NovelToon NovelToon
SAY 'I Love You'

SAY 'I Love You'

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / cintamanis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ini adalah kisah dari beberapa karakter yang ditulis di satu novel.

Sebenarnya, apa itu Cinta dan bagaimana seseorang bisa saling mencintai? Bisakah dia menerima kekuranganku? Dan mampu kah aku menerima kekurangannya?

Mohon dukungannya ya teman-teman. Karya ini tidaklah sempurna tanpa saran dan komentar kalian♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Motivasi

Aku diusir dari kontrakan saat aku kelas 12 akhir semester 2. Hari-hari mendekati Ujian Kelulusan. Aku menangis mendatangi rumah Ibu Vety malam itu yang tengah hujan deras. Dia memeluku dengan hangat dan erat.

Dia memberiku tempat tinggal. Dia sudah menganggapku seperti anaknya sendiri.

Ibu Vety, tinggal seorang diri di rumah peninggalan suaminya yang meninggal karena sakit 4 tahun yang lalu. Mereka belum di karunia-i anak, meski usia pernikahan mereka sudah lebih dari 20 tahun.

Dia memberiku selimut dan kasur yang hangat. Dia memberiku kasih sayang yang lama tak kurasakan semejak meninggalnya ibuku.

Di hari kelulusanku, Ibu Vety menjadi waliku dan memberiku buket kelulusan. Kami foto bersama di depan templat yang disediakan sekolah. Aku mencetak foto itu. Ini kenang-kenangan yang berharga.

Secara perlahan, aku mulai mengurangi menggunakan bahasa isyarat. Ini seperti berkah. Aku mulai terbiasa berbicara, meski tidak selancar orang normal. Pengintonasianku masih naik-turun.

Ibu Vety berkata, "Tidak apa-apa. Semuanya bertahap" Aku menjadi bersemangat karena semua kata-katanya.

Aku mulai bekerja sambilan, sambil menunggu uang untuk kuliahku tahun depan. Sebenarnya, Ibu Vety mendapatkan tawaran beasiswa untukku dari Kepala Sekolah, tempat Bu Vety bekerja. Namun, dengan syarat aku harus mengabdi disana.

Aku tidak ingin terpaku di satu tempat. Aku menolak tawaran itu. Bu Vety tidak keberatan. Dia menerima semua yang ku putuskan. Aku selalu menabungkan sebagian besar gajiku di Atm, dan sisanya ku masukan ke celengan ayamku. Terkadang, saat aku pura-pura tidur, Ibu Vety memasukkan beberapa uangnya ke dalam celengan ku.

Aku sering menangis tiap malam karena kebaikkannya. Aku belum tentu bisa membayar kebaikkan itu.

Aku pernah di tanya Bu Vety, akan melanjutkan Kuliah dimana dan mengambil progam studi apa?

Aku ingin masuk di Universitas akreditas A di kota. Disana ada Progam Study Psikologi Anak yang ingin ku masuki. Disana juga, banyak beasiswa untuk Mahasiswa terbaik dan terpilih. Aku ingin menjadi salah satu dari mereka yanh terbaik.

Aku mulai tak sempat menulis karena pekerjaanku di swalayan mini 24 jam. Tak jarang bagiku mendapatkan customer yang menjengkelkan. Terutama, bagi mereka yang membeli minuman keras. Tak sedikit, dari mereka adalah anak dibawah umur dan menggunakan kartu identitas orang lain.

Celenganku terasa berat setelah 8 bulan aku sambilan dari 3 tempat yang berbeda. Termasuk SLB tempat Ibu Vety bekerja. Aku kembali mengikuti kelas belajar offline untuk ujian pendaftaran kuliah yang akan dimulai tiga bulan lagi. Karena kursusku, aku menjadi mengurangi sambilanku dan keluar dari swalayan dengan tetap bekerja bersama Bu Vety dan di Cafe. Bayaran di Cafe memang tak sebesar di mini market. Meski begitu, di mini market setiap bulan aku selalu mendapatkan pengurangan gaji karena barang yang hilang ataupun kembalian yang lebih.

Di Cafe, tidak menguras tenaga dan mental seperti di mini market.

