NovelToon NovelToon
KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:30.6k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

Bumirang Tunggak Jagad terlahir dengan menanggung kutukan karmaphala yang turun temurun diwariskan oleh leluhurnya. Di sisi lain, dia juga dianugerahi keistimewaan untuk bisa menghapus karmaphala tersebut karena terlahir dari satu-satunya keturunan perempuan. Dia juga dianugerahi wahyu agung oleh semesta karena pengorbanan kedua orang tuanya.

Dia harus mengembara sambil menjalani berbagai macam tirakad serta melakukan banyak kebajikan sebagai upaya untuk menghapus karmaphala bawaan tersebut. Pemuda itu pun disinyalir sebagai utusan semesta yang akan meruntuhkan sang penguasa lalim.

Akan tetapi, musuh yang harus dia hadapi tidak hanya sang raja lalim beserta para pengikutnya, tetapi juga dirinya sendiri. Dirinya yang penuh amarah, Baskara Pati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KAMANDAKA BERAKSI 2

Bagaimana bisa dia tau? Batin Nyai Rumpang dan Lembu Manikan menyuarakan pertanyaan yang sama.

"Jangan sok! Tau apa kamu tentang dia?!" Lembu Manikan, tidak hanya postur tubuhnya saja yang mirip laki-laki, tetapi suaranya saat marah juga jadi mirip suara laki-laki. Besar, serak, dan dalam.

Kamandaka menanggapi santai, bahkan terkesan acuh tak acuh. "Tentu saja aku tau segalanya. Tapi jangan harap aku akan memberitahu kalian."

"Pemuda itu." Nyai Rumpang menggumam, teringat sosok pemuda yang tadi tengah semadi dan menguarkan aura panas.

"Maksud Guru---" Lembu Manikan menoleh ke arah Bumirang dan langsung kehilangan kata-kata karena di sana tidak ada siapa-siapa.

"Ke mana dia?" Nyai Rumpang melontarkan apa yang dipikirkan Lembu Manikan.

Raga Bumirang yang masih duduk di tempatnya tidak bisa dilihat oleh mereka. Sementara Nyai Rumpang dan Lembu Manikan celangak-celinguk kebingungan, Kamandaka justru merasa lega karena dengan begitu dia bisa fokus menghadapi kedua begundal Prabu Danur tanpa perlu merasa khawatir pada Bumirang.

"Dengan suka rela menyerahkan diri atau perlu dipaksa?" Kamandaka tersenyum sinis, tatapannya pun tajam mengisyaratkan bahwa tiada ampun jika mereka tetap keras kepala. Perlahan dia menarik tangan kanan ke belakang, mengepal jemari sejenak, lalu membukanya kembali. Telapaknya bersinar kebiruan dan dari pusat cahaya secara perlahan muncul pucuk tumbuhan berwarna ungu kebiruan.

"Cuih!" Lembu Manikan meludah kasar. "Kamu pikir kamu siapa, huh?! Jagoan?!" Padahal dadanya masih terasa sesak, tetapi tanpa ragu berteriak hingga menyebabkannya terbatuk beberapa kali.

"Kenapa tidak mencobanya?" Usai bicara, Kamandaka langsung melompat ke samping untuk menghindari serangan sabit api yang tiba-tiba dilempar oleh Nyai Rumpang.

"Robek mulut sombongnya itu, Nanggal Sepisan!" Perempuan tua itu berteriak gusar.

Seketika itu juga sabit api melayang-layang mengejar ke mana pun Kamandaka pergi. Meski sambil berjumpalitan---kadang di darat, kadang di udara, bahkan terkadang juga melompat dari dahan pohon satu ke dahan pohon lain---pemuda itu tidak terlihat lelah ataupun panik. Telapak tangan kanannya terkepal erat-erat karena merasa masih belum waktunya untuk melepaskan senjata.

"Beraman! Agiugi ngula tilahang dedegh iki!" Masih sambil terus bergerak, Kamandaka memberi peringatan sekaligus mengintruksikan kepada penghuni hutan yang ada di sekitar lokasi untuk menjauh. Saat itu juga alam di sekitar seperti bergolak, tumbuhan perdu dan semak belukar bergoyang, suara daun terinjak dan ranting patah terdengar sangat intens, embusan udara karena pergerakan para makhluk gaib serasa bergelombang.

[Berbahaya! Cepat pergi tinggalkan tempat ini!]

Mendengar Kamandaka berbicara menggunakan bahasa yang tidak mereka pahami, baik Nyai Rumpang maupun Lembu Manikan terkejut luar biasa.

"Guru, apakah dia bicara bahasa Nyilu?"

