Pembalasan Alena

Hari ini merupakan hari pertama Alena mengikuti latihan. Dia sudah siap dengan baju karate yang ia dapatkan saat pendaftaran.

Pelatihan tidak dilakukan setiap hari. Dalam seminggu hanya tiga kali pelatihan. Itu pun dlakukan setelah pulang sekolah.

Saat keluar dari kamar, Alena bertemu dengan Vina yang sedang menonton televisi sambil makan. Nampaknya gadis itu baru saja pulang dari sekolah. Seragam yang ia pakai nampak berantakan. Entah apa yang sudah ia lakukan di sekolah.

"Baru pulang Vin? " tanya Alena berbasa-basi.

"Hem... capek banget. Mau ikutan makan? "

"Nggak deh, Terimakasih. Aku berangkat dulu ya, " pamit Alena.

"Oke.Semangat!!

Alena tiba di tempat pelatihan tepat sebelum pelatihan di mulai. Dia sudah menyiapkan mental untuk berlatih bersama anak-anak SD. Hanya saja dia merasa kaget saat kedatangannya disambut sebagai guru baru oleh mereka.

"Selamat siang Sensai, " sapa mereka dengan serempak. Ada sekitar lima puluh anak yang sudah berbaris dengan rapi.

Alena terdiam di tempat. Dia shock mendengar sapaan dari anak-anak tersebut. Padahal dia sudah menyiapkan mental untuk berlatih bersama mereka. Kalau sudah begini bagaimana dong?Untung pelatih yang asli segera datang.

"Ada apa ini? "

"Bukankah kakak ini pelatih baru kita? " celetuk salah satu anak .

"Bukan. Mulai saat ini Kak Rara akan ikut berlatih sama kita," jawab sensai..

"Untuk kamu, ikut berbaris bersama mereka, " lanjutnya pada Alena.

Alena tidak membantah. Dia berdiri di barisan paling belakang. Setelah Alena sudah masuk dalam barisan, Sensai memulai pelatihannya.

Pelatihan pun di mulai. Seperti biasa mereka harus melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pelatih memimpin mereka untuk melakukan pemanasan.

Sebagai awalan, mereka lari mengelilingi lapangan selama sepuluh menit. Kemudian dilanjutkan dengan push up, lalu sit up, kemudian leg lifts dan membalikkan push up.

Setelah melakukan pemanasan, dilanjutkan dengan peregangan . Setelah peregangan selesai dilanjutkan dengan Meditasi( maaf jika salah. Sebab penjelasan ini juga dari membaca. Saya juga tidak berlatih secara langsung🙏🙏🙏🙏)

Barulah setelah itu mereka siap untuk berlatih. Alena benar-benar memulainya dari awal.

Selesai latihan, Alena duduk di bawah sebuah pohon. Tubuhnya masih lelah, jadi dia mengistirahatkan tubuhnya.

"Boleh duduk disini, Kak? " izin gadis kecil berkuncir kuda.

"Silahkan."

"Terimakasih."

"Kakak tinggal di asrama apa pulang?"

"Asrama. Kenapa memangnya? "

"Tidak papa."

"Kalau kamu? "

"Pulang dong Kak. Pengennya sih tinggal di Asrama tapi sama Mama tidak boleh."

"Kok masih disini? "

"Belum di jemput."

"Namamu siapa? "

"Naina."

Gadis itu mengambil sesuatu di dalam tas yang ia bawa. Ternyata ia mengambil bekal dan minumannya di dalam tas.

"Kakak mau? "

"Tidak terimakasih. Kamu selalu bawa bakal? "

"Mama tidak suka aku jajan sembarangan. Jadi selalu bawakan bekal. Masakan Mama aku enak loh kak. Jadi nggak masalah kalau nggak beli jajan."

Kotak bekal Naina berisi beberapa kue dan juga buah. Ada risol, puding, telur puyuh, apel dan jeruk. Kalau gini mah, Alena juga suka.

"Ini buat kakak. "

"Tapi_"

"Kata Mama rezeki tidak boleh ditolak pamali katanya, " ucap Naina sok bijak. Alena mengambil satu risoles dari dalam kotak makan Naina. Kemudian memakannya secara perlahan.

"Bagaimana rasanya kak? "

"Enak juga.'

"Benar kan. Masakan Mama emang the best. "

Cukup lama Alena berbincang dengan Naina. Sampai Naina di jemput oleh Papanya.

Alena memasuki kamarnya dengan lemas. Ternyata untuk menjadi kuat itu butuh perjuangan. Baru sehari saja tubuhnya sudah lemas.

Alena langsung masuk kedalam kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Tidak lama kemudian dia langsung terlelap.

"Rara ada dikamarnya tidak ya? " tanya Vina pada Rahma.

"Entahlah.Tapi anak-anak sudah pada pulang tuh."

"Aku panggil langsung aja, kalau gitu . "

Vina pun menghampiri Alena yang ada di kamarnya. Ternyata pintunya tidak tertutup. Sehingga Vina bisa melihat dengan jelas Alena yang sedang tertidur.

"Bisa-bisanya nih anak langsung tidur. Padahal pakaiannya saja belum diganti, " gumam Vina geleng-geleng kepala. Dia pun. kembali menghampiri Rahma yang sedang duduk santai di kursi.

"Ada? " tanya Rahma begitu Vina menghampirinya.

"Tidur. Mana tidurnya aneh banget. "

"Aneh bagaimana? "

"Sepulangnya dari latihan dia langsung tidur begitu saja. Bahkan sepatunya tidak ia tanggalkan.

"Pasti lelah banget. Kita awal masuk sini kan juga begitu. Kalau sekarang nggak berlatih tubuh makin lemas. "

"Mau makan dulu apa nunggu Rara? "

"Makan. Perut sudah lapar sekali . Biar Rara makan sendiri saja nanti. "

"Kasihan dong dianya ."

"Lebih kasihan perutku . Sedari tadi sudah keroncongan pengen diisi. "

Akhirnya Vina dan Rahma makan tanpa mengajak Alena yang masih tidur pulas. Keduanya makan dengan sangat lahap.

Alena bangun tepat jam 05.00 sore . Dia segera mandi dan melaksanakan salat asar yang sudah hampir habis . Selesai salat Alena tidak langsung Melepasmu kenanya . Dia menunggu datangnya salat magrib sambil membaca Alquran .

Sejak tinggal bersama Cahya , Alena lebih rajin beribadah. Kini hanya doa yang bisa ia persembahkan pada mendiang orang tuanya. Padahal tanpa ia tahu kedua orang tuanya masih hidup hingga sekarang. Tapi keadaan mereka sungguh memperhatikan.

Abimanyu dan Zahra memang masih hidup. Mereka di sekap di penjara bawah tanah . Keadaan mereka sungguh memprihatinkan.

"Cepat tanda tangani! " bentak seorang bertubuh gempal pada Abimanyu.

"Tidak akan pernah. Kalau kalian memang ingin membunuhku, bunuh saja kamu sekarang! "

Plok plok plok

"Kamu....! "

"Halo sobat. Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu? "

"Jadi otak dari semua ini itu kamu? "

"Bagaimana kejutan dari ku?"

"Dasar bi***! "

"Slow man. Dari pada mengumpat kenapa tidak gunakan waktumu untuk menandatangani surat kuasa tersebut. "

"Cuih... tidak akan pernah! "

"Baiklah kalau itu maumu. Aku juga tidak ingin lama lama disini. Tapi ingat... aku bukan orang yang memiliki kesabaran yang tinggi. "

"Apa salahku sebenarnya? "

"Wow, jadi kamu tidak tahu apa salahmu? Apa menikah dengan jalang ini membuat matamu jadi buta! " bentuknya.

"Jaga mulutmu! "

Orang itu hendak mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengangkat telponnya dan pergi dari sana. Abimanyu melihat kepergiannya dengan nanar.

"Apa salahku? " gumamnya.