Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Giska sudah duduk di atas motornya, siap untuk pergi saat Malik memanggil dirinya. Dia menoleh ke arah sang suami yang terlihat berjalan dari dalam rumah ke arahnya.
"Aku udah transfer," ucap Malik begitu sampai di depannya.
Giska menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan, lantas tersenyum di balik cadarnya. "Terimakasih, Mas Suami yang baik hati. Semoga ikhlas dan berkah." ujarnya.
"Satu lagi," ucap Giska saat Malik mengangguk dan bersiap untuk kembali pergi, "nafkahnya bukan hanya lahir, tapi juga batin." sambung Giska.
Malik terlihat semakin diam, tak menjawab dan pergi dari hadapan istrinya. Giska tersenyum sinis di balik cadar. Menertawakan nasibnya yang memilki suami seperti es. Dingin. Bahkan suaminya memanggil nya hanya untuk mengatakan hal itu saja, pasal transfer. Hah! Giska rasanya ingin marah-marah dan mengatakan pada suaminya itu, kalau dia tak butuh uangnya.
Tapi, tentu saja itu tak ia lakukan. Biarkanlah. Sampai mana, suami kulkas nya itu akan seperti itu. Dari pada pusing, Giska akhirnya memutuskan untuk segera pergi dari rumahnya. Lebih baik bekerja bukan? Dari pada galau.
..._-_-_-_...
Setibanya di Toko, seperti biasa sudah di tunggu dua karyawatinya yang paling baik. Giska, Lisa dan Rere lantas masuk dan mulai menyiapkan Toko. Giska selalu sigap, membantu pekerjaan kedua karyawati nya, seperti nyapu dan mengelap kaca toko.
Dari itulah kedua karyawati nya betah, selain bosnya yang baik, juga tidak terlalu mengekang pekerjaan. Mereka bertiga benar-benar bekerja sama. Giska tidak pernah menyuruh jika dirinya tidak sibuk.
"Re, gimana jilbab kemarin? Sudah, kamu coba?" tanya Giska pada Rere. Kemarin ada sample jilbab untuk di jual lagi. Harganya lumayan, jadi, Giska minta untuk di coba dulu, sesuai atau tidaknya barang dan harga, karena ia tak ingin pelanggannya kecewa.
"Bagus, bu. Aku suka. Adem di pakai," jawab Rere.
Lisa yang tengah memasang baju di manekin memajukan bibir bawahnya ke arah keduanya, "dasar gratis bu, makannya bilang nya kayak gitu." katanya.
Giska tersenyum, "memangnya kamu belum coba, Lis?" tanyanya.
"Belum, bu. Aku sukanya pakai yang kayak gini soalnya, belum bisa pakai yang gede-gede, kayak yang ibu pakai," ucap Lisa sembari menunjuk pashmina yang ia kenakan.
Giska mengangguk, "padahal kamu bisa cuma pakai terus ngaca loh, Lis. Tanpa harus di bawa buat keluar. Wong aku cuma nyuruh buat nyoba," ucapnya.
Lisa menepuk jidatnya, "ampun, Bu. Aku ke mana saja, sampai tidak berpikiran ke arah sana," ucapnya.
"Lisa .... ampun kamu mah, mikirin doi mulu sih!" gerutu Rere.
Ponsel Giska bergetar, ia lantas mengambil dan membawanya ke lantai atas. "Aku angkat telepon dari bunda ratu dulu, ya guys." pamitnya yang lantas pergi.
Lisa dan Rere mengangguk, lalu saling pandang. "Perasaan, Ibu semakin kurus nggak sih?" tanya Rere.
Lisa mengangguk, lantas mendekat ke arah Rere. "Sekarang, Pak Bos juga sudah nggak jemput, ya?"
"Padahal, harusnya lagi hangat-hangatnya yah? secara mereka berdua masih bisa di bilang pengantin baru." ujar Rere lagi.
"Semoga keduanya memang hanya saling sibuk ya, Re, tidak ada masalah." kata Lisa yang merasa tidak rela jika bosnya bermasalah dalam rumah tangga nya. Secara dalam pandangan Lisa keduanya sangat cocok. Tampan dan cantik.