Di kelas belajarku, terdapat bermacam-macam anak. Ada yang datang, duduk, diam, dan langsung menulis apapun yang di katakan oleh Tutor, ada juga anak yang datang langsung tidur, dan ada pula yang datang dan meributkan game.

Berbicara tentang game, aku teringat dengan Khanza. Sudah 2 tahun lebih berlalu. Aku melihat pesan terakhirku. Tanggal 29 Desember 2020. Masih sama. Tak ada balasan disana. Begitu pula dengan photo profilnya. Dia begitu mencintai kucing. Tertulis Online dari terakhir dilihat. Aku tidak berani menghubunginya terlebih dahulu. Dia membuat garis pembatas diantara kami. Aku hanya perlu menunggunya sampai dia yang melepaskan garis pembatas itu.

Ya, mungkin dia sudah pulang sekarang. Aku menunggu kabar dari Ayahnya yang berjanji untuk menghubungiku saat dia kembali. Ya, aku memang tak berharap Ayahnya akan memegang janji kecil itu. Aku tau dia orang yang sibuk.

...----------------●●●----------------...

Musim hujan tiba. Gemericik air sudah bagaikan terapi untukku. Aku melipat payung ungu kecilku dan ku letakkannya diantara tempat payung-payung lainnya yang basah. AC ruangan dari toko buku masuk hingga menembus kulitku. "Huufhh, ini sejuk" Lirihku dan mulai mencari buku refrensi untuk ujianku yang sudah dekat.

Aku melihat buku soal-soal beserta kunci jawabannya. Buku itu tinggal satu. Aku mau mengambil buku itu, namun-"Tep!" Jari-jariku bersentuhan dengan jari seseorang yang lentik.

"Maaf, saya mau membeli buku ini" Ucapku sambil melihatnya perlahan.

DEGH!

Iris emerald itu, bertemu dengan mataku. "Khan..za?" Aku sangat ingat dengan wajahnya itu. Wajah yang memiliki rahang tegas dengan hidungnya yang mancung itu. Pemilik wajah berparas Arab itu, adalah sosok yang ingin ku temui selama ini.

Dia menarik leher hoodie hitamnya, menutupi sebagian wajahnya dan langsung berlari ke luar. Di luar hujan. Buku ini juga tinggal satu. Tapi, sosok itu,... akan sulit ku temui kalau aku kehilangan dia lagi. Aku meninggalkan buku itu. Berlari keluar mengikuti jejaknya. Melupakan payung kecilku.

Dia berlari ke arah taman. "KHANZA!!!" Panggilku sambil berlari menyusulnya.

Mungkin karena kakinya yang panjang, langkah larinya menjadi lebar. Ku rasa, Khanza melupakan sesuatu tentang taman itu. Hampir 3 tahun, tentunya taman itu sudah berubah. Taman itu, sudah dikelilingi oleh pagar pembatas.

Dari kejauhan aku dapat melihatnya menoleh ke kanan-kekiri. Dia tampak bingung. Aku mendatanginya, setengah berlari. Dia terus mundur setiap kali aku mendekatkan langkahku. Hingga, dia tersudut di salah satu tembok. "Berhenti disana!" Tegasku dengan napas terengah-engah.

Kini aku berdiri di hadapannya. Melakukan kabedon padanya meski tak sengaja. Hujan itu semakin deras. "Khanza! Kenapa kau pergi tanpa kabar?! Apanya yang fast respon tanpa menjawab setiap pertanyaanku. Kau membuatku kepikiran setiap malam!" Ucapku sambil mengepalkan tanganku sangking kesalnya.

Dia terlihat meringis dan mengalihkan pandangannya. "Suaramu, lembut. Seperti yang ada di mimpiku" Ucapnya.

Entah mengapa, aku tiba-tiba merasa sedih. Aku menangis dan memeluknya begitu saja. Degupan jantungnya terdengar cepat. Deruan napasnya yang terngah-engah juga terdengar di dadanya. "Bagaimana kabarmu?" Tanyaku sambil memeluknya.

