TMTM Musim Spesial dimulai 💖
Novel ini akan bercerita tentang keseharian hidup Tuan Saga dan orang-orang yang ia sayangi.
selamat membaca ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KTS 21. Pesta Yang Menyenangkan
Pesta selalu menjadi saat yang menyenangkan.
Pesta kehamilan memasuki usia tuju bulan. Dibuat ibu secara khusus, sebagai bentuk kebahagianya karena menantunya mengandung cucu pertamanya, serta sebagai doa keselamatan agar semua berjalan dengan baik sampai saatnya kelahiran nanti.
Sehat dan selamat, bagi ibu dan juga anak yang dilahirkan. Begitulah inti rasa syukur dan terimakasih yang dipanjatkan pada Tuhan.
Para tokoh agama memanjatkan doa-doa panjang demi kebaikan ibu dan bayi yang masih ada dalam kandungan. Nama Tuan Saga dan Daniah beberapa kali disebutkan. Diamini oleh semua orang yang hadir dalam acara.
Wajah Daniah terlihat sangat sumringah, senyum tidak lepas dari bibirnya mengamini doa-doa yang disampaikan para tamu sambil memegang perutnya. Dia duduk di samping suaminya yang juga ikut mengamini doa dan membelai lembut perutnya.
Setelah acara demi acara terlewati, seperti layaknya sebuah pesta, mereka menikmati hidangan yang sudah disediakan. Mengobrol dengan sesama tamu. Ada penyanyi juga yang mendendangkan lagu dengan suara lembut.
Daniah menerima ucapan doa dan selamat secara bergiliran dari para tamu.
Mungkin ibunya tidak ada disini, namun sentuhan tangan wanita-wanita yang ada di hadapannya terasa hangat seperti doa ibu. Itu sudah cukup bagi gadis itu.
"Nona Daniah semakin cantik, apa ini pertanda anaknya perempuan ya?" Ada saja yang mereka katakan.
"Benar-benar, wajah nona muda terlihat semakin bersinar." Pujian yang membuat calon ibu bersemu malu.
"Mau laki-laki atau perempuan yang penting sehat." Karena jenis kelamin belum diumumkan, pendapat bijak pun lahir.
Para tamu sedang berspekulasi sendiri-sendiri dan memaparkan hipotesanya.
Saga protes sebelum beranjak dari duduk saat mendengar perkataan mereka, berbisik di telinga istrinya.
"Mau anak kita laki-laki atau perempuan, kamu sudah cantik dari dulu." Tidak terima, Niah sudah cantik tidak berhubungan dengan jenis kelamin, sanggah suami yang level bucinnya sudah tidak tertolong itu. " Aku pergi menemui tamu laki-laki ya, bersenang-senanglah disini." Sambil mendaratkan ciuman di pipi Daniah cukup lama, membekas hangat. Bukan hanya sentuhan bibir Saga, namun juga perkataannya. Menyelimuti Daniah dengan besarnya cinta yang coba ditunjukkan suaminya.
"Terimakasih sayang." Daniah melambaikan tangan saat suaminya menjauh. Menuju ruangan lain di mana para tamu laki-laki berada.
Aran segera mendekat setelah Tuan Saga yang sedari tadi mendominasi istrinya pergi. Dia membawa jus buah dan beberapa potong cake.
"Nona, Anda mau camilan." Meletakkannya di samping Daniah yang duduk bersandar, di sofa yang pendek. Sementara gadis itu duduk di atas karpet tebal dan di atas bantal duduk.
"Terimakasih Aran, duduklah dan nikmati pestanya." Meraih jus buah.
"Ia Nona." Gadis itu beranjak mengambil makanan lebih banyak untuk dirinya sendiri, dalam piring yang lebih besar, sambil duduk menemani Daniah menerima ucapan selamat dan berbincang dengan para tamu.
Tidak lama gadis itu muncul, Amera, yang memproklamirkan diri menjadi musuh, saingan cinta, sekaligus fans Arandita. Dia menggelayut di lengan Aran sambil ikut menikmati camilan di piring Aran.
"Kak kau melihat Han?" Sempat-sempatnya memancing keributan padahal tangannya menempel erat di lengan Aran. "Aku mengintip di ruangan tamu laki-laki tidak ada, padahal aku melihat Kak Saga sedang bicara dengan adik Kak Niah."
Aran menyahuti, sambil pamer kalau dia sudah bertemu dengan Sekretaris Han pagi tadi. Bahkan sempat bicara dengannya. Laki-laki itu juga menyentuh rambutnya.
Aku nggak akan bilang, kalau dia cuma menyentuh rambutku cuma untuk menyuruhku cuci rambut. Gumam Aran. Nggak ada romantisnya sama sekali, manyun sambil memasukkan camilan. Amera mengguncang-guncang bahu Aran kesal mendengar cerita yang dilebih-lebihkan Aran.
Sementara Daniah kembali menikmati pesta, melihat orang-orang sibuk berfoto di tempat-tempat yang memang sudah disediakan. Dia juga sudah berfoto ria dengan berbagai gaya tadi bersama suaminya.
Pandangan Daniah jatuh pada ibu mertuanya dan ibu tirinya, mereka terlihat mengobrol, suasananya akrab, berbeda jauh saat mereka bertemu dulu. Bukan sesuatu yang dibuat-buat untuk ditunjukan pada orang lain, tapi tercipta secara alami.
Nak, kau menjadi berkah bagi keluarga ibu. Sehat-sehat ya anakku. Eh, kau menendang keras lagi. Sampai membuat Daniah tertawa seperti merasa bayi dalam perutnya menyahuti apa yang dia katakan. Daniah berterimakasih pada Tuhan dengan semua hal baik yang terjadi padanya.
Daniah sudah bertemu ibu dan Risya, Raksa yang mengantar sedang ada di ruangan lain, tapi adiknya sudah menyapanya tadi. Ibu memberikan sebuah kotak besar hadiah untuk Daniah. Sambil meremas tangannya ibu bicara.
"Ibu tahu, kau sudah memiliki semuanya, Tuan Saga juga pasti sudah menyiapkan semuanya. Tapi ibu harap kau mau menerimanya Niah, anggap saja ini hadiah dari kakek dan nenek untuk anak yang akan kau lahirkan nanti." Ibu masih terlihat takut kalau anak tirinya masih akan mendorongnya menjauh. Luka masa lalu yang pernah dia torehkan pada hati gadis di hadapannya tidaklah sedikit.
Ibu, padahal aku juga tidak akan menolak pemberianmu. Daniah menjawab dalam hati. Gadis itu benar-benar berterimakasih, sekarang saat menyedihkan masa lalunya bisa ia tepis dengan mudah saat mereka mau merangkak naik. Begitu banyak cinta yang ia dapatkan, hingga rasanya malu untuk menangisi masa lalu.
"Terimakasih Bu, tolong sampaikan pada ayah terimakasih saya." Terucap tulus. "Dan juga, tolong jaga ayah dan jaga kesehatan ibu." Lirih doa itu mengiringi.
"Niah." Suara ibu tiri bergetar. "Maaf." Kata itu keluar begitu saja, berbeda dengan dulu saat dia berlutut dan memohon maaf karena perintah Tuan Saga. Saat ini, sepenggal kata itu terucap dengan tulus dari hatinya. "Maaf atas semua yang pernah ibu lakukan dulu padamu."
Mereka pun berpelukan dengan perasaan aneh, ada rasa canggung, namun terselip rasa lega dan sesuatu yang membuat Daniah bahagia. Ah, entahlah perasaan apa itu, Daniah sendiri sulit mendeskripsikannya. Namun, hubungan keluarga memang akan selalu seperti ini kan, semarah apa pun selalu bermuara pada kata maaf.
Risya juga memeluknya dan mengucapkan selamat. Berharap keponakannya lahir dengan selamat.
Selain doa-doa yang melangit untuk anaknya, mungkin momen Daniah dan ibu tirinya adalah saat paling membekas di hati gadis itu. Dia semakin berterimakasih pada ibu mertuanya, yang sudah menyiapkan pesta.
...***...
Setelah pesta berakhir, Daniah cukup lama berada di lantai bawah. Menemani keluarganya mengobrol. Raksa meladeni tiga gadis yang tidak ada habisnya bicara, Aran sudah menghilang bersama para pelayan lain setelah selesai membereskan sisa pesta.
Daniah mengantar kepergian keluarganya dengan pelukan. Raksa yang terlihat agak lemas tersenyum melihat kerukunan keluarganya.
Begitulah hari ini berakhir, sekarang Daniah sudah ada di dalam kamarnya bersama Tuan Saga.
Segarnya, gumam Daniah senang saat keluar dari kamar mandi. Tuan Saga sedang mengeringkan rambutnya, mengibaskan dan menggoyangkan rambut sementara tangan kanannya memegang mesin pengering rambut.
"Sayang."
"Hemm." Masih fokus pada pekerjaan mulianya.
"Kau bicara apa dengan Raksa tadi?"
Dia sampai keliatan pucat seperti orang yang kehabisan udara untuk bernafas.
"Cih."
Apa! Malah bilang cih segala!
"Aku cuma mengajaknya bicara berdua, bertanya apa yang kalian lakukan bersama waktu makan siang, itu saja tidak lebih dan kurang." Titik, memberi penekanan, malas kalau istrinya bicara tentang adik kesayangannya itu.
Ya cuma dengan sedikit intimidasi, sedikit kok, bagian itu tidak dikatakan Saga.
Saat sudah selesai mengeringkan rambut, Saga menggendong Daniah keluar dari ruang ganti. Membawanya duduk di tempat tidur. Meletakkannya dengan hati-hati.
"Ah, nyamannya. Terimakasih sayang, ayo tidur, aku lelah sekali."
Daniah merebahkan tubuh sambil terlentang. Baju tidurnya tersingkap, dia tarik perlahan menutupi paha.
"Kau lelah? mau aku pijat?" Tangan Saga sudah menyusup di bawah rok yang tadi tersingkap. "Kau kan tidak bisa tengkurap, jadi posisi begini saja."
Tidak! Tidak mau!
Karena biasanya kalau sudah tersenyum begitu, Tuan Saga akan menambah fasilitas salonnya menjadi salon plus-plus.
"Sayang, aku tidak terlalu lelah kok sampai harus dipijat, kita tidur saja ya." Tertawa sambil menarik baju Saga untuk tidur di sampingnya.
"Padahal aku sudah berbaik hati mau memijatmu." Mendengus tidak suka ngambek.
Hah! merajuk lagi!
"Tapi aku tidak mau pijat plus-plus." Menutup wajah malu setelah mengatakannya dengan lantang. "Pijat biasa saja."
Saga sudah tertawa, dia menjatuhkan kepalanya di paha Daniah. Menyibak rok, mencium bagian yang dia raba-raba tadi.
"Padahal tadinya salonku sudah berada di jalan yang lurus lho, tapi kau malah yang minta." Tersenyum sambil mencium paha Daniah.
Tidak! Siapa yang minta? aku kan bilang tidak mau!
"Kita mulai dari mana ya? bagaimana kalau bagian kesukaanku."
Terserahlah, kau lucu sekali sayang.
Daniah lagi-lagi teringat mimpi menggelikannya dan adegan reka ulang mimpi saat melihat wajah Tuan Saga yang seperti itu.
"Aaaaaa, Sayang!"
"Kau menyukainya ya?" Melanjutkan.
Hentikan!
Menjerit dalam hati, tapi pasrah dan menikmati.
Hari ini hari yang menyenangkan bagi Daniah, menutup hari dengan memeluk suami yang mencintainya.
Bersambung
astaghfirullahalazim ya Allah ampunilah aku yg masih saja merindu.. ampunilah ia Ya Allah, terangilah dan berikan dia tempat yang baik dan nyaman disana, di SurgaMu kelak.. aamiin
l love you thor... masih ingat sma kami pembaca mu...