"Saya tidak akan pernah memaksa kamu untuk mencintai saya. Tapi yang harus kamu ketahui, cinta datang karena terbiasa bersama. Saya harap semoga kamu bisa merasakan cinta yang telah saya rasakan sejak tiga tahun yang lalu sampai saat ini Dik"
Satu kejadian yang tak pernah terduga yang saat ini sedang dialami oleh seorang gadis yang tidak percaya yang namanya cinta, gadis itu ialah Green Abreena.
Suatu hari, Abreena dinikahkan dengan seorang ustadz yang sama sekali tidak pernah ia kenal sebelumnya. Sebuah pernikahan yang terpaksa tanpa adanya cinta yang tak bisa dihindari oleh seorang gadis cantik.
Apakah kehidupan pernikahan yang dijalani oleh Abreena dan seorang Ustadz akan berjalan dengan mulus tanpa adanya ujian dipernikahan mereka?
Dan bagaimana cara mereka melalui ujian yang datang menerpa rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MamaRizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Ustadzah Hana Cemburu
Tiga hari telah berlalu setelah acara syukuran pernikahan mereka. Abreena dan Dayyan masih tinggal dipesantren.
Dayyan yang harus menggantikan salah satu Ustadz yang tidak dapat hadir untuk mengajar pun, terpaksa meninggalkan Abreena di ndalem yang terkadang hanya ditemani oleh mbak khadamah kalau Umma Hanum sedang ada urusan diluar pondok pesantren.
Sedangkan Breena yang ditinggalkan tidak masalah baginya. Seperti sekarang ini Breena tengah bahagia bisa bersenda gurau dan belajar memasak dibantu oleh mbak ndalem.
"Mbak Ani apa Ustadz Dayyam selalu minta dibuatkan kue kacang ini setiap hari?" tanya Breena yang sedang fokys mencetak kue kacangnya.
"Mboten Ning. Biasanya Guse hanya minta kalau sedang pulang kepesantren saja. Karena kan Guse tidak tinggal disini Ning" jawab Mbak Ani.
"Mbak apa saya boleh bertanya tentang Ustadz Dayyan?"
"Ning mau bertanya tentang apa?"
"Mbak Ani kan sudah lama jadi abdi ndalem disini. Apa Mbak Ani pernah tau dulu Ustadz pernah dekat dengan wanita ndak mbak?" tanya Breena lirih.
"Setau saya selama saya jadi abdi ndalem, Guse tidak pernah dekat dengan seorang wanita Ning. Guse selalu menjaga jarak dan menjaga pandangannya ketika berbicara dengan wanita" jelas Mbak Ani.
"Bagaimana dengan Ustadzah Hana Mbak?" tanya Breena ragu.
"Apa Ning merasakan sesuatu dengan Ustadzah Hana?"
"Saya bisa lihat kalau Ustadzah Hana memiliki perasaan pada Ustadz Dayyan Mbak" jawabnya sambil menganggukkan kepalanya.
"Maaf Ning, sebenarnya satu pesantren sudah tau kalau Ustadzah Hana memiliki perasaan pada Guse. Tetapi Gus Dayyan tidak pernah meresponnya" jelas Mbak Ani yang merasakan kalau Ning nya ini tidak nyaman dengan Ustadzah Hana.
"Mbak nanti setelah kue kacang ini selesai, apa Mbak Ani mau menemani saya berkeliling di pondok pesantren?" tanya Breena mengalihkan pembicaraan.
"Nggih Ning nanti saya akan temani Ning berkeliling"
Lalu mereka melanjutkan pekerjaan mereka membuat kue kacang pesanan Ustadz Dayyan sambil bercerita.
Dari semua mbak ndalem, Abreena hanya dekat dengan Mbak Ani saja. Menurut Breena, Mbak Ani orang yang baik, nyambung diajak bercerita. Ia seperti menemukan sosok seorang kakak di diri Mbak Ani.