"Itu tidak mungkin. Satu-satunya orang yang bisa bahasa Nyilu hanya Prabu Jagad Kawiwitan. Lagi pula, Kamandaka juga bukan salah satu keturunan kerajaan."

"Tapi Guru, dia tau tentang mata rajawali. Bagaimana kalau ternyata dia sendiri orangnya?"

"Bagaimana mungkin? Dia itu anaknya Patmi---"

"Tapi dia bilang dia bukan Kamandaka yang dulu. Jadi aku pikir---"

"Pungguk dungu." Nyai Rumpang mengutuk dirinya sendiri karena merasa bodoh. "Aku tidak berpikir sampai ke situ."

"Apa yang kalian lakukan, huh?" Suara Kamandaka mengalihkan perhatian mereka dan saat itu juga keduanya harus berpencar, berjumpalitan menghindari sabetan tanaman merambat yang dikendalikan oleh tangan kanan pemuda itu.

"Salwe sikak (Terima kasih), Raden ...." Suara ini menggema di udara.

"Agiugi ngula ...." (Cepat pergi)

"Kamu benar, Lembu Manikan! Dia bicara bahasa Nyilu!" Berdiri di atas sebuah dahan setelah berhasil lolos dari amukan Oyot Ngulo [akar mengular], Nyai Rumpang berteriak berbicara pada muridnya yang sedang berdiri di pucuk batang pohon jati muda.

Kamandaka yang sedang jongkok di atas gulungan Oyot Ngulo, mengambang di udara, terbahak-bahak sejenak kemudian berkata, "Dosa-dosa kalian terhadap keturunan paling berharga Prabu Jagad tidak bisa dimaafkan. Kamu yang membimbing mereka keluar dari istana, juga mengarahkan Dewi Nilam untuk melakukan tirakat, tapi kamu juga mengkhianati mereka, Nyai Rumpang!"

Diumbar aibnya, sekelebat rasa bersalah menyelinap dalam benak Nyai Rumpang. Dirinya dulu hanyalah dayang istana, mbok mban [pengasuh] khusus Dewi Nilam. Menjadi satu-satunya keturunan perempuan, Dewi Nilam pun mendapat anugerah bisa menghapus karmaphala buruk yang mengikat para keturunan kerajaan seperti jerat setan.

Nyai Rumpang yang diam-diam memiliki kemampuan seorang cenayang adalah orang yang mendapatkan petunjuk tentang hal itu lewat mimpi. Dia menceritakan kisah karmaphala Kerajaan Jagat Kawiwitan. Dewi Nilam yang tidak ingin anak dalam kandungannya turut mememikul karmaphala, melakukan tirakat yang sangat berat.

Dewi Nilam pantang menikmati segala fasilitas kerajaan. Bahkan dia mengharamkan makanan yang berasal dari dapur istana, yang mana bahan-bahannya diperoleh dari hasil memeras keringat rakyat jelata. Raden Panji Buana kerap keluar istana dengan menyamar sebagai rakyat jelata untuk menghasilkan makanan halal yang diperoleh dari hasil barter ataupun bekerja.

Melihat penderitaan kedua junjungannya, terlebih Dewi Nilam yang sering kelaparan padahal sedang mengandung, Nyai Rumpang pun akhirnya tidak tega. Dia diam-diam membawa mereka keluar dari istana untuk tinggal di rumahnya. Namun, begitu Prabu Danur, yang saat itu masih berstatus pangeran, mengetahui pelarian Dewi Nilam dan Raden Panji Buana, segera saja memanfaatkan situasi untuk melakukan pembantaian dan menjadikan Raden Panji sebagai kambing hitam.

Nyai Rumpang ingin melindungi kedua junjungannya, tetapi orang yang dia hadapi adalah manusia berhati iblis yang tidak pernah segan menumpahkan darah lawan. Lagi pula, saat itu dia masih bukan apa-apa.

Pada akhirnya dia tidak punya pilihan selain bersumpah setia pada sang Prabu Danur yang berhasil naik takhta lewat jalur pembantaian, dan terpaksa turut menjadi bagian dari orang-orang yang diperintahkan untuk menghabisi Dewi Nilam dan Raden Panji Buana.

Melihat raut wajah Nyai Rumpang berubah muram dan tatapan pun sendu penuh lara, Kamandaka berujar mencemooh, "Menyesal pun sudah terlambat, Nyai Rumpang. Karmaphala tetap akan mendatangimu."

Tiba-tiba perempuan tua itu menitikan air mata dan dengan suara bergetar berkata, "Aku tau mereka tidak mati dalam kebaran itu. Kalau mereka sudah mati tidak mungkin Prabu Danur dihantui mimpi buruk tentang pemuda bermata rajawali yang akan datang mengambil alih kedudukannya. Pemuda bermata rajawali itu putra Dewi Nilam, kan?"

