NovelToon NovelToon
ANAK MAMA

ANAK MAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Kehidupan di Kantor
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Kunci

Malam "panas" antara Danar dan Luna, menjadi awal kisah mereka. Banyak rintangan serta tragedi yang harus mereka lalui. Masa lalu mereka yang kelam akankah menjadi batu sandungan terbesar? atau malah ada hamparan bukit berbatu lainnya yang terbentang sangat panjang hingga membuat mereka harus membuat sebuah keputusan besar dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Kunci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24.

ASuara napas tidak karuan, peluh yang kembali membasahi tubuh Dimas bercampur dengan air hujan. Lelaki cukup tinggi itu memandangi sebuah gerbang megah serta kokoh sama dengan tembok yang mengelilinginya. Diusap sekali air yang membasahi wajahnya karena penglihatan lelaki muda itu mulai kabur, sambil dia berjalan mendekat ke gerbang yang ternyata terbuat dari baja tersebut, dengan kedipan yang cukup intens Dimas mencoba mencari bel rumah itu, namun tidak ditemukannya hingga dia memutuskan untuk memukul dengan sekuat tenaga dan menghasilkan gema diseberang dinding gerbang tersebut.

Ternyata tindakan lelaki itu tidak membuahkan hasil, pagar itu tetap tertutup rapat tanpa ada yang muncul, akhirnya Dimas kembali mundur beberapa langkah ke belakang dengan memutar kepala kanan lalu kiri. Dia kembali berlari mencoba peruntungan dengan mengitari tembok itu guna mencari celah agar bisa masuk dan benar adanya, ada sebuah pohon cukup besar dan tinggi dengan salah satu rantingnya bisa digapai oleh lelaki itu. Dilihat sejenak sambil mengukur jarak serta kemungkinan yang terjadi jika dia gagal memanjat dan masuk ke dalam area rumah itu.

Ditundukkan sesaat kepalanya untuk berdoa lalu dia melompat sekali, diraih ranting cukup kokoh itu dan nampak setelahnya gerakan cukup gesit Dimas memanjat kembali melompat untuk sampai ke ujung tembok. Disaat yang sama seperti semesta merestuinya, di tengah hujan lebat berpetir dari atas salah dahan yang sangat besar dia melihat siluet samar wajah Dian yang sedang melamun di tepi jendela kamarnya. Tanpa membuang waktu lagi, Dimas melihat kearah pohon tepat di depannya yang ada di area dalam rumah, diukur jarak tempat berdiri dengan jarak ranting terdekatnya. Dia terpejam sesaat dan langsung melompat, namun sayang lompatan kali ini agak kurang mulus hingga dia terpeleset dan hampir terjatuh dari ketinggian yang sangat bisa membuat dirinya mengalami patah tulang di sekujur tubuhnya. Kedua tangan berototnya dia memegang sangat kuat ranting pohon tadi dan bergelayutan, beberapa kali dia mencoba untuk kembali naik namun gagal hingga sebuah teriakan membuat pandangannya teralihkan.

"Dimas...," suara Dian sangat keras ditengah hujan lebat serta petir yang juga tidak kalah keras serta menakutkannya.

Wajah sumringah diberikan oleh Dimas namun tidak dengan Dian yang langsung menghilang dari tempatnya berada dan tidak butuh lama, dia datang bersama dengan beberapa orang penjaga rumah itu. Sebuah tangga dan juga alas penyelamat dibentangkan, salah seorang penjaga lalu berteriak memberikan aba - aba serta pilihan pada Dimas, ditenangkan dirinya sesaat lalu lelaki itu melepaskan pegangannya dan berakhir mendarat ke alas penyelamat yang membuat dirinya terpantul - pantul sesaat. Dian mendekat dengan wajah tegang juga kesal kearah Dimas yang sudah dipegang oleh 2 orang penjaga rumah itu.

Plak...

Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Dimas, Dian kemudian berbalik dan berniat masuk kembali ke dalam rumah dengan payung besarnya, langkah terhenti oleh ucapan Dimas,

"Aku rasa, aku suka sama kamu Dian..."