Satu jam kemudian, kue kacang buatan Breena dan Mbak Ani telah matang semuanya.
"Ning ini tinngal dimasukkan kedalam toples. Ning istirahat saja. Biar ini saya saja yang menyelesaikannya" ujar Mbak Ani
"Apa tidak apa apa Mbak saya tinggal?" tanya Breena.
"Ndak apa Ning. Ini kan sudah jadi tugas saya"
"Iya sudah saya kekamar dulu iya Mbak. Nanti ba'da Dzuhur temani saya ia Mbak"
"Nggih Ning, nanti saya tunggu diteras depan Ning"
Setelah itu Breena beranjak dari dapur menuju kekamarnya. Ia segera membersihkan tubuhnya karena merasa sudah lengket dan sebentar lagi masuk waktu Dzuhur.
Sebelum adzan Dzuhur Ustadz Dayyan sudah pulang ke ndalem. Ia melihat keadaan ndalem yang begitu sepi.
"Mbak kenapa sepi sekali? Kemana semua orang Mbak?" tanya Dayyan pada Mbak Dina yang sedang merapikan ruang tamu.
"Nggih Gus. Pak Kyai dan Bu Nyai sedang keluar ngisi pengajian dikampung sebelah Gus" jawab Mbak Dina sambil menundukkan kepalanya.
"Lalu dimana istriku Mbak?" tanya Dayyan lagi.
"Kalai Ning Breena bari saja naik keatas Gus. Bersih bersih karena baru selesai bantuin Mbak Ani buat kue kacang yang Gus minta tadi pagi" jelasnya.
"Iya sudah terima kasih Mbak" ucapnya yang langsung pergi menuju kekamarnya tanpa menunggu jawaban dari Mbak Dina.
Ceklek
Pintu kamar terbuka, Ustadz Dayyan tidak mendapati keberadaan istrinya. Ia pun mengedarkan pandangannya mengarah kekamar mandi yang pintunya tertutup dan ada suara gemericik air. "mungkin lagi mandi" batinnya.
Ustadz Dayyan duduk disofa dekat jendela yang pandangannya langsung mengarah kepalangan pesantren. Ia dapat melihat para santri dan santriwati yang sedang berjalan menuju ke Masjid.
Dua puluh menit menunggu akhirnya istrinya keluar juga dari dalam kamar mandi.
Breena yang baru keluar dari kamar mandi terkejut melihat suaminya sudah berada didalam kamar mereka.
"Mas sudah pulanh? Mau langsung mandi atau tidak mas?" tanya Breena yang masih betah berdiri didepan pintu kamar mandi.
"Sini nduk" ucap Dayyan sambil menepuk sisi sofa disampingnya.
Breena pun menghampiri suaminya dan duduk tepat disamping sang suami. Ustadz Dayyan langsung memeluk tubuh Breena yang sudah ia tinggalkan dari tadi pagi.
"Kenapa mas?" tanya Breena.
"Mas kangen, pengen peluk kamu" jawabnya manja.
"Tapi ini sudah mau masuk waktu Dzuhur mas. Apa mas tidak ke Masjid?"
"Biarkan seperti ini dulu sayang" pinta Dayyan manja.
Breena yang melihat kelakuan manja suaminya keluar pun, hanya bisa pasrah berada dipelukan sang suami.
Setelah ungkapan perasaan yang Dayyan katakan waktu diacara syukuran kemarin, kedekatan Breena dan Dayyan menunjukan kemajuan.
Abreena sudah mulai menerima takdirnya. Ia berusaha menumbuhkan rasa cintanya untuk sang suami.
"Tadi kata Mbak Dina, kamu membantu Mbak Ani buat kue yang Mas minta iya Dik?" tanya Dayyan memulai pembicaran setelah keheningan yang melanda mereka berdua.
