NovelToon NovelToon
Suami Absurd

Suami Absurd

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / dosen / spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Teti Kurniawati

"Entahlah...aku harus berbuat apa dengan pernikahanku? Katanya cinta setengah mati, tapi kenyataannya cinta kita seolah akan mati. Aku tidak merasakan kehangatan yang semestinya. Aku lelah mengemis suamiku. Aku lelah..."

"Bantu aku untuk meraih jawaban untuk masa depan yang mesti kita lakukan. Aku tidak meminta banyak. Hanya ingin dibelai sayang sebagaimana sewajarnya seorang suami pada istri. Aku hanya butuh kamu sebagai teman berbicara ketika aku berkeluh kesah. Dan satu hal lagi yang membuatku jatuh sebagai martabat seorang istri, aku jarang disentuh." Seorang perempuan dengan kulit bersih kini memerah karena sejak sujud dia tergugu menangis. Dia hanya mampu berkeluh kesah pada sang Khalik di setiap sujudnya atas kondisi pernikahan yang sedang dijalaninya sekarang. Ya... sebagai manusia biasa dia pun kini merasa di titik terlemahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teti Kurniawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drama lupa

"Masuk!" Arsel membukakan pintu untuk Zahira dan menyuruhnya masuk. Suaranya yang penuh penekanan membuat Zahira takut. Akhirnya dia pun masuk ke dalam mobil Arsel.

Arsel menutup pintu mobilnya dan memutar untuk duduk di belakang kemudi.

Sebelum menyalakan mobil Arsel membawa tisu yang berada di dekat bangku mobilnya dan mengelap wajah juga rambutnya yang terkena air hujan.

Zahira pun tidak enak hati melihat dosennya rela basah-basahan hanya demi membukakan pintu untuknya.

"Maafkan saya pak! Jadi merepotkan bapak." Ucap Zahira agak merengkuhkan badanya pada Arsel.

"Lain kali jangan keras kepala!" Ucap Arsel dingin. Dia tadi sudah menyuruh Zahira masuk ke dalam mobil. Tapi Zahira menolak karena tak mau menumpang mobil mewah milik dosen kilernya itu.

"Mmm baik pak." Jawab Zahira pura-pura patuh padahal dongkol juga.

"Siapa suruh? maksa banget. Lagian aku mau naik taxi online. Bukannya keras kepala. Situ kali yang egois!

Umpat Zahira dalam hati.

"Buka map dan arahkan alamatmu!" Arsel membuka aplikasi di layar monitor canggih dalam mobilnya.

"Wah... aku baru tahu mobilnya canggih begini"

Ucap Zahira dalam hati.

Zahira malah melohok melihat layar yang baru saja dibuka Arsel.

"Kamu denger gak sih saya ngomong?" Arsel lagi-lagi bicara ketus melihat sikap Zahira yang hanya melongo ketika dia menyuruhnya untuk mengarahkan map menuju rumah Zahira.

"Eh.. iya iya pak." Zahira terbata-bata. Lagi-lagi Zahira kena semprot sang dosen kiler dan cooler.

Zahira memperhatikan dengan detail bagaimana cara kerja monitor itu. Lalu menekan tombol-tombol yang ada di layar untuk memperjelas map menuju rumahnya.

Arsel memperhatikan dengan detail setiap jari lentik Zahira yang sedang mengutak-ngatik layar monitor. Satu kata yang keluar dari dalam hatinya.

'Cantik'

Arsel mengagumi jari tangan lentik dan juga indah milik Zahira. Padahal hanya jarinya saja yang terlihat. Tidak dengan wajahnya. Tapi membuat Arsel mengakui kecantikan Zahira meski dilihat dari jarinya saja.

(Wah.. bagaimana kalau lihat wajahnya ya) Jangan parno ya!

"Sudah pak!" Zahira melihat ke samping ke arah Arsel yang sejak tadi matanya tak terlepas dari Zahira.

"Mmm." Arsel hanya berdeham saja. Irit bicara memang sudah sejak dulu Arsel kaya begitu. Tepatnya sejak dia ditinggalkan oleh Raisya sang ibu. Padahal dulu ketika bersama Raisya Arsel tipe anak yang ceria dan riang. Dia senang bicara dan kritis. Tapi kebiasaannya langsung berubah drastis. Dia jadi pendiam dan sangat tertutup.

Arsel melajukan mobilnya menembus hujan besar dan petir yang saling bersahutan. Untuk mengurangi ketegangan Arsel memutar musik kesukaannya yang slow juga romantis.

"Kamu.. tidak terganggu aku memutar musik? Kalau merasa tidak nyaman aku akan menghentikannya." Tanya Arsel pada Zahira. Sisi lainnya, Arsel menghormati Zahira. Karena biasanya perempuan bercadar lebih religius dan cenderung menghindari musik. Makanya Arsel meminta izin pada Zahira.

"Mmm.. biasa aja. Aku bisa pakai headset." Jawab Zahira yang memang sejak tadi sudah memakai headset.

"Mmm." Jawab Arsel sambil fokus menyetir.

Dalam hati kecilnya Arsel merasa bersalah, sudah memperlakukan Zahira agak kasar tadi sewaktu dikelas. Dengan menghukumnya berdiri sepanjang pelajaran. Dan menyuruhnya mengulang kembali apa yang dia ajarkan. Dan di luar dugaan ternyata Zahira anak yang pintar. Dia mampu menerangkan dengan baik memaparkan semua yang telah diajarkannya. Itu benar-benar luar biasa.