Dia membalas pelukanku. Aroma khas tubuhnya yang bercampur dengan air hujan tercium merindukan. "Seperti yang kau lihat, aku merindukanmu" Ucapnya sambil mengusap kepalaku.

Aku segera melepas pelukannya. Kembali berdiri dengan tegap dan "BAGH!" Memukul perutnya dengan tinjuku yang keras.

Dia meringkuk dan merintih kesakitan. Aku tidak peduli. Aku sungguh kesal melihatnya. Aku berjongkok dan mengusap kepalanya. "Sakit?" Tanyaku.

Dia mengangguk. "Kau tau alasanku memukulmu?" Dia mengeleng. "Aku sangat kesal melihatmu. Tapi, disaat bersamaan, aku merasa senang melihatmu" Ucapku sambil mendongakkan kepalanya.

Dia menatapku. "Khanza, aku sangat senang bisa bertemu lagi denganmu. Dengarkanlah aku. Aku sudah bisa berbicara lagi. Apa kau tak ingin me...memujiku?" Mataku tiba-tiba terasa pedih.

Ujung bibirku berkedut bersamaan dengan denyutan pelan di dadaku. Aku tiba-tiba menangis dihadapannya. Menyeka air mataku sendiri yang bersatu dengan air hujan.

Dia kembali memelukku. "Sekar, aku ingin mendengar banyak ceritamu dari suaramu. Maafkan aku karena menjadi penghambat karena keegoisanku. Kamu terlihat tambah cantik dari terakhir kali kita bertemu" Ucapnya menyeka pipiku.

Aku mengusap lagi mataku yang terus berair. Senyum mengambang lebar di wajahku tanpa ku minta. Aku menyentuh wajahnya yang sama dinginnya dengan kedua tanganku. "Kau tinggal dimana sekarang?" Tanyaku kemudian berdiri.

"Aku, menginap di hotel selama 2 minggu. Kamu juga kenapa bisa ada di desa ini? Bukankah, rumahmu ada di desa selatan?" Tanyanya.

Kami berdua berjalan beriringan. Kami bercerita banyak. Khanza datang kemari untuk liburan. Menenangkan pikirannya karena sempat bertikai dengan Ayahnya. Hotel Khanza cukup jauh dari sini. Dia terjebak hujan dan ponselnya mati saat akan membeli buku untuk persiapan ujian kuliah. Aku menawarinya untuk datang ke rumah Bu Vety. Bu Vety tak akan keberatan kalau dia tau Khanza adalah kenalanku.

Ya itu benar. Wajah Bu Vety tiba-tiba sumringah saat aku meminta izin untuk membiarkan Khanza menghangatkan tubuhnya dulu sambari mengisi ulang daya ponselnya.

"Tampan sekali, gitu dong. Sesekali bawa pacarmu ke rumah. Ibu juga pengen tau" Ucap Bu Vety sambil memberikan pakaian laki-laki dan handuk padaku.

"Ekh! Dia temanku, Bu! Bukan pacarku. Astaga," Aku buru-buru meninggalkan Bu Vety karena merasa malu padanya.

1
Introvert
Novel awal yang bagus
gua udah Vote, Vav, Rate, Thor

nyicil gua bacanya
ChiArt_27: Makasi kak, atas dukungannya
total 1 replies
Introvert
bagus ceritamu Thor. pembawaannya juga jelas dan tulisan yang rapih
Introvert
Sekar gadis baik meski memiliki kekurangan tak ada patah semangat
Archplanetes
Semangat thor🙌
Archplanetes
emang sakit sih, harus kuakui🗿
ChiArt_27: Apa lagi, kalau bolanya baru ya kak/Smile/
total 1 replies
Archplanetes
OH! NAMANYA SEKAR... astaga, aku lupa, udah lama gak baca :v

Sorry banget thor🙏
Archplanetes
Huft, syukurlah :v
Archplanetes
Waduh, perasaanku kok gak enak ya...
Archplanetes
Iya juga😂
Archplanetes
uhuk, dia anak laki2 kan? Masih masa pertumbuhan haha
Archplanetes
Waduh, berat banget. Tapi keren thor! Aku suka caramu membawakan ceritanya!!!
ChiArt_27: Hehe, terima kasih kak🙌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!