Tangan Dian memegang gagang payungnya tambah erat dan diatur perasaannya saat itu dengan cepat kemudian dia berbalik kembali kehadapan Dimas. Perempuan berambut panjang hitam itu lalu memberikan isyarat singkat agar kedua tangan Dimas dilepaskan dan para penjaga juga langsung berlalu dari hadapan keduanya. Wajah Dian berubah menjadi lebih kaku dan pandangan matanya tajam, dia lebih mendekat kearah Dimas tanpa memberikan perlindungan payung perempuan itu menjawab pernyataan lelaki berkulit sawo matang itu,

"Harusnya kamu memikirkan laporan kriminal yang akan saya buat karena tindakan bodoh ini. Berikan sedikit rasa hormatmu pada saya karena saya adalah atasan kamu. Sebaiknya kamu pergi atau..."

Ucapan Dian terpotong oleh ucapan balik Dimas,

"Lapor polisi, saya siap dipenjara. Tapi saya melakukan ini karena perempuan yang memberikan saya semangat disaat paling genting dalam hidup saya, enggan mengutarakan maksud hatinya. Saya akan menunggu disini sampai polisi datang atau sampai perempuan itu mau memberikan penjelasan paling logis, rasa kasihan bukan jawaban logis..."

Dian mengeraskan giginya menahan emosi yang jadi tambah tidak karuan karena pernyataan Dimas. Anggukan kepala dilakukannya sekali lalu dia kembali berbalik meninggalkan Dimas, sekujur tubuh lelaki itu basah kuyup dan kedipan matanya semakin intens namun pandangan terus tertuju pada Dian yang akhirnya menghilang di kegelapan berganti dengan beberapa penjaga rumah berukuran tubuh cukup besar berusaha menyeret Dimas yang memberikan perlawanan hingga terjadi baku hantam. Dian yang masih berada di jarak tidak begitu jauh, terkejut mendengar beberapa gerakan seperti perkelahian terjadi. Perempuan itu dengan cepat berbalik dan berlari, pupil matanya membesar tatkala dilihat Dimas yang sudah agak bersimpuh dengan kedua lengan dipegang oleh 2 penjaga sedang menerima pukulan sangat keras dan intens dari penjaga lainnya.

"Stop..." teriak Dian yang kemudian berlari mendekat dengan payungnya.

Para penjaga menoleh dan bingung melihat tingkah Sang Majikan.

"Saya suruh kalian ngusir bukan menghajarnya, lepas..." lanjut Dian dengan teriakannya.

Disaat yang sama Mutiara pun datang menghampiri dan betapa terkejutnya perempuan berambut pendek itu ketika melihat Dimas sudah babak belur juga setengah sadar.

"Bawa ke dalam, aku akan menghubungi Om Rama..." ucap Mutiara yang kemudian membantu Dian untuk memapah tubuh Dimas.

xxxxxxxx

Seorang pria dengan rambut 1/2 beruban terlihat duduk disebuah ranjang sangat besar di kamar yang memiliki interior minimalis namun elegan. Stetoskop ada di kedua lubang telinganya, wajah cukup serius saat memeriksa dengan satu perawat yang mendampingi terus melihat kearah Dimas yang sudah berbaring dengan tubuh 1/2 telanjang dan beberapa bagian tubuh lelaki muda itu terbalut perban. Kerutan di dahi Dimas menandakan rasa kesakitan luar biasa yang menyelimutinya. Setelah beberapa saat memeriksa keadaan Dimas, pria itu melepas stetoskop dan melihat kearah Sang Pendamping satu anggukan dilakukan pelan olehnya. Dian menunggu di luar ruangan dengan menggigit satu jarinya dan ditemani oleh Mutiara yang memeluk serta mengelus pelan satu lengan saudara kembarnya itu. Sesekali diusap air matanya yang mengalir secara bergiliran dari kedua mata agak sipitnya.

"Mut, Dimas nggak akan apa - apa kan?" tanya Dian dengan terus menatap pintu kamar yang sedang ditempati Dimas.

"Pasti, Om Rama juga masih memeriksa kan. Semua pasti baik - baik aja D..." jawab cepat Mutiara yang terus menguatkan Dian.

Ceklek...

