NovelToon NovelToon
Loka Pralaya: The Begining

Loka Pralaya: The Begining

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Dunia Lain / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Margiyono

Prita dihantui mimpi-mimpi samar tentang sosok misterius dan sosok asing bernama Tana' Bulan. Di tengah kesehariannya yang tenang di Loka Pralaya bersama sahabat-sahabatnya, Wulan dan Reida, serta bimbingan bijak dari Nyi Lirah, mimpi-mimpi itu terasa lebih dari sekadar bunga tidur.

Sebuah buku kuno berkulit, Bajareng Naso, menjadi kunci misteri ini. Ditulis oleh Antaboga, legenda di dalamnya menyimpan jejak masa lalu Prita yang hilang—ingatan yang terkubur akibat pengembaraannya melintasi berbagai dunia. Nyi Lirah yakin, memahami legenda Bajareng Naso adalah satu-satunya cara untuk memulihkan kepingan-kepingan memori Prita yang berserakan.

Namun, pencarian kebenaran ini tidaklah mudah.

Akankah Prita berhasil memecahkan misteri mimpinya dan memulihkan ingatannya yang hilang? Siapakah tamu tak diundang itu, dan apa hubungannya dengan rahasia yang dijaga oleh Luh Gandaru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Margiyono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lensa Aura

Malam semakin larut ketika Panalung Tikan mengajak Lima Bakumbai bersama kedua orang itu menuju ruangan lain di lantai dua. Ruangan ini jauh lebih luas dibandingkan ruang pertama yang mereka masuki sebelumnya. Cahaya hangat dari beberapa lentera yang terbuat dari daun Meditrana memancarkan kilauan lembut, menciptakan suasana magis yang menyelimuti seluruh ruangan.

Ruangan itu dipenuhi berbagai bentuk benda yang sepertinya adalah alat-alat dan bahan yang biasa digunakan untuk aktivitas  penelitian, nampak juga beberapa orang yang berada di ruangan itu tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, mereka memberikan hormat dan senyum ramah saat melihat Panalung Tikan dan ketiga orang itu memaasuki ruangan.

Di tengah ruangan, berdiri sebuah menara kecil setinggi orang dewasa. Bentuknya  tampak elegan dan misterius, dengan bagian atas berbentuk bulan sabit yang menjulang ke atas. Bulan sabit itu transparan seperti kristal.

Di bawah bulan sabit kristal itu, terdapat lempengan batu putih berbentuk persegi empat. Ukurannya cukup besar, selebar rentangan tangan orang dewasa, dengan ketebalan sekitar dua puluh lima sentimeter. Permukaannya halus dan dingin saat disentuh, serta dipenuhi ukiran simbol-simbol kuno yang membentuk pola rumit. Di permukaan batu itu, terdapat titik-titik kecil yang tersebar secara strategis, masing-masing merepresentasikan lokasi-lokasi penting di wilayah sekitar.

Dengan mimik wajah penuh kebanggaan, Panalung Tikan melangkah mantap menghampiri menara kecil itu, diikuti oleh ketiga orang yang menyertainya.

"Inilah Lensa Aura ," ujarnya.

Lima Bakumbai dan kedua anak buahnya nampak kagum melihat menara kecil itu. Namun mereka hanya menunggu Panalung Tikan untuk menjelaskan fungsi dan kehebatan alat itu.

“Inilah alat yang aku maksudkan tadi siang itu Jenderal,” kata Panalung Tikan, “alat ini aku ciptakan dengan menggabungkan beberapa elemen dan bahan-bahan yang  berasal dari negeri kita sendiri.” Ucapnya.

“Dengan alat ini, kita bisa mendeteksi kemunculan energi baru yang memasuki Loka Pralaya.” Kata Panalung tikan seraya meletakkan tangannya di atas bulat sabit kristal itu.

Lima Bakumbai yang mulai penasaran dengan cara kerja alat itu segera mengajukan pertanyaan.

“Bagaimana cara kerjanya, Panalung?” tanyanya.

Dengan langkah mantap, Panalung Tikan menurunkan tangannya, kemudian ia menunjuk sebuah panel yang terdapat pada lempengan batu yang berada tepat di bawah kristal bulan sabit itu.

“Ini adalah panel energi,” kata Panalung Tikan tatkala tangannya menyentuh panel itu, “sedangkan kristal yang berbentuk bulan sabit ini terbuat dari batuan korundum yang kita miliki.” Katanya.

Sesaat kemudian ia memejamkan matanya, berkonsentrasi untuk menyalurkan energinya kepada panel itu. Dan saat telapak tangan Panalung Tikan menyentuh panel itu, disertai aliran energi yang diberikannya, tiba-tiba bulan sabit kristal itu mulai menunjukkan reaksinya.

Bulan sabit kristal itu mulai memancarkan cahaya, pertama muncullah cahaya biru dari kristal itu, cahaya itu berputar dan semakin terang, hingga akhirya berubah menjadi putih menyilaukan. Namun cahaya itu masih terus berputar dan ketika pendaran cahaya putih itu nampak akan meredup, meleburlah warnanya, bergantian antara biru dan putih, saling memancar hingga menciptakan gradasi warna biru putih yang berkilauan terang.

Lima Bakumbai dan kedua anak buahnya memandangi kristal itu dengan tatapan takjub, namun rupanya reaksi dari kristal itu belum selesai, saat kristal itu terus berputar dan memancarkan gradasi warna biru dan putihnya yang cemerlang, lempengan batu yang berada tepat di bawahnya pun ikut bereaksi, dari beberapa titik yang ada di papan itu, memancarkan cahaya, sedangkan yang lain tidak.

