7
Bara Alfano Dirgantara. Laki laki tampan dengan ke-narsisan tingkat tinggi. Ia adalah seorang pengusaha muda pemilik perusahaan Dirg'Corp. Memiliki wajah tampan, merupakan anugerah terbesar yang ia miliki, karena dengan wajah tampannya ia bisa merasakan dicintai oleh banyak wanita di sekelilingnya.
Tapi hal itu ternyata tidak berlaku bagi Aylin, karena bagi Aylin, Bara adalah sosok laki laki paling menyebalkan yang pernah ia temui. Namun pertemuan antara Bara dengan Karin, putri dari Aylin. Membuat Karin merindukan kehadiran ayah yang tidak pernah ia temui selama ini. Lalu akankah permintaan Karin tentang kehadiran sosok Ayah akan Aylin kabulkan dengan menerima Bara sebagai suaminya? Ikuti kisahnya
Jangan lupa dukungannya, dan jangan lupa follow instagram aku @Ratu_jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Ayah..." panggil Karin pada Bara
"Ya Sayang? Kenapa, apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Bara
"Karin ingin jalan jalan bersama Ayah dan Bunda"
Bara dan Aylin saling pandang. Lalu kemudian tatapan keduanya terputus saat Bara merasakan ponselnya bergetar menandakan panggilan masuk
"Sebentar, Ayah angkat telepon sebentar ya" izin Bara yang langsung diangguki oleh Karin "Halo Ayah" sapa Bara
"Dimana kau? Kenapa jam segini masih belum ada di perusahaan? Jangan macam macam Bara!"
"Tidak Yah, tidak. Aku tidak macam macam, aku hanya sedang di rumah sakit sekarang. Ayah tunggu saja, lima menit lagi aku akan tiba di perusahaan. Assalamu'alaikum..."
Tut
"Siapa Ayah?" tanya Karin
"Ehem... tadi Ayahnya Ayah. Mmm maksud Ayah, Opa meminta Ayah untuk bekerja dulu, Karin tidak apa apa 'kan kalau Ayah tinggal?" ujar Bara pelan
"Ayah tinggal ya?" Karin menautkan jari telunjuknya dengan wajah yang tertunduk. Jujur, ada ketakutn dalam hatinya, ia takut kalau Ayahnya ini akan pergi dan tidak kembali lagi.
"Hei, kenapa?" tanya Bara saat menyadari raut wajah Karin yang berubah sendu
"Ayah janji untuk kembali 'kan?" tanya Karin
Bara membawa gadis kecil itu ke pangkuannya "Ayah janji, nanti sore Ayah akan ke sini lagi untuk menjemputmu dan Bunda pulang"
"Janji?" Karin mengacungkan jari kelingkingnya yang langsung disambut baik oleh Bara
"Ayah janji" janji Bara
"Ya sudah, Ayah boleh pergi kalau begitu"
Bara tersenyum ia kembali mendudukkan Karin di brankarnya. Ia beralih mengambil kunci motor dan jaketnya, lalu mendekati Aylin yang terlihat mengupas kulit jeruk untuk Karin
"Nanti sore aku kembali Ay" ucap Bara
"Hm..."
Bara tidak peduli kalaupun respon Aylin terdengar cukup dingin. Ia menatap Karin dan tersenyum lalu mengangguk singkat sebagai kode untuk dirinya pergi. Melihat itu, Karin juga ikut mengangguk mengizinkan
*
Beberapa menit Bara habiskan untuk menempuh perjalanan dari rumah sakit menuju perusahaan. Begitu tiba di kantor, ia berjalan dengan santai tanpa mempedulikan tatapan para karyawannya yang melihat penampilannya dari atas sampai bawah. Ya, tentu saja ia menjadi puncak obrolan pagi ini, karena penampilannya lebih cocok untuk dipakai nongkrong daripada ke kantor
Tiba di lantai ruangannya, Bara segera masuk kedalam ruangan. Ia sedikit menghentikan langkahnya saat melihat sang Ayah yang sudah menunggunya di sofa. Namun ini bukanlah pertama kalinya kejadian ini terjadi, karena sebelum ini 'pun, Bara sudah pernah terlambat ke kantor. Jadi, Bara sedikit lebih santai menghadapi Ayahnya
"Pagi Ayah" sapa Bara
"Dari mana kau tadi malam, kenapa tidak pulang?" tanya Ayah Daffa
"Apa Ayah mengkhawatirkanku?"
"Bundamu yang mengkhawatirkanmu, maka dari itu Ayah diminta oleh Bunda-mu untuk mengunjungimu di perusahaan pagi ini" jelas Ayah Daffa "Jadi, ke mana kau tadi malam?"
"Aku bermalam di rumah sakit Ayah"
"Di rumah sakit? Ada apa, siapa yang sakit?"
"Anak dari temanku"
"Anak dari temanmu?" tanya Ayah Daffa tak percaya.
Ya, ia akui kalau putranya ini memiliki tingkat kepedulian yang cukup tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Namun biasanya Bara tidak akan sampai menginap, paling ia akan memberikan bantuan berupa biaya rumah sakit atau lainnya yang berupa uang. Tapi kali ini, putranya justru sampai menginap demi menjaga anak dari temannya? Terdengar sedikit mustahil
"Apa temanmu seorang wanita?" tanya Ayah Daffa
"Ehm... itu... i-iya, dia seorang wanita" jawab Bara
"Dan kau menyukai temanmu itu?"
Mendengar pertanyaan Ayahnya, membuat Bara menegakkan kepala dan memandang Ayahnya dengan tatapan serius "Kalau aku mencintainya, apakah Ayah setuju?"
"Kau yakin mencintainya?"
"Aku rasa iya Yah. Jadi, bagaimana apa Ayah menyetujuinya?"
"Apa Ayah pernah melarangmu untuk mencintai seseorang? Tidak 'kan? Ayah hanya melarangmu mempermainkan hati wanita, tapi kalau kau merasa menyukai temanmu itu, maka teruskanlah, tapi dengan catatan jangan sakiti dia. Ingat, kau memiliki dua kakak perempuan"
"Tapi dengan statusnya yang seorang single parent, apa itu tidak masalah?" tanya Bara memastikan
"Asal kau mampu menyayangi anaknya sama besar dengan Ibunya, kenapa tidak"