Meninggalkan kedua karyawan yang turut prihatin, jika sampai bosnya ada masalah. Di atas, Giska tengah ngobrol dengan sang bunda. Melepas rasa rindu, karena beberapa hari ini bunda Anugrah tidak sempat untuk ngobrol dengan sang putri tercinta.
"Bund, gimana menurut bunda?" tanya Giska. Ia tengah menanyakan tentang brand baru yang akan ia jual di Tokonya.
"Bagus kok, Lik. Bunda saja sudah nyetok." jawab bunda Anugrah.
"Kalau masih ragu, stok sedikit dulu, nanti kalau ada yang mau lagi, boleh lah kamu tambah." sambung Bunda Anugrah.
Giska mengangguk, "bunda masih di rumah?" tanyanya lantaran ia melihat latar belakang sang bunda yang terlihat tengah di kamarnya.
"Iya, bunda capek banget. Lagian nanti siang mau kondangan sama Ayah, jadi di rumah saja lah." jelasnya.
"Eyang tidak di sana?" tanya Giska lagi.
"Enggak, Ibu di rumah. Di ajak ke sini tidak mau. Kamu tidak bisa tinggal di sini saja apa Lik? Bunda kesepian loh," wajah bunda Anugrah terlihat sangat sedih. Bagaimana tidak sedih, jika putri semata wayangnya jauh dari dirinya.
Bahkan malah membuka usaha di sana, yang membuatnya susah untuk di ajak kembali ke Desa. Padahal, dulu Anugrah memberi tahu jika ingin berdagang seperti dirinya, ada lahan yang bagus untuk putri kesayangannya itu. Tapi, sayang putrinya sungguh keras kepala.
Giska tersenyum menatap wajah sang bunda, "susah bundaku Sayang ... usaha di sini gimana? lagian suami juga kerja nya di sini," ucapnya semakin pelan di akhir kalimat.
Namun bundanya malah tersenyum, "iya, ya. Sudah susah. Semoga nanti kamu tidak lama kosong nya, ya, Lik. Biar tidak merasakan seperti apa yang bunda rasakan." ujar bunda Anugrah.
Giska mengangguk tak bersemangat, dalam hatinya berbisik. 'Bahkan mungkin akan tetap kosong, bund. Secara nafkah yang Mas Malik beri hanya nafkah lahir tanpa batin. Bahkan untuk sekedar menyayangiku pun, Mas Malik tidak melakukanya Bund. Tak seperti Ayah yang begitu terlihat menyayangimu. Tidak juga seperti Papa Reno yang sangat menyayangi Mama Yuni. Jadi apa, harapan bunda bisa terkabul bund?'
"Kok, malah bengong sih, Lik." ujar Bunda lagi yang mengagetkan Giska.
"Lagi, meng-aamiinkan doa bunda." katanya.
Keduanya larut dalam obrolan, kebetulan toko di bawah tak terlalu ramai dan bisa di handle oleh Rere dan Lisa saja. Lagipula, Giska tengah tidak bersemangat untuk jualan. Rasanya ia ingin pulang ke Desa dan jalan-jalan bersama sang bunda. Membawa pergi diri dari segala masalah yang menghimpit dadanya. Namun semua itu hanya angan-angan, karena tidak mungkin ia pulang, sementara Toko tak ada yang jaga dan dirinya baru pulang sebulan yang lalu, saat pernikahan. Dan itupun sangat lama, karena ia di Desa sampai dua minggu.
Saking lamanya ngobrol, sampai sang Ayah pulang dari Sekolah dan lanjut ngobrol dengan sang putri. Sejenak Giska lupa akan masalah rumah tangga nya dengan sang suami yang dinginnya melebihi es. Tertawa saat sang Ayah menceritakan kejadian lucu saat mengajar olahraga di Sekolah. Apalagi saat sang ayah menceritakan murid kelas satu yang saat di ajak olahraga malah nangis dan marah-marah dan bilang kalau gurunya ja ha t, sudah menyuruh anak yang masih kecil untuk capek.
Giska bahkan sampai mengusap ujung matanya saat menertawakan kekesalan sang Ayah saat tengah bercerita. Sampai memegangi perut saat pria yang masih tampan walaupun berusia sudah banyak itu mengerucut bibirnya kesal pada dia yang terus saja tertawa.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee