Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Tapi, lo gak usah khawatir soalnya Gus Faiz nolak gue. Bahkan ngelihat gue aja gak, lagian kejadian itu juga dulu, sekarang gue udah gak suka Gus Faiz lagi, gue udah nikah dan gue juga udah punya anak loh kalau lo lupa, jadi lo jangan cemburu dan mikir aneh-aneh," ucap Mbak Anjar.
"Gak kok Mbak, aku gak mikir aneh-aneh. Aku cuma kaget aja," ucap Afra.
"Gue setuju lo sama Gus Faiz soalnya gue percaya kalau Gus Faiz emang cocok sama lo," ucap Mbak Anjar.
"Kenapa gitu Mbak?" tanya Afra.
"Ya firasat aja, Gus Faiz kalau dia suka atau mau sesuatu maka dia akan berusaha untuk memilikinya dan kalau dia sudah memilikinya maka dia akan mempertahankannya sampai darah titik penghabisan pokoknya bakal dijaga," ucap Mbak Anjar.
"Oh iya, Mbak Anjar kan udah pernah tinggal di pondok, hem Mbak Anjar kenal sama Ning Zahra?" tanya Afra yang membuat Mbak Anjar terkejut.
"Mbak cuma pernah dengar namanya, tapi gak gak tau seperti apa rupanya," ucap Mbak Anjar.
"Apa yang Mbak tau?" tanya Afra.
"Lo tanya sendiri aja sama Gus Faiz ya, gue takut kalau yang gue bicarain ini malah jadinya fitnah," ucap Mbak Anjar.
"Gapapa Mbak, aku gak marah kok dan aku gak akan bilang sama Mas Faiz," ucap Afra.
"Tapi, beneran ya lo jangan kasih tau Gus Faiz," ucap Mbak Anjar.
"Iya, Mbak," jawab Afra yang sudah tidak sabar utnuk mengetahui siapa itu Zahra.
Sebelum Mbak Anjar bersuara, ia terlebih dahulu menarik napas panjang sebelum menjelaskannya. "Ning Zahra itu anak dari Kyai Imran, Ning Zahra saat ini kalau gak salah sedang kuliah buat ngejar gelar magister di salah satu kampus ternama di luar negeri...Gue dengar Ning Zahra juga pernah dekat dengan Gus Faiz, gue gak tau gimana kedekatan mereka, tapi yang jelas saat itu tersebar kabar kalau sebelum Ning Zahra pergi ke luar negeri, dia pernah bertunangan atau ta'aruf gitu sama Gus Faiz pokoknya udah rencanain buat nikah lah. Makanya pas gue dengar kalau lo nikah sama Gus Faiz, gue sempat kaget karena gue pikir Gus Faiz bakal nikah sama Ning Zahra," jelas Mbak Anjar dengan melihat raut wajah Afra yang cukup tenang, namun terlihat takut.
"Lo gak perlu takut, bisa aja pertunangan mereka atau ta'aruf mereka gagal dan setelah itu Gus Faiz gak punya siapa-siapa lagi terus ketemu sama lo dan suka sama lo, lo gapapa kan?" tanya Mbak Anjar.
Afra pun tersenyum pada Mbak Anjar, "Afra gapapa Mbak, lagipula kam iyu hanya masa lalu. Aku percaya sama Mas Faiz, aku gak mau rumahtanggaku hancur cuma karena masa lalu yang harusnya sudah dilupakan," ucap Afra.
"Huh, syukurlah. Ayo ke Tania, dia lucu banget loh," ucap Mbak Anjar yang mencoba mencairkan suasana.
"Ayo Mbak, aku kangen banget sama Tania," ucap Afra.
Mereka berdua pun masuk ke ruang tengah Mbak Anjar dan melihat putri cantik Mbak Anjar yang berusia 5 bulan.
"Masyaallah Mbak, cantik banget. Biasanya aku cuma lihat dari foto aja soalnya kan Mbak lahiran di luar kota dan pas aku pindah ikut Mas Faiz malah Mbak Anjar balik kesini," ucap Afra.
"Hehehe, iya ya. Mbak lahiran di luar kota juga karena Mas Putra yang minta biar Ibunya Mas Putra bisa lihat cucunya, lo tau sendiri gimana keadaan mertua gue," ucap Mbak Anjar dan diangguki Afra.
Afra terus bermain dengan Tania anak Mbak Anjar hingga siang harinya Hilya selesai bekerja dan menemui Afra. "Kalian mau kemana memang?" tanya Mbak Anjar ketika Hilya datang dan berpamitan untuk pergi bersama Afra.
"Jalan-jalan sebentar Mbak, banyak yang mau Hilya tanyain," ucap Hilya.
"Nanti kamu kesini lagi aja setelah jalan-jalan sama Hilya," ucap Mbak Anjar.
"Siap Mbak," jawab Afra.
Afra dan Hilya pun memutuskan untuk jalan-jalan ke cafe tempat mereka biasanya bertemu, "Jadi, gimana?" tanya Hilya.
"Gimana apanya?" tanya Afra.
"Pernikahan kamu sama Gus Faiz," ucap Hilya.
"Ya gak gimana-gimana, Mas Faiz baik, perhatian dan aku bahagia bisa menikah dengan Mas Faiz," ucap Afra.
"Gus Faiz gak cuek atau dingin gitu sama kamu?" tanya Hilya.
"Alhamdulillah gak sih," ucap Afra.
"Masa? terus Gus Faiz gak pernah bilang atau melakukan hal yang kasar kayak di novel-novel gitu gak?" tanya Hilya.
"Astaghfirullah, Hilya. Kamu harus kurang-kurangin baca novel deh, Mas Faiz gak kayak gitu. Mas Faiz baik dan perhatian banget gak dingin atau cuek bahkan sampai kasar kayak yang kamu sebutkan," ucap Afra.
"Alhamdulillah, berarti Gus Faiz beda," ucap Hilya dan Afra hanya menggelengkan kepalanya karena tidak habis pikir dengan sahabatnya itu.
"Terus kamu gimana sama Mas Rizky?" tanya Afra.
"Ada yang mau aku sampaikan sama kamu," ucap Hilya yang berubah menjadi serius.
"Apa?" tanya Afra yang tidak sabar dengan apa yang akan disampaikan Hilya.
"Kayaknya setelah nikah aku bakal pindah ke luar negeri," ucap Hilya.
"Kenapa?" tanya Afra.
"Mas Rizky diterima kerja jadi guru di sana dan mau gak mau aku harus ikut," ucap Hilya.
"Kapan kamu berangkatnya?" tanya Afra.
"Dua hari setelah aku menikah," ucap Hilya.
"Terus kapan kamu nikahnya?" tanya Afra.
"Insyaallah aku menikah dua minggu lagi," ucap Hilya.
"Dua minggu lagi?" tanya Afra.
"Iya, karena kamu ada disini jadi aku mau tanya sana kamu. Kamu bisa datang ke pernikahanku? aku takutnya kamu sudah balik ke pondok, sebenarnya aku sudah menyiapkan baju seragam buat kamu sama Mbak Anjar, Mbak Anjar sudah aku kasihkan seragamnya tinggal kamu aja," ucap Hilya.
"Aku juga kurang tau, aku harus tanya Mas Faiz, maaf ya Hilya," ucap Afra.
"Gapapa, aku paham kok. Bagaimanapun kamu sudah menikah dan restu dari suami kamu adalah yang paling utama," ucap Hilya.
"Makasih ya," ucap Afra dan diangguki Hilya.
Mereka pun terus mengobrol hingga tanpa sadar hari mulai sore dan Hilya harus segera pulang karena ada urusan lain, sedangkan Afra kembali ke rumah Mbak Anjar dengan diantar Hilya tentunya karena Hilya menggunakan motor.
"Lo makan dulu, Mbak udah masak," ucap Mbak Anjar.
"Tapi, Afra tadi udah makan sama Hilya, Mbak," ucap Afra.
"Yaudah, minum es buahnya aja," ucap Mbak Anjar.
"Siap Mbak," jawab Afra.
"Lo udah kabarin Gus Faiz?" tanya Mbak Anjar.
"Aku udah bilang Mas Faiz dan dia mau kesini jemput aku katanya urusannya sudah selesai," ucap Afra dan diangguki Mbak Anjar.
.
.
.
Bersambung.....
semangat/Grin//Smirk/