dan Dion." pintanya.
Nadira hanya bisa menelan saliva terasa kasar. Tidak mungkin tinggal bersama mereka sementara ia adalah seorang istri.
"Nanti Nadira pikirkan lagi pa.."
"Ya sudah, papa harus kembali ke kantor. Ngobrol lah kalian berdua biar tambah akrab." papa Surya bangkit menghampiri Nadira lalu mengecup pucuk kepalanya.
Sepeninggalan papa Surya, Nadira dan Dion membisu dengan pikiran masing-masing namun Dion teringat sesuatu.
"Lo harus minta pertanggungjawaban, ikut gue." Dion menarik tangan Nadira untuk mengikuti nya.
Nadira hanya bisa pasrah mengikuti kemana Dion membawa nya. Jika orang lain melihat mereka berdua seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar karena air muka Dion memerah menahan amarah.
Mobil Dion melaju dengan kecepatan diatas rata-rata hingga membuat Nadira menggenggam erat seatbelt nya.
"Dion.. Gue belum mau mati, gila parah lo.." umpat Nadira sangat takut saat Dion melakukan salip menyalip dengan kendaraan lain.
Akhirnya Nadira bernafas lega saat mobil Dion berhenti dengan selamat. Nafasnya tersengal-sengal seakan baru saja lari maraton keliling komplek.
"Kenapa ke apartemen Qenan?" sadarnya melihat seperti basemen apartemen Qenan.
"Udah ikut gue, gue harus kasih pelajaran untuk dia."
Dion kembali menarik tangan Nadira sampai sang empunya meringis. Mereka berjalan menuju apartemen Qenan namun nihil tidak ada orang yang mereka cari.
Dion kembali membawa Nadira menuju apartemen Nazeef berharap orang yang dicari berada disana. Dion menekan password apartemen Nazeef yang ia ketahui dahulu ternyata password tersebut masih sama.
Mereka masuk ke dalam, dengan langkah lebar Dion mendekati dua sahabat itu.
*Bugh
Bugh*
"Bang sat.. Maksud lo apa ha?" bentak Nazeef melerai Dion yang akan memberi pukulan lagi.
"Qenan.." teriak Nadira histeris melihat suaminya babak belur langsung mendekatinya yang sudah tersungkur ke lantai.
Ketiga cowok itu baru menyadari jika ada Nadira juga disana. Begitu pula Dion melupakan kakak tirinya itu.
"Kamu nggak pa-pa? apa ini sakit?" cerca nya khawatir menangkup wajah tampan Qenan.
Bukan menjawab melainkan tersenyum mendengar cerca pertanyaan dari Nadira.
"Kenapa tersenyum?" tanya Nadira merasa bingung.
"Aku seneng kamu khawatirin aku, itu artinya kamu udah nggak marah lagi sama aku." Qenan berkata jujur karena ia takut jika Nadira akan marah sepanjang hari.
Nadira menjadi gugup langsung melepas tangkupan di wajah Qenan dan ia merutuki diri karena tidak bisa mengontrol padahal tadi pagi ia keluar apartemen dengan wajah dingin dan hati sakit mendengar Qenan tidak merasa cemburu padanya.
"Berasa dunia milik berdua ya?" celetuk Dion.
Nadira menoleh ke arah Dion dengan wajah iba. "Dion please.."
Qenan melihat Nadira memohon seperti itu membuat ia semakin curiga dan cemburu.
"Kalian datang berdua?" tanyanya dingin setelah duduk di sofa.
Nadira ikut duduk di sofa sebelah Qenan menatap dalam matanya, mendengar pertanyaan itu membuat ia menelan saliva berulangkali. Tenggorokan terasa tercekat untuk menjelaskan semua nya.
"Ya kami datang berdua, gue minta pertanggungjawaban lo ke Nadira karena lo udah ML sama kakak gue." bukan Nadira menjawab melainkan Dion.
"Kakak?" tanya Qenan dan Nazeef serempak.
Qenan menoleh menatap Nadira meminta penjelasan maksud dari perkataan Dion dan anggukan Nadira menjadi sebuah jawaban untuknya.
"Bagaimana bisa? kenapa kamu nggak cerita sama aku Ra? kamu sembunyiin ini dari aku? tega kamu." sarkas Qenan meninggalkan mereka yang masih dilanda pemikiran masing-masing.
Nadira menutup wajah dengan kedua tangan merasa masalah datang bertubi-tubi padanya.
"Sebaiknya lo urus Qenan dulu Ra.. Biar Dion gue yang urus." Nazeef melihat kekalutan Nadira merasa iba.
Nadira membuka wajah menatap Nazeef lantas beranjak menyusul Qenan.
Sementara Nazeef dan Dion masih membisu. Nazeef menghela nafas sebelum menjelaskan kenyataan hubungan Qenan dan Nadira.
"Kenapa lo bilang Nadira kakak?"
"Karena Nadira kakak tiri gue. Nyokap dia istri pertama yang di sembunyikan bokap gue."
"What? demi apa?"
"Demi apapun.
Dion menceritakan semua yang ia dengar dari cerita papa Surya tadi, termasuk ulah mama nya yang membuat mereka terpisah.
"Ternyata nyokap lo kelakuan nya melebihi monster." cibir Nazeef merasa geram.
"Ck.. Gue tahu."
"Dion, apa gue masih bisa percaya sama lo setelah kesalah pahaman itu?" tanya Nazeef serius dan di balas anggukan dari Dion.
"Mereka udah nikah siri."
Mata Dion melotot mendengar itu rasanya lidah menjadi keluh untuk berucap, mulut terkatup rapat seakan sulit untuk terbuka.
"Malam tahun baru mereka menikah dan sekarang status Nadira senasib dengan nyokap dia. Istri rahasia."
...****...
Di kamar apartemen Qenan.
Mereka berdua masih diam namun Qenan meluapkan emosi dengan memukulkan tangan nya ke tembok.
Ia merasa di permainkan dan di bohongi oleh Nadira, cewek yang sudah merebut hatinya tanpa disadari oleh dirinya.
"Qenan.. Jangan gini, ayo kita ngomong baik-baik." ucap Nadira takut melihat kemarahan Qenan.
Mendengar Nadira mengeluarkan suara lantas membuat ia menoleh menatap tajam padanya.
"Sekarang kamu puas? kamu puas udah berhasil bantu adik mu balas dendam ke aku? JAWAB!!!" bentak Qenan mendekati Nadira dalam keadaan emosi.
Tampak jelas di mata Nadira tangan Qenan terkepal dengan rahang mengeras dan juga mata tajam itu kini memerah karena emosi.
Ia menunduk tidak tahan dengan tatapan Qenan, nyali nya ciut seketika saat tangan Qenan mencekram dagunya hingga terangkat menatap Qenan.
"Kenapa gak di jawab?" tanya Qenan dingin.
"Sa-sakit." cicit nya merasa sakit di dagunya.
Dengan kasar Qenan menghempaskan cengkraman nya. Ia merasa harga dirinya telah di injak-injak oleh Nadira.
🌸
Bersambung..
