Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa dia?
Regan merasa kebingungan saat dia terbangun dan tiba tiba dirinya sudah berada di ruangan sebuah rumah sakit, apalagi saat dirinya membuka mata, yang pertama kali dia lihat adalah dokter Shinta dan Fajar yang berdiri di sisi ranjangnya sambil memperhatikan dirinya dengan cemas.
"Pak, anda sudah sadar?" Fajar terlihat langsung mendekat ke arah atasannya itu, sementara Shinta langsung memeriksa kondisi Regan.
"A-apa yang terjadi, mana Tari?" tanya Regan linglung. Seingatnya, terakhir kali dirinya sedang berada di kampung halaman Sri untuk meminta restu dari ibunda Sri karena mereka berniat akan melangsungkan pernikahan.
"Tari?" Fajar malah seperti balik bertanya.
"Iya, dia di culik oleh para preman kampung, aku harus menyelamatkannya sebelum terjadi apa apa dengannya." ujar Regan yang berusaha untuk bangkit dari posisi tidurnya.
"Kau belum boleh kemana mana dulu, kepala mu masih terluka." tahan Shinta.
Benar saja, Regan meringis kesakitan saat dirinya mencoba untuk bangkit dari tidurnya. "Tapi,,, kenapa kamu ada di sini juga? Apa kamu pindah tugas di rumah sakit sini?" tanya Regan yang merasa yakin jika dirinya kini masih berada di kampung halaman Sri seperti ingatannya terakhir kali.
Shinta dan Fajar saling melemparkan pandangannya, "Dok, apa anda sudah memeriksa ulang hasil scan kepala pak Regan? Apa yakin tidak kenapa kenapa?" bisik Fajar pada Shinta.
"Aku masih bertugas di rumah sakit yang sama, tidak pindah kemana pun." jawab Shinta seraya membetulkan selang infus di lengan Regan yang bahkan terlihat baik baik saja.
"Tapi,,," Regan menatap sekeliling ruangan, lantas mengalihkan pandangannya pada pintu ruangan yang terbuka lebar, tampak taman rumah sakit yang begitu familiar baginya, ya itu rumah sakit tempat dimana Dokter Shinta bertugas dan dirinya nya memang sudah sangat hafal dengan seluk beluk rumah sakit itu karena harus bolak balik mengantar sang ibu berobat di sana, bahkan rumah sakit itu sempat menjadi seperti rumah keduanya saat menunggui sang ibu yang harus di rawat inap selama beberapa hari di rumah sakit itu.
"Kenapa aku berada di sini?" tanya Regan kebingungan.
"Justru saya yang ingin menanyakan hal itu pada anda, katanya anda mau ke kampung halaman nona Tari, tapi kenapa tiba tiba dua hari yang lalu anda malah di antarkan orang ke rumah sakit ini dalam kondisi tidak sadarkan diri." jawab Fajar.
"Dua hari yang lalu? Jadi aku---" mata Regan terbelalak kaget.
"Iya anda tidak sadarkan diri selama dua hari. Anda di antarkan oleh petugas polisi yang menemukan anda tergeletak di pinggir pos polisi seberang rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri, lantas anda di bawa ke sini." Terang Fajar.
Keterangan Fajar tentu saja tidak membuatnya menjadi mengerti, justru semakin membuat Regan kebingungan dibuatnya, belum lagi memikirkan dimana keberadaan Sri saat ini yang semakin membuat kepalanya kini menjadi bertambah sakit bukan main.
*
Sementara di tempat lain,
Dua hari sudah Sri terkurung di kamar sebuah rumah mewah, Sri sungguh tidak mengerti mengapa dirinya di sekap di rumah itu.
Ceklekkk,,,
Suara anak kunci di putar dari luar, dan perlahan pintu terbuka, tampak sosok seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah yang bisa di bilang lumayan tampan masuk ke dalam kamar itu dengan membawa sebuah baki berisi makana dan minuman.
Sudah dua hari ini pria itu rajin membawakan makanan di pagi, siang dan malam hari untuk Sri, namun Sri tidak pernah menyentuh makanan makanan itu.
"Kenapa makanan tadi siang masih utuh, apa makanannya tidak enak? Apa ada makanan yang ingin kamu makan? Biar aku belikan." ujar pria itu seraya menyingkirkan makanan yang dia antar tadi siang dan terlihat masih utuh.
"Kamu bisa sakit jika kamu tidak makan begini, kamu harus makan agar tetap sehat, aku membutuhkan mu." pria itu menyimpan baki berisi makanan di atas meja kecil yang berada di samping ranjang.
"Aku ingin pulang!" ucap Sri, entah sudah berapa ribu kali dia mengucapkan keinginannya itu pada pria asing yang kini menyekapnya itu. Boro boro ada keinginan untuk makan, memikirkan keadaan Regan yang terakhir terlihat tergeletak di pinggir jalan saja membuatnya cukup kehilangan nafsu makan.
"Pulang kemana? Ibu mu sudah menjual mu pada ku, kamu tidak punya tempat pulang selain rumah ku ini." jawab pria itu.
"Tuan, izinkan aku keluar dari sini, aku akan mengembalikan uang yang di pakai ibu ku pada mu." mohon Sri dengan kedua tangan menelungkup di depan dadanya dan matanya yang berkaca kaca.
"Dari mana kamu bisa mengembalikan uang itu? Apa mengandalkan suami orang? Kekasih mu itu sudah tidak punya apa apa, hanya pria pecundang payah yang tidak mampu menjaga apapun yang dia miliki, entah itu istri, harta, kekasih, bahkan nyawanya sendiri pun tak bisa dia jaga dengan baik." Pria itu tertawa sendiri, entah apa yang menurutnya lucu dari semua perkataannya itu.
"Jangan sok tau, jika tidak mengenal mengenalnya tidak usah menilai dengan seenaknya." kesal Sri.
"Tentu saja aku lebih mengenal dia di bandingkan dengan mu yang hanya baru mengenalnya beberapa saat saja, karena pria yang setiap hari berada dalam pikiran mu itu adalah adik ku." ujar pria itu dengan santainya.
"A-apa,,, adik? Apa itu berarti kamu Julian?" Tebak Sri.
"Selain cantik, rupanya kamu pintar juga, pantas saja adik ku tergila gila pada mu." Pria yang ternyata Julian atau kakak tiri Regan itu menyeringai.
"Lepaskan aku, kamu sudah mengambil semua hak Regan, termasuk mengambil istrinya bahkan sampai hamil, apalagi yang kamu inginkan?" teriak Sri marah.
"Tentu saja kamu. Kamu yang aku ingin kan sekarang, dulu aku pikir selain hartanya, Karina adalah salah satu yang paling berharga untuk Regan, namun ternyata aku salah, karena ternyata belakangan aku baru tau jika dengan merebut mu maka akan membuat Regan tersiksa, dan penyiksaan itu sangat membuat ku bahagia," tawa Julian terdengar begitu nyaring menunjukkan jika dia begitu bahagia saat ini.