Pria bernama Rama dan berprofesi sebagai dokter itu keluar dengan didampingi oleh Sang Asisten, Dian lalu menghampirinya dengan wajah sembab dan suara agak parau dilontarkan beberapa pertanyaan hampir bersamaan hingga membuat pria agak tua itu menghampiri dan meraih satu punggung tangan perempuan muda itu lalu dielus pelan dengan senyum hangat yang terkembang.

"D, teman kalian itu harus segera dibawa ke rumah sakit. Om sudah menghubungi ambulans dan sebentar lagi akan sampai. Keadaannya cukup mengkhawatirkan karena kemungkinan ada beberapa tulang rusuknya retak, jadi harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut...," jelas Dokter Rama.

Dian lalu memegang balik tangan agak keriput lelaki itu, dia memohon untuk bisa ikut serta mengantar Dimas ke rumah sakit. Dokter Rama merasa sedikit ragu dan sesekali melihat kearah Mutiara.

"Apa orang tua kalian tahu soal ini?" tanya Dokter Rama.

Kedua perempuan kembar itu segera menggeleng dan membuat helaan napas panjang terdengar keluar dari Dokter Rama, disaat yang sama suara sirine ambulan terdengar dari luar dan salah satu pelayan di rumah itu memberikan kabar dengan diikuti oleh 2 petugas kesehatan lengkap dengan tandu bersiap mengevakuasi tubuh Dimas. Cukup lama Dokter Rama berpikir dan akhirnya sebuah anggukan pelan dilakukan sebagai tanda persetujuan yang disambut bahagia oleh Dian.

"Mami - Papi baru pulang minggu depan. Jadi, tenang aja. Nanti aku nyusul..." ucap Mutiara saat akan berpisah dengan Dian yang segera masuk ke dalam ambulans untuk mendampingi Dimas.

Sesampai di rumah sakit Dimas yang sudah tidak sadar langsung dimasukkan ke dalam ruang tindakan, Dian dengan perasaan yang tambah campur aduk langsung menghubungi seseorang. Perempuan itu sibuk berusaha menghubungi keluarga Dimas dan begitu berhasil, tentu saja Leoni diseberang sangat terkejut dengan kabar yang disampaikan oleh Dian.

Berapa jam kemudian...

Dian sudah ditemani oleh Leoni menunggu hasil tindakan yang masih berlangsung. Leoni terlihat agak menunduk dengan wajah yang tertutupi oleh kedua tangannya.

"Kalian itu berbeda, saya rasa kamu sudah tau..." ucap Leoni kemudian.

Dian memainkan kuku di jarinya dengan wajah yang memandang kearah Leoni. Perlahan Kakak Perempuan Dimas itu menegakkan tubuhnya dan menoleh kearah Dian.

"Saya mohon, Dian. Jangan pernah beri Dimas harapan, kami tidak setara dengan kalian. Saya dan keluarga saya cuman mau ketenangan tidak lebih, kalau Dimas sekarang ngejer - ngejer kamu dan mungkin akan berlangsung beberapa saat, tolong cari cara paling ampuh agar dia tidak akan pernah mendekati kamu lagi. Tolong...," lanjut Leoni dengan wajah sungguh - sungguh dan kalimat memohonnya sambil kemudian menggapai kedua tangan perempuan berkacamata itu.

Binar di mata Dian hampir hilang dan akhirnya benar - benar tatapannya menjadi kosong tatkala dirinya kini sudah ada di dalam mobil yang membawanya kembali pulang dengan didampingi oleh Mutiara. Perempuan itu berjalan dan bertingkah seperti mayat hidup, dia berjalan dan masuk ke dalam kamar lalu naik keatas ranjang super besar, menarik selimut cukup tebalnya lalu kedua mata perempuan itu terpejam. Mutiara yang menyaksikan hal itu hanya bisa terdiam dengan memandangi sesaat punggung Dian dan kemudian menutup pintu kamar saudara perempuannya itu.

xxxxxxxx

Luna masih memandangi layar ponselnya yang terus menyala akibat sebuah panggilan masuk berkali - kali, namun tidak kunjung diangkat oleh perempuan yang terlihat masih mengenakan kemeja Danar saat makan malamnya. Danar sambil mengunyah makan malamnya melihat secara bergantian ke wajah Sang Kekasih lalu ke gawai pintar wanitanya itu.

"Kalau memang mengganggu, sebaiknya sekalian saja kamu non - aktifkan, sayang..." ucap Danar sambil akan menyuap makanannya.

Luna dengan cepat menoleh kearah Danar dan menebar senyum simpul sesaat, kemudian gelengan kepala dilakukannya.

"Maunya begitu, Mas. Tapi itu telepon dari Mamaku..." ujarnya yang membuat Danar merasa cukup terkejut, lalu satu tangan lelaki itu meraih satu tangan wanitanya dan mengelus nya pelan.

"Mau cerita...," lanjut Danar dengan memandang hangat kearah Luna yang masih terfokus pada makanannya yang hanya dimainkan saja.

Wajah perempuan itu lalu menoleh dengan senyum sesaat dia memberikan sebuah isyarat kejapan mata sekali, lalu berkata,

"Nanti, nanti pasti aku akan cerita..."

Danar kemudian membalas senyum Luna dengan senyum cukup menawannya dan anggukan pelan. Disaat itu juga, kembali getaran diponsel Luna terdengar juga terasa di meja mereka. Kali ini Luna dengan cepat berdiri dan mengambil gawai pintar itu dan berjalan menuju balkon apartemen itu untuk mengangkat panggilan itu.

"Dek, kenapa telepon dari Mama nggak diangkat?" tanya Bagas dari seberang setelah menanyakan keberadaan dan keadaan Sang Adik.

Luna terdiam sesaat dengan melakukan gerakan menendang udara disekitarnya. Dari seberang terdengar suara helaan napas pria yang sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah itu.

"Kamu nggak akan sendiri, Mas sama kak Winda bakal daeng juga. Kamu tau kan, besok ulang tahun Mama, emang kamu nggak kangen sama Papa juga?" Bagas terus berusaha membujuk.

Luna terus terdiam, terlihat sangat sulit untuknya memutuskan hal yang dipinta oleh Sang Kakak.

"Nanti aku kabarin lagi ya, Mas..." hanya jawaban itu yang diberikan Luna dan langsung memutus sambungan telepon.

Luna menyadarkan tubuh depannya ke gagang pelindung pinggiran balkon dan kedua tangan perempuan itu memegang gagang pelindung itu. Dihirup dengan sangat dalam aroma udara malam yang cukup segar lalu dihembuskan melalui mulut mungilnya. Sekilas wajahnya terlihat tanpa beban namun pandangan matanya tidak bisa berbohong.

Danar berjalan mendekat sambil membalutkan selimut cukup tebal dari arah belakang dan didekap lembut tubuh Luna yang cukup kurus itu. Sedikit melirik kearah wajah Danar kemudian dibalas pelukan Sang Kekasih dengan memegang kedua tangan kokoh lelaki muda itu. Danar mencium lembut Puncak kepala Luna sambil menikmati langit malam itu.

"Aku nggak tau, apa masalahmu. Tapi, satu yang perlu kamu tahu, lakukan apapun yang membuat kamu bahagia itu penting, tapi kalau ternyata beberapa keputusan di dalamnya malah membuat orang - orang yang kamu sayangi ikut tersakiti, pikirkan baik - baik sebelum mengambil keputusan itu. Oke...," Danar berusaha memberikan pandangan juga nasihat kepada Sang Kekasih.

Luna lalu berbalik dan memeluk tubuh Danar dengan erat, dia ingin merasakan kehangatan serta aroma tubuh Sang Kekasih yang beberapa waktu ini sudah membuatnya candu juga nyaman.

"Aku siap untuk sesi selanjutnya..." goda Danar dengan berbisik ditelinga Luna.

Pukulan cukup keras diterima oleh punggung Danar dan tawa lelaki itu lepas dengan mengelus kepala Luna dengan lemut, senyum indah wanitanya pun terkembang.

********

1
Mak e Tongblung
beberapa kali "mengangguk" kok "menganggur" , tolong diperhatikan thor
Kata Kunci: 🙇‍♀️🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!