Lagi-lagi Kamandaka terbahak-bahak. "Semakin tinggi kedudukanmu di kerajaan, kamu pun semakin tidak tau diri, Nyai Rumpang. Jangan pikir air mata palsu itu bisa menipuku. Bukankah sekarang kamu sedang berpikir untuk menangkapku, memaksa si mata rajawali itu muncul? Setelah menjadi tua, orang sepertimu pun bisa menjadi naif dan bodo."

"Kurang ajar!" Lembu Manikan meraung sambil melempar Luwuk, pedang pendek bercahaya merah darah, ke arah Kamandaka.

Pemuda itu tidak perlu susah-susah menghindar karena Oyot Ngulo bergerak dengan sendirinya untuk menghindari serangan si Luwuk. Tumbuhan merambat yang bentuknya mirip akar itu meliuk-liuk seperti ular dengan Kamandaka yang berdiri santai sambil melipat tangan di depan dada.

"Jangan sampai membunuhnya, Lembu Manikan! Cukup lumpuhkan saja!"

"Aku mengerti, Guru!" Lembu Manikan mengulurkan tangan kanan dan Luwuk pun tiba-tiba kembali ke genggamannya, seperti tersedot. Setelah itu, bentuknya secara ajaib memanjang, pipih, dan sangat luntur---meliuk-liuk mengejar Oyot Ngulo.

Di dalam hutan yang gelap gulita bagi pandangan mata manusia awam itu mereka bertarung di udara, di antara pohon-pohon jati. Meski tajam mematikan, Luwuk yang telah berubah menjadi cambuk tetap tidak mampu melukai Oyot Ngulo, karena kulit tumbuhan itu ternyata kebal terhadap senjata tajam. Berkali-kali Luwuk berhasil menggoresnya, suara benturan yang membuat ngilu terdengar, tetapi tidak ada sedikit pun luka.

Melihat Lembu Manikan yang biasanya memepecundangi lawan, tetapi sekarang justru dipecundangi, Nyai Rumpang geram bukan kepalang. Tidak peduli bahwa yang dilakukannya adalah kecurangan, perempuan tua itu melempar Nanggal Sepisan.

"Curang pun belum tentu berhasil, Nyai Rumpang!" Kamandaka terbahak-bahak sambil berjumpalitan di badan Oyot Ngulo, menghindari senjata sabit yang mengejarnya.

1
Windy Veriyanti
sebagai partner in crime nya Kamandaka... Kidung Kahuripan selalu siap mendukung di setiap situasi 😄
Alta [WP: Yui_2701]: Senyum senyum sendiri setiap ngetik bagian mereka🤣🤣🤣
total 1 replies
Windy Veriyanti
good, Kahuripan 👍
Tilar memang harus didisiplinkan 👊
Anny
Duh, Kamandaka celetukannya selalu tepat sasaran /Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/
Andini Andana
uwaahhh.. ini Eyang Guru yg datang tak di jemput pulang tak diantar /Slight//Slight/
Ai Emy Ningrum: serem ahh 🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🙈🙈🙈
Andini Andana: iiiihhh... 🙀🙀🙀😰😰🙈🙈🙈🙈
total 5 replies
AFighter
Ah, bab yang cukup menguras emosi🤣🤣🤣🤣🤣
AFighter
/Chuckle/Ah aku terharu
AFighter
Penokohan yang paling berkesan dimenangkan oleh Kamandaka 👏👏👏👏👏🤣🤣🤣🤣🤣🤣
AFighter
Kamandaka memang ajaib🤣😭🤣🤣
AFighter
Nah kan 🤣🤣🤣🤣
AFighter
🤦‍♀️ memang pantes dipukul ni bocah
AFighter
Fakta hehehe
Rinchanhime
Biar kucel asal ganteng wkwkwkw
Rinchanhime
Wow, benar-benar all out
Rinchanhime
Beraninya main keroyokan
Rinchanhime
Mantap
Rinchanhime
memang kudu dicabik sampai tak bersisa. Setuju 1000% sama Kahuripan
Rinchanhime
Ah, flash back orang tuanya Bumirang
Rinchanhime
Langsung terhempas ke bumi wkwkwkkw
Rinchanhime
,Kekuatannya ga main-main, nih
Windy Veriyanti
gaya penulisan yang indah dan enak dibaca...
serta karakter tokoh-tokohnya yang menarik
Alta [WP: Yui_2701]: Makasih untuk ulasannya🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!