Kaisar Giok

"Aku berhasil mencegah alam manusia dimurnikan oleh para spirit beast dengan susah payah dan kemungkinan mereka telah mengetahui keberadaan ku,"ucap Zhang Xuanye.

"Berita kemunculan para spirit beast tentunya membuat mereka akan segera menelusuri jejaknya. Sepertinya kau harus pergi ke barat daya untuk meningkatkan kekuatan mu dan mempelajari bab kedua dari kitab pedang tanpa celah,"ucap Qian Mu memberikan instruksinya.

"Aku mengerti. Kemana tujuan selanjutnya di barat daya guru?"tanya Zhang Xuanye.

"Reruntuhan kota Guanyin,"jawab Qian Mu.

"Aku mengerti,"balas Zhang Xuanye beranjak berdiri melesat pergi menuju barat daya.

Istana Kekaisaran.

Suasana ruang kerja Kaisar begitu sesak. Para Kasim tak berani untuk mengangkat kepalanya begitu merasakan junjungannya dalam suasana hati tak begitu baik.

"Dexian. Menurutmu siapa yang mengalahkan para spirit beast itu?"tanya Kaisar Yang Jian.

"Hamba menebak bahwa kekuatan misterius atau jiwa ilahi tersembunyi yang berada di gunung kehampaan surgawi lah yang melakukannya,"jawab Kepala Kasim Liu Dexian.

"Dan bagaimana dimensi siluman yang merupakan mitos benar-benar mengunjungi alam manusia dan apa alasannya?"ucap Kaisar Yang Jian membuat Kasim Liu Dexian tergagap bingung bagaimana menjawabnya.

"Hamba menebak bahwa alam manusia yang telah mengalami perubahan tercium oleh entitas para abadi yang bahkan membuat dimensi siluman yang merupakan mitos mengunjungi alam manusia,"ucap Liu Dexian memberikan jawabannya begitu jelas dan lugas.

"Pergilah,"perintah Kaisar Yang Jian.

Kasim Liu Dexian memberikan hormatnya sebelum pergi meninggalkan ruangan yang diikuti oleh lainnya. Kaisar Yang Jian beranjak berdiri dari kursinya berjalan melihat ke luar jendela dimana samar-samar gunung kehampaan surgawi terlihat. Ingatan masa lalu berputar dalam benaknya.

Brukk..!!

"Izinkan aku menjadi muridmu,"ucapnya bersujud enggan mengangkat kepalanya.

"Mengapa aku harus menerima mu sebagai muridku?"tanya Qian Mu.

"Aku memiliki keistimewaan yakni darah yang unik tak seperti manusia pada umumnya,"jawab Yang Jian menggores telapak tangannya membuat darahnya menetes melayang di udara yang diselimuti oleh aura suci kemudian meledak mengeluarkan dua wujud spiritual naga dan phoenix meneriakkan keagungannya ke seluruh dunia.

"Naga langit suci dan Phoenix kaisar bersayap langit. Darah mu memiliki kaitannya dengan dimensi siluman. Sepertinya kita memang ditakdirkan. Baiklah, kau muridku mulai sekarang,"balas Qian Mu.

Kaisar Yang Jian kembali tersadar dari lamunannya. Ia menghela nafas panjang mengingat pertama kali bersujud kepada Qian Mu memintanya untuk menerima dirinya sebagai murid.

"Darahku memiliki kaitannya dengan dimensi siluman dan gunung kehampaan surgawi adalah tempat dimana aku diterima sebagai murid permaisuri ilahi penguasa kerajaan surgawi Bayangan Berkah dari Jalan Langit. Yang Jian mendirikan negara di atas tanah dulu ia diterima sebagai murid sebagai bentuk penghormatannya kepada guru,"ucap Kaisar Yang Jian dengan tatapan rumit.

Jauh di barat daya, Zhang Xuanye telah terbang berhari-hari menuju reruntuhan kota Guanyin. Ia melewati lembah dan aliran sungai ratu surgawi yang membentang ke seluruh dunia.

"Guru, sebenarnya apa itu reruntuhan kota Guanyin?"tanya Zhang Xuanye penasaran.

"Dulu kota Guanyin didirikan oleh seorang biksuni bernama Guanyue karena mendapatkan pencerahan spiritual dari Dewi Suci Guanyin dalam aliran Buddhisme. Aku tak mempermasalahkannya dan membiarkannya mendirikan kota suci di bawah gunung teratai hingga terbentuknya berbagai struktur pemerintahan dan menjadi kota mandiri dengan ajaran welas asihnya,"jawab Qian Mu.

"Apakah guru pernah melihat Dewi suci Guanyin?"ucap Zhang Xuanye.

"Dulu ia pernah muncul ketika perang besar terjadi dan manusia berada di ambang kepunahan karena aku tak bisa melindungi keseluruhan karena menghalangi musuh dari alam iblis. Dewi Suci Guanyin menyembuhkan seluruh umat manusia memadamkan api yang berkobar sebelum menghilang begitu saja. Aku menghargai dan menghormatinya sehingga membiarkan orang yang mendapatkan pencerahannya untuk mendirikan kota suci,"balas Qian Mu.

Zhang Xuanye mendengarkan dengan seksama, kagum dengan cerita yang disampaikan oleh gurunya.

"Jadi, reruntuhan kota itu menyimpan jejak sejarah besar yang mungkin bisa membantuku menemukan jalan baru dalam menguasai kitab pedang tanpa celah?" tanya Zhang Xuanye dengan antusias.

Qian Mu mengangguk perlahan. "Benar, meski kota itu kini hanya bayang-bayang masa lalu, jejak spiritual yang tertinggal masih sangat kuat. Ada kemungkinan besar kau akan menemukan bagian kedua dari kitab pedang tanpa celah di sana, tertinggal oleh salah satu penjaga suci yang dulu melindungi tempat itu."

Zhang Xuanye termenung sejenak, memikirkan apa yang akan dia hadapi di reruntuhan kota Guanyin. "Apakah akan ada bahaya yang mengancam di sana, guru?"

Qian Mu menatapnya serius. "Setiap tempat yang dulu dipenuhi oleh kekuatan besar selalu menarik entitas lain yang ingin menguasai kekuatannya. Meski reruntuhan itu tampak sunyi, aku merasakan adanya gangguan dalam energi alam di sekitar tempat itu. Tetaplah waspada."

Zhang Xuanye mengangguk tegas. "Aku akan berhati-hati, guru."

Setelah itu, perjalanan Zhang Xuanye berlanjut. Ia menembus hutan yang lebat dan melewati dataran berbatu hingga akhirnya tiba di kaki Gunung Teratai, di mana reruntuhan kota Guanyin berada. Sekilas, tempat itu tampak hening dan damai, dengan patung-patung Buddha yang mulai ditutupi lumut, berdiri tegak di antara reruntuhan bangunan.

Namun, tak lama setelah ia melangkah masuk, suasana berubah. Udara di sekitarnya tiba-tiba menjadi berat, dan suara gemuruh terdengar dari bawah tanah. Zhang Xuanye dengan cepat menarik pedangnya, bersiap menghadapi apa pun yang datang.

"Siapa yang berani menginjakkan kaki di tanah suci ini?" suara berat bergema dari balik reruntuhan. Dari bayangan muncul sosok raksasa, berbentuk seperti seorang Buddha yang terbuat dari batu, dengan mata merah menyala.

Zhang Xuanye menatapnya dengan tenang, namun hatinya penuh dengan kewaspadaan. "Aku datang untuk mencari bagian kedua dari kitab pedang tanpa celah. Aku tak bermaksud mengganggu tempat ini."

Sosok Buddha batu itu tertawa rendah, suaranya menggetarkan tanah. "Kitab pedang tanpa celah? Sudah lama tidak ada yang datang ke sini mencari kitab itu. Jika kau benar-benar mencarinya, kau harus membuktikan dirimu layak untuk memilikinya."

Tanpa memperingatkan lebih lanjut, sosok itu melangkah maju, memancarkan aura yang menindas, membuat tanah bergetar setiap kali ia bergerak.

Zhang Xuanye menarik napas dalam-dalam, menyelaraskan pikirannya dengan teknik pedang yang diajarkan oleh gurunya. "Baiklah, jika ini yang harus aku lakukan."

Dengan cepat, Zhang Xuanye melompat ke depan, menyerang dengan jurus pedangnya yang terasah, mencoba mengimbangi kekuatan raksasa batu di depannya. Pertarungan pun dimulai, menggema di seluruh reruntuhan kota Guanyin yang sunyi.

Namun, di tempat lain, Kaisar Yang Jian duduk di atas singgasananya, mendengar laporan tentang aktivitas misterius di barat daya. Sesuatu yang mengingatkannya pada masa mudanya.

"Dimensi siluman... dan gunung kehampaan surgawi...," gumamnya pelan, pandangannya mengarah ke jauh di balik dinding istana. "Apa kau di sana, Zhang Xuanye?"