"Iya Mas, Breena bosan dikamar terus. Jadi tadi Breena bantu Mbak Ani aja" jawabnya sambil menikmati elusan tangan Dayyan dikepalanya.
"Iya sudah ndak apa apa, yang penting kamu jangan sampai kecapekan iya. Maaf kalau mas tidak bisa menemani kamu dirumah" ucap Dayyan dengan wajah bersalahnya.
"Ndak apa apa Mas, lagian ini kan tugas Mas. Ndak mungkin kan para santri dibiarkan tidak ada guru yang mengajar dikelasnya" jawabnya yang ngerti akan keadaan suaminya.
"Iya sudah Mas mau mandi sulu, kita jamaah dirumah saja" kata Dayyan lalu beranjak kekamar mandi setelah mendengar suara adzan Dzuhur.
"Loohh Mas ndak ke Masjid imamin para santri?" heran Breena yang tidak biasanya suaminya ini sholat dirumah.
"Ndak. Mas lagi pengen imamin kamu zawjati. Di Masjid masih ada Ustadz lain yang bisa jadi imam untuk para santri" ucapnya sebelum ia masuk kekamar mandi.
Breena yang mendapatkan perkataan manis dari suaminya pun membuat pipinya merah merona. Lantas ia segera menyiapkan baju kokoh suaminya dan menbentangkan sajadah mereka berdua.
Ceklek
Dayyan keluar dengan wajah yang sudah segar. Ia tersenyum melihat apa yang sudah disiapkan oleh istrinya.
"Breena wudu dulu Mas" ucapnya berlalu dari hadapan suaminya.
Mereka pun sholay Dzuhur berjamaah siang ini.
Selesai sholat mereka menuju keruang makan yang sudah tersedia makan siang untuk mereka. Hari ini mereka hanya makan berdua saja.
"Mas nanti breena mau berkeliling di pesantren sama Mbak Ani. Apakah boleh Mas?" tanya Breena ketika mereka sudah menyelesaikan makannya.
"Boleh dik, yang penting ingat pesan Mas tadi kamu jangan sampai kecapekan iya" pesan Dayyan.
"Nggih Mas, Breena bakalan ingat" ucapnya sambil tersenyum.
"Iya sudah mas kepesantren lagi iya. Masih ada kelas yang harus Mas isi. Assalamualikum" pamitnya sambil menyodorkan tangan kanannya.
"Iya mas hati hati. Wa'alaikum salam" jawab Breena lalu mencium tangan kanan suaminya berkali kali. Tak lupa Dayyan pun juga memcium kening Breena lama.
Tanpa mereka ketahui, ada sepasang mata yang melihat keromantisan Ustadz Dayyan dan Breena. Tanpa bisa dicegah setetes air mata mengalir dipipinya.
Ia sangat sakit melihat Dayyan yang begitu mencintai Breena.
"Kenapa kamu tidak bisa sedikit saja bersikap lembut dan manis seperti itu saat bersamaku Dayyan. Hatiku sungguh sakit melihatmu yang begitu mencintai istrimu. Aku sungguh cemburu Dayyan. Aku yang sudah lama mencintaimu tetapi tidak pernah sedikit pun kamu melirikku" batin Ustadzah Hana.
Iya perempuan itu adalah Ustadzah Hana. Dia yang berniat ke ndalem untuk bertemu dengan Umma Hanum, justru melihat keromantisan Dayyan dan istrinya. Ia pun segera meninggalkan dua anak Adam dan Hawa yang sedang mengumbar kemesraan.
Ia berjalan sangat cepat, hatinya sangat cemburu. Padahal seharusnya sebagai seorang Ustadzah ia pasti tau, memiliki rasa cemburu didalam hati tidak baik. Karena kecemburuan yang dirasakannya bisa saja berakhir ke iri hati.
maaf 🙏 Thor aku kritik tulisanmu banyak salah, nulisnya ngantuk ta gmn thor