Panalung Tikan melepaskan tangannya dari panel batu itu, matanya dengan awas menatapi titik-titik di panel yang bercahaya. Dan setelah ia merasa yakin betul letak posisinya, ia menghentikan reaksi kristal itu.

“Titik-titik ini menunjukkan peta sebuah lokasi,” katanya. “Dan pancaran warna yang dihasilkan oleh kristal ini menunjukkan bahwa memang telah muncul sebuah energi besar di lokasi itu.” ucap Panalung Tikan menjelaskan makna dari cahaya yang muncul di lempengan batu itu.

Lima Bakumbai hanya terdiam mendengar penjelasan dari Panalung Tikan.

“Sedangkan arti dari warna yang dipancarkan oleh kristal itu adalah,” Panalung Tikan berhenti sejenak, “Awalnya ia berwarna biru, itu menandakan bahwa alat ini mulai mendeteksi adanya energi baru yang muncul, dan jika wananya tetap biru dan tidak berubah, itu artinya energi yang muncul mempunyai kekuatan yang kecil.” Katanya.

Panalung Tikan sengaja memutus ucapannya, ia ingin agar Lima Bakumbai dan kedua anak buahnya benar-benar memahami perkatannya. Kemudian setelah melihat ketiganya mengerti, ia meneruskan ucapannya.

“Jika kemudian warna biru itu berubah menjadi putih, itu artinya energi yang muncul memiliki kekuatan besar, namun belum bisa dipastikan apakah energi itu adalah milik Tana’ Bulan.” Ucapnya. Kemudian ia melanjutkan.

“Nah, saat warna cahaya yang muncul adalah campuran dari biru dan putih, membentuk sebuah gradasi yang terang, itulah pertanda bahwa energi yang muncul memang benar-benar bersumber dari energi Tana’ Bulan.” Pungkasnya mengakhiri penjelasannya.

Lima Bakumbai nampak mengerti, ia mengangguk pelan. Demikian juga dengan kedua anak buahnya.

“Dan titik-titik itu?” tanya Lima Bakumbai.

Panalung Tikan menarik napasnya pelan, nampaknya ia akan menjelaskan arti dari titik-titik yang berada di lempengan batu itu.

“Titik-titik yang ada di lempengan batu ini adalah lokasi yang tersebar di seluruh Loka Pralaya.” Katanya mengawali penjelasannya.

“Gugusan titik yang berada di sebelah kiri ini adalah wilayah Timur, yang atas selatan, yang kanan wilayah barat dan yang berada di bawah adalah wilayah utara.” Jawabnya.

“Tadi aku lihat titik yang bercahaya itu ada di bagian bawah agak ke kanan.” Kata Lima Bakumbai.

“Benar,” kata Panalung Tikan, “dan dari sinilah saya yakin bahwa kemunculan energi Tana’ Bulan itu berada di wilayah klan lontara, yaitu kampung Londata.” Jawab Panalung Tikan mengakhiri ucapannya.

Lima Bakumbai dan kedua anak buahnya nampak mengangguk paham, mereka sudah yakin karena penjelasan Panalung Tikan begitu meyakinkan.

“Inilah alasannya, mengapa saya meminta bantuan Anda untuk mencari keberadaan energi ini.” Kata Panalung Tikan.

“Baiklah kalau begitu, aku sudah mengerti apa maksudmu.” Jawab Lima Bakumbai. Ia menatap kedua anak buahnya, seakan meminta pendapat mereka.

“Kami sudah siap melaksanakan tugas Tuan.” Jawab Arya penuh keyakinan, demikian pula dengan Sophia, ia tersenyum kepada Lima Bakumbai seraya menganggukkan kepalanya.

“Lalu, bagaimana rencanamu Panalung?” kata Lima Bakumbai.

Panalung Tikan terdiam sesaat, ia mencoba menata kalimatnya agar tidak disalah artikan.

“Saya ingin, Arya dan Sophia pergi ke kampung Londata Tuan.” Jawab Panalung Tikan.

Lima Bakumbai hanya terdiam mendengar perkataan Panalung Tikan itu, ia membiarkannya meneruskan kalimat yang belum diselesaikannya.

“Saya ingin, Arya dan Sophia untuk mencari keberadaan energi itu di sana, dan mereka harus menyamar, agar misinya tidak dicurigai,” kata Panalung Tikan, “dan mengenai cara kerjanya saya serahkan sepenuhnya kepada mereka berdua.” Pungkasnya.

Lima Bakumbai menatap Arya dan Sophia, ia paham maksud dari Panalung Tikan, dan mereka sudah tahu apa tugasnya. Tatapan mata Lima Bakumbai mengisyaratkan bahwa tugas itu harus mereka selesaikan dengan baik, jangan sampai misi itu gagal.

1
liynne~
semangat, and done ya/Chuckle/
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Prita? Nama yang indah/Drool/
Margiyono: he.he.. trmksh kak.. padahal aslinya itu polypropilen.. loka pralaya itu asli ada di dunia nyata.. cuma seting karakter dan tokohnya saja.. alurnya sama dg yg di dunia nyata
total 1 replies
Andressa Maximillian
plis
Andressa Maximillian
menurutku ceritanya bagus, dunia yang dibangun penuh misteri dan kejutan
Margiyono: terimakasih
total 1 replies
Andressa Maximillian
wah.. seru nih. ditunggu kelanjutannya
Margiyono
siap, terimaksih...
Margiyono
oke
Andressa Maximillian
lanjut
Andressa Maximillian: semangat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!