Kecerdasan Zahira membuat Arsel kagum. Lalu setelah kejadian tersebut, gerak-gerik Zahira membuat menyita perhatiannya. Contohnya ketika Zahira berada dikantin, semuanya tak luput dari perhatiannya.

Dan sekarang adalah kesempatan untuk menebus rasa bersalahnya pada Zahira. Melihat Zahira duduk di halte seorang diri dengan keadaan cuaca yang sudah tidak bersahabat membuat hati Arsel terpanggil untuk menolongnya. Ya itung-itung menebus rasa bersalah tadi.

Hanya suara musik yang mengalun perlahan dan deru nafas dua orang yang terdiam yang mengisi ruang sempit dalam mobil mewah itu.

Tak ada obrolan apapun. Keduanya fokus menatap ke depan. Dimana jalanan yang diserang lebatnya air hujan juga kendaraan-kendaraan yang saling menyiratkan air hujan yang tergenang.

Tak lama kemudian mobil mewah Arsel tiba di depan rumah Zahira.

Mata Zahira melotot melihat ada dua orang di depan rumahnya yang basah kuyup bersidekap karena kedinginan. Badannya terlihat gemetaran menahan rasa dingin yang menyergap seluruh badan.

"Ya ampun.. " Zahira langsung membuka sabuk pengaman lalu membuka pintu dan turun dari mobil Arsel.

"Hei.. kalian kenapa gak masuk?" Suara Zahira mengagetkan kedua orang yang sedang membelakanginya.

"Zahira?" Baim kaget. Bahkan suara petir saja kalah dengan kekagetan dirinya melihat penampilan Zahira.

"Tuh.. anak bukannya masuk malah ngobrol."

Umpat Arsel melihat interaksi Zahira juga dua laki-laki yang tak jauh umurnya dengan Zahira.

"Ayo masuk!" Zahira berlari ke arah pagar yang terkunci. Dia membuka slot besi yang mengunci pagar rumahnya dan membuka gerbangnya agar Baim dan Dani masuk ke halaman rumahnya.

Baim yang sudah kedinginan sejak tadi lalu mendorong motor Zahira dibantu Dani masuk ke halaman rumah Zahira.

"Kalian kenapa. tidak masuk sih? Jadi basah kuyup kaya cecurut gitu!" Ucap Zahira mengomentari penampilan dua orang yang memang basah kuyup tertimpa air hujan. Sampai-sampai bajunya itu menempel pada badan.

"Tadi aku sudah pijit-pijit bel. Tapi gak ada yang keluar. Jadi terpaksa aku menunggu di luar." Ucap. Baim sambil mengosok-gosok kedua tangannya agar hangat

Dani tak berani bicara. Bibirnya sudah bergetar hebat. Zahira yang melihat kondisi keduanya merasa iba sampai melupakan dosen kilernya di luar tanpa pamit dan mengucapkan terimakasih.

"Baik.. aku bukakan pintu dulu ya!" Zahira buru-buru membuka pintu rumahnya dengan kunci cadangan yang selalu dibawanya jika dia pergi dari rumah.

"Masuk! Kalian masuk saja ke toilet! Hangat kan badan dengan air di Waterhitter. Nanti aku bawakan handuk juga baju ganti untuk kalian." Ucap Zahira sambil membukakan pintu toilet yang ada di kamar tamu.

Baim dan Dani saling menatap lalu tak lama kemudian keduanya mengangguk. Lalu keduanya berjalan ke arah kamar tamu dengan tubuh bergetar. Dan keduanya pun masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar tamu.

Zahira tidak menghiraukan bajunya yang juga basah. Dia pergi ke kamar orang tuanya lalu mengambil baju abinya yang sekiranya cukup untuk dipakai Baim dan Dani berganti pakaian.

"Ini handuknya!" Zahira mengetuk pintu kamar mandi sambil mengulurkan dua handuk untuk Baim dan Dani.

Perlahan pintu terbuka sedikit, lalu satu tangan menjulur untuk mengambil handuk yang disodorkan Zahira. Lalu pintu itupun menutup kembali.

Zahira lalu menyimpan dua stel baju training dua kaos panjang di atas kasur yang berada di kamar tamu. Lalu dia keluar melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membuatkan teh manis panas untuk dua temannya yang pastinya kedinginan.

Setelah selesai, Zahira membawa dua gelas itu bersama camilan ke ruang tamu. Tapi begitu melihat pintu yang masih terbuka dan terdengar deru mobil yang keras, Zahira baru teringat bahwa dia sudah meninggalkan dosennya di luar rumahnya tanpa pamit.

"Ya ampun.. aku lupa." Pekik Zahira sambil berlari keluar rumahnya. Tapi terlambat. Zahira sudah tidak melihat mobil dosennya lagi berada di depan rumahnya.

"Waduh gawat!" Zahira hanya bisa berdecak sesal.

1
Dody Arif
sdh mampir ya kakak..salam kenal kakak🙏
teti kurniawati: Terima kasih👍🙏
total 1 replies
budi artwork
semangat thor
budi artwork
lanjut thor...
budi artwork
jadi inget zaman kuli
budi artwork
seru
budi artwork
awal yang mengesankan
Selviana
Aku sudah mampir nih.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
teti kurniawati: oke...
total 1 replies
teti kurniawati
topp markotop
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!