NovelToon NovelToon
Dunia Dalam Mimpi

Dunia Dalam Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lekyusi Dj

Mimpi dan dunia nyata adalah hal yang berbeda. Tetapi bagaimana jika ada dunia di dalam mimpi? Seperti yang dialami oleh Devalina, takdir hidupnya seperti sebuah lelucon. Wanita yang terlahir dengan penuh kesempurnaan, kini harus menemukan letak ketidaksempurnaan dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lekyusi Dj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 9 DI MALL

(Hari ke-5)

Aku tiba di kampus lebih awal, sebelum masuk kelas aku akan bertemu dengan Abriela di kantin. Semalam aku mengirim pesan kepadanya untuk bertemu hari ini.

“Eva, sorry banget aku telat ya.” Katanya saat sampai di kantin

“Enggak kok, aku juga baru sampai beberapa menit yang lalu.” Kataku

“Pesan makan dulu gih, aku tau pasti kamu tadi belum sarapan.” Sambungku

“Kamu mau mesen apa? Biar sekalian aku pesen juga buat kamu.” Katanya

“Samain aja sama kamu.” Jawabku

Abriela lalu berjalan ke antrian untuk memesan makanan kami. Hari ini aku harus mendengar lanjutan dari cerita dia yang terpotong saat di rumah.

Setelah beberapa menit dia kembali ke tempat duduk kami.

“Ohh iya tumben banget kamu ngajak ketemunya pagi-pagi gini.” Kata Abriela

“Enggak, pengen ajak sarapan pagi bareng lagi. Udah lama juga kita enggak sarapan bareng.” Kataku berbohong

“Sorry ya, beberapa hari ini aku sibuk rawat Mama di rumah sakit. Jadi enggak ada waktu buat yang lain.” Jelasnya

“Iya enggak apa-apa, lagian juga aku paham kok. Terus, gimana Mama kamu? Udah baikan?” Tanyaku

“Iya udah, Mama juga udah di rumah.” Jawabnya

“Kalau gitu aku mau dong ketemu sama mama kamu, sekalian jenguk mama kamu juga. Udah lama banget aku nggak ke rumah kamu.” Kataku

“Ehmm, kalau untuk sekarang belum bisa deh Eva. Mama baru keluar rumah sakit, jadi belum bisa berinteraksi sama orang dulu.” Katanya dengan gugup

“Yahh, gitu ya? Ya udah deh, nanti aku titip buah aja ya buat Mama kamu. Maaf juga waktu di rumah sakit enggak ngunjungin Mama kamu.” Kataku

“Iya enggak apa-apa kok, lagian aku juga lupa ngasih tau ke kamu. Jadi kamu jangan merasa bersalah gitu.” Katanya mencoba menenangkanku.

“Ohh iya Biel, terakhir kali kita ketemu di rumah. Kamu mau ngomong sesuatu kan sama aku?” Tanyaku

“Yang mana?” Tanyanya bingung

Aku memutar mataku mendengar jawabannya, bisa-bisanya dia melupakan hal penting seperti itu.

Belum sempat aku menjawab, pelayan sudah memanggil Abriela mengambil makanannya.

“Bentar ya, aku ambil dulu makannya.” Katanya

Dengan terpaksa aku menggangguk dan menunggunya.

Setelah itu kami tidak melanjutkan obrolan kami, karena kebiasaan kami kalau lagi makan enggak sambil ngobrol. Jadi, aku berusaha menghabiskan makananku dengan cepat agar bisa mendengar ceritanya.

Namun, sekali lagi penghalang datang. Tidak ada hujan, tidak ada angin tiba-tiba saja ada Delon yang berdiri di sebelah meja kami.

“Ngapain kamu disini?” Tanyaku kesal

“Bawa tas saya ke kelas.” Katanya sambil memberikan tasnya dengan kasar.

“Kan kamu ada tangan sendiri, kenapa harus saya yang bawakan tas kamu?” Kesalku

“Ingat tangan saya masih terluka.” Jawabnya singkat, lalu dia pergi dari hadapan kami.

“Delon anji**” Kesalku

“Itu siapa Eva?” Tanya Abriela

“Itu laki-laki yang hampir aku tabrak kemarin, terus tangannya terluka karena jatuh dari motornya.” Jawabku dengan kesal

“Ya ampun, kok bisa kamu hampir nabrak dia Va?” Kaget Abriela

“E-ehhmm, itu, j-jadi kemarin aku enggak terlalu merhatiin jalan dan enggak lihat dia di depan.” Jawabku berbohong. Tidak mungkin aku jujur kepadanya kalau aku hampir nabrak kutub karena ngejar dia.

“Astaga, lain kali kamu kalau bawa mobil hati-hati Va. Syukur anak orang enggak luka parah.” Katanya khawatir

“Iya, kemarin juga udah diselesaikan baik-baik kok.” Kataku

“Terus itu kenapa dia nyuruh kamu yang bawa tasnya?” tanyanya

“Astaga, banyak banget sih pertanyaan ni cewek. Bikin kesel aja, terus gue harus bo'ong kayak gimana lagi." Kataku dalam hati.

“I-itu aku inisiatif nawarin diri bantu dia selama tangannya sakit. Sebagai bentuk tanggung jawab aku karena buat tangan dia terluka kayak gitu.” Kataku setengah berbohong

“Emang kamu tu baik banget Va, padahal kamu udah niat baik bantu dia. Tapi kok perlakuan dia kayak kasar gitu sama kamu?” Kesal Abriela

“Enggak apa-apa kok, kayak gini cuman hal kecil. Lagian juga aku yang salah jadi mau enggak mau aku harus bantu dia.” Kataku berbohong lagi

“Kayaknya aku harusnya dapat piala Oscar sih, acting aku bagus banget.” Pujiku dalam hati.

“Ehh, Eva kita ngobrolnya lain kali lagi ya. Ini, aku baru dapat pesan kalau dosen udah mau masuk kelas.” Kata Abriela

“Ha? I-iya, nanti aku tagih ceritanya.” Kataku

“Iya, kalau gitu aku duluan ya. Bye” Pamitnya

Aku menganggukan kepalaku.

“Gagal lagi deh aku dengar ceritanya. Padahal aku udah penasaran banget sama yang mau diceritain sama dia. Aku yakin pasti dia mau ngomong sesuatu yang penting waktu itu. Apalagi dari wajahnya yang serius itu pasti topik yang sensitif” Kataku

“Ini semua gara-gara si kutub itu, nyebelin banget dia. Datang di saat yang tidak tepat banget.” Kesalku

Setelah meluapkan semua kekesalanku, akhirnya aku memutuskan kembali ke kelas. Sebentar lagi juga jam kuliah bakal dimulai. Saat sampai di kelas, aku kaget melihat Delon yang duduk manis di kursi sambil bermain hp.

“What the --, bisa-bisanya tu cowok titip tas dia ke aku terus dianya malah duduk santai di sini.” Kataku dengan jengkel.

Aku lalu menghampiri dia dengan tanduk merah yang ada di kepalaku.

“Maksudnya apa kamu ngasih tas kamu ke saya, terus kamunya udah ada di kelas duluan?” Tanyaku dengan emosi

Bukannya menjawab dia hanya menatapku dengan ekpresi datarnya. “Kamu denger nggak sih? Saya itu lagi ngomong sama kamu.” Kesalku

Dia tidak menjawab sama sekali perkataanku, tangannya dengan cepat mengambil tasnya.

“Makasih” Katanya dengan singkat.

Wajahku memerah karena menahan amarah.

“Sabar Va, sabar. Jangan tersulut emosi, sekarang kamu lagi ada di kelas.” Kataku dalam hati sambil menenangkan hatiku

Aku berjalan ke bangku kosong di sebelah Sandra.

“Lin, kok muka kamu merah gitu?” Tanyanya

“Gara-gara sih kutub tu” Jawabku

“Emangnya dia ngelakuin apa ke kamu?”

Aku menjelaskan semuanya kepada Sandra, dari insiden aku hampir menabraknya sampai masalah di kantin tadi. Tentu saja bagian alasan aku hampir menabraknya adalah kebohongan.

“Wahh, gila banget sih dia. Kok bisa-bisanya dia malah jadiin kamu babu.” Kata Sandra dengan nada kesalnya.

“Biar aku omelin dia, jadi laki-laki kok enggak gentlemen banget.” Lanjut Sandra

“Ehhh enggak usah Ra, lagian juga percuma ngobrol sama dia. Di mulutnya itu kekurangan banyak kata. Jadi dia kalau ngomong ngirit banget.” Kataku

“Enggak bisa gitu Lin, kalau dibiarin malah ngelunjak lagi dia.” Bantah Sandra

“Udah, enggak usah, berapa menit lagi dosen juga udah mau masuk. Mending lepasin aja dia, kalaupun dia udah berlebihan bakal aku kasih pelajaran ke dia.” Kataku menenangkan Sandra

Aku merasa senang karena Sandra sepertinya tulus ingin menjadi temanku, bahkan dia juga tersulut emosi setelah mendengar ceritaku tentang Delon yang sudah keterlaluan kepadaku.

“Apa aku mulai percaya aja sama dia ya?” Tanyaku dalam hati

Setelah selesai semua matakuliah kami hari ini, aku dan Sandra berencana ke Mall untuk berbelanja. Sudah lama juga aku belum belanja lagi, jadi ini kesempatan aku buat nyenengin diriku sendiri. Namun yang membuatku kesal adalah

“Lin, ini dia beneran ikut kita?” Bisik Sandra kepadaku

“Iya Ra, maaf banget ya. Tadi aku udah jelasin ke dia, tapi dia malah kekeh ikut. Katanya dia malas mau mesen kendraan online, jadi dia ngikut aja kita ke mall.” Jelasku

Ya, yang sedang kami bicarakan adalah Delon. Tadi waktu perkuliahan terakhir selesai, dia udah stand bye di depan pintu nunggu aku. Udah dijelasin kalau misalnya aku dan Sandra mau ke mall, jawaban dia cuma dua

kata “saya ikut”. Mau tidak mau aku harus ikut kemauan dia, kalau tidak dia berencana bongkar semuanya.

Kami bertiga sampai di mall, dia memutuskan untuk menunggu kami di café dekat dengaan pintu keluar mall. Jadi dia tidak akan mengikuti kami berbelanja, paling tidak aku dan Sandra bisa berbelanja dengan tenang tanpa dia.

Saat asik-asiknya berbelanja, aku melihat seorang yang sepertinya aku kenal sedang berjalan menuju ke kafe yang sama dengan Delon. Aku membuntuti dia sampai di café dan sesampainya di café, dia duduk dengan seseorang yang sangatku kenal.

“Ngapain disini?”

1
Ayang
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!