Sebuah kenyataan pahit harus diterima oleh Liliana.
Suami yang dia cintai tiba – tiba mengatakan akan menceraikannya setelah dia melahirkan anak yang sedang dikandungnya.
Meskipun mereka menikah karena keterpaksaan ,Liliana sangat mencintai suaminya.
Namun badai besar itu datang dan memporak – porandakan rumah tangga mereka setelah Harrold menemukan kembali kekasih yang telah meninggalkannya tepat dihari pernikahan mereka dan membawanya pulang kerumah, tinggal satu atap dengannya.
Hati Liliana yang hancur semakin bertambah hancur ketika dia mengetahui fakta jika drama pernikahan ini sengaja dibuat oleh keluarga Harold untuk menjebaknya dalam skema licik yang telah mereka buat.
Mampukah Liliana bangkit dan keluar dari skema keji yang menjeratnya ?
Ikuti perjuangan Liliana dalam novel disetiap episodenya....
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Lola duduk sambil memainkan jemari tangannya sementara kedua matanya fokus pada pintu putih yang ada dihadapannya itu.
Begitu pintu terbuka, Lola spontan berdiri dengan wajah panik ketika melihat perawat dibelakangnya mendorong brankar yang ditutupi kain putih.
“ Maaf nona, kami sudah mengupayakan semaksimal mungkin untuk menyelamatkan bayi lelaki tersebut tapi sayangnya pendarahan hebat diotaknya cukup parah sehingga upaya kami tak berhasil membuatnya bertahan ”
“ Sementara sang ibu saat ini juga masih dalam kondisi kritis setelah kehilangan banyak darah dan juga tulang lenggannya mengalami retak akibat benturan hebat yang dialaminya ”, ucap sang dokter kembali menjelaskan dengan tatapan iba.
“ Bayi-bayinya meninggal dok....”, ucap Lola syok.
Sang dokter hanya mengangguk pelan dengan wajah sedih karena tahu jika wanita muda yang ada dihadapannya itu baru saja kehilangan anggota keluarganya yang meninggal lima menit setelah tiba di rumah sakit.
Jderrr.....
Bagai disambar petir malam hari, tubuh Lola terasa sangat lemas hingga wanita muda itupun hampir ambruk kelantai.
Untung ada Toni sang supir yang berada dibelakangnya menangkap tubuh majikannya itu sebelum berhasil mencium dinginnya lantai rumah sakit.
“ Kenapa kemalangan bertubi – tubi menimpah Liliana ”
“ Baru saja mbok Sumi dimakamkan, sekarang dia harus menerima kenyataan jika bayi laki – laki yang sangat dinantikannya meninggal dunia ”
“ Bagaimana aku bisa menjelaskan semuanya kepada Liliana nanti ketika dia sadar dan menanyakan semuanya ”, guman Lola sedih.
“ Nona Lola yang sabar ya ”
“ Nona harus kuat karena nona Liliana membutuhkan anda disampingnya ”, ucap Toni turut berduka cita.
Melihat Liliana dibawa kedalam ruang ICU untuk mendapatkan perawatan, Lola pun bergegas menuju ruang jenazah untuk mengurus pemakaman bayi Liliana yang rencananya akan dia kubur disamping mbok Sumi yang tadi baru saja disemayamkan disana.
Lola keluar dari rumah sakit dengan menggunakan ambulan untuk mengelabui wartawan, seperti yang tadi dia lakukan ketika melakukan pemakaman untuk mbok Sumi.
Dia tidak ingin pemakaman orang yang dikasihinya menjadi ricuh akibat kehadiran wartawan yang datang meliput untuk menaikkan rating surat kabar mereka.
Penjaga makan yang masih belum pulang setelah pemakan mbok Sumi kembali berdiri ketika sebuah mobil ambulan datang.
“ Tuan, anda....”, ucap penjaga makan terkejut melihat Toni kembali datang dengan membawa jenazah.
Jika tadi seorang wanita tua sekarang yang pemuda itu bawa adalah jenasah anak kecil yang tampaknya baru saja dilahirkan melihat dari tanggal lahir yang tertera diatas batu nisan yang mereka bawa.
" Sungguh malang nasib pasangan muda itu. Baru saja ibunya meninggal sekarang anaknya ", batin penjaga makam iba.
Penjaga makan salah penafsirkan jika mbok Sumi adalah ibunya Toni sementara bati yang sekarang akan dimakamkan adalah bayinya melihat Toni datang bersama wanita muda yang terlihat sangat sedih disampingnya.
Pemakaman yang hanya dihadiri oleh Lola, Toni, serta dua orang perawat dan supir ambulan berjalan dengan lancar dan hikmat.
Karena terlalu sedih dan masih syok akan semua hal yang terjadi dengan cepat hari ini, tubuh lemah Lola harus dipegangi oleh Toni agar tak sampai ambruk.
“ Pak tolong jaga dan rawat makam ini dengan baik ya ”, ucap Lola berpesan.
Setelah memberi amplop kepada penjaga makam, Lolapun kembali naik kedalam mobil ambulan menuju rumah sakit karena masih ada sahabatnya yang harus dia rawat disana.
Sementara itu Fendi yang mendengar jika istri dan anaknya tak bisa masuk setelah didepak keluar dari rumah sakit oleh Lola merasa jika opsi pertama yang Martin berikan tak mungkin bisa dijalankan maka dari itu diapun mulai memikirkan opsi kedua yang akan mengkambing hitamkan Imelda sebagai otak kejahatan tersebut.
Tapi begitu Fendi mengingat jika putra sulungnya itu cinta mati dengan Imelda membuatnya kembali berpikir ulang jika ingin mengorbankan Imelda agar tak membuat anaknya menjadi gila dan bertindak nekat seperti malam ini.
“ Kurasa hanya opsi ketiga yang bisa aku jalankan ”, gumannya memutuskan.
Fendi yang mendengar jika Harold dan Imelda akan dipindahkan ke polresta demi menghindari kejaran wartawan hanya bisa meraup wajahnya dengan kasar.
Jika sudah dipindahkan itu berarti berkas pengajuannya sudah diproses dan kasusnya akan segera dinaikkan kemeja hijau maka dari itu diapun harus bergerak cepat sebelum semuanya terlambat.
Memikirkan hal tersebut makan Fendi pun memutuskan untuk menghilangkan barang bukti malam ini juga.
Diapun segera menghubungi seseorang untuk membakar kediaman Harold karena semua hal yang berkaitan dengan kejadian malam ini ada didalam sana.
Beruntungnya Lola sudah mengambil beberapa barang penting milik Liliana dan beberapa pakaian sebagai baju ganti setelah selesai memakamkan bayi Liliana tadi termasuk ponsel yang dijadikan kontrol cctv yang terpasang dikediaman mereka.
Sambil berjaga di rumah sakit, Lola yang penasaran dengan apa yang terjadi dikediaman Harold sebelum kedatangannya dan peristiwa naas tersebut menimpah sahabatnya segera mengambil ponsel Liliana untuk melihat rekaman yang ada disana.
Baru aja ruang kotrol cctv dinyalakan, dapat Lola lihat ada beberapa orang berjalan mengendap – endap mendekati rumah sahabatnya itu sambil membawa dirijen dalam kondisi minim pencahayaan didalam ruangan karena hanya lampu teras saja yang dinyalakan.
Untung saja mbok Sumi juga memasang cctv diteras depan dan belakang serta garasi sehingga aktiviatas diluar bisa terlihat dengan jelas akibat adanya lampu jalan yang sangat terang.
Melihat beberapa lelaki tampak menyiram rumah dengan air dalam dirijen yang dibawanya dan tak lama kemudian mereka menyulut api Lola hanya bisa berguman sinis “ Seperti yang kuduga, mereka benar – benar licik ”.
Lola terus menyaksikkan adegan pembakaran itu dengan wajah dingin dan segera menyimpan rekaman tersebut yang hasilnya langsung dia kirim ke pengacaranya sebagai bukti tambahan atas kasus yang mereka laporkan kepada pihak kepolisian.
Si jago merah berkobar dengan cepat membuat panik warga komplek perumahan dimana rumah Harold berada.
Karena api sangat besar para warga kesulitan untuk memadamkannya sampai mobil damkar datang dan segera mengatasinya.
Fendi tersenyum puas melihat berita kebakaran yang melanda kediaman anaknya dan sekarang dia tinggal menunggu kabar keberhasilan anak buahnya untuk menyingkirkan bukti yang ada di kepolisian.
Papa mertua Liliana itu tidak tahu jika semua yang dilakukannya adalah kesia – siaan belaka karena Lola masih memiliki bukti rekaman video tersebut yang tersimpan aman didalam akunnya.
Sementara itu didalam sel penjara yang dingin, penyakit jantung Imelda kembali kambuh sehingga wanita itu harus dilarikan ke klinik yang ada didalam markas kepolisian tersebut.
Harold yang mendengar kabar jika Imelda pingsan merasa panik dan diapun membuat keributan agar petugas mebiarkannya keluar untuk melihat kondisi kekasihnya itu.
Teman satu sel Harold yang merasa terganggu akan keributan yang lelaki itu buat pun langsung melayangkan bogem mentah kewajah tampannya hingga membuat tubuh suami Liliana itu ambruk kelantai.
“ BERISIK !!! "
" Bisa diam tidak !!! ”, ucapnya dengan tatapan nyalang.
Harold hanya bisa terdiam dilantai sambil mengusap rahangnya yang sangat sakit akibat pukulan teman satu selnya itu dengan kepala menunduk karena tak ingin bogem mentah itu kembali melayang ke wajahnya.
Selanjutnya, Harold tak lagi berani bersuara agar tak lagi menjadi sasaran empuk teman selnnya yang lain karena sekarang mereka semua tampak menatap tajam kearahnya.
Memikirkan Imelda, hati Harold terasa sangat sakit. Dia sama sekali tak menyangka bisa lepas kendali sehingga membuatnya berakhir mengenaskan di hotel prodeo seperti sekarang.
" Jika aku bisa lebih mengendalikan emosiku mungkin kesehatan Imelda tak akan memburuk seperti sekarang ", batinnya sedih.