Aku yang menyimpan setiap cerita dalam diamku. menuangkan setiap rasa pada pena didalam kertas putihku. Aku yang takut kamu tahu, meski aku ingin kamu melihat aku yang menyimpan rasa kepadamu. Sampai kapan aku harus menunggu atau menyimpannya dalam diamku dan merelakanmu bahagia atas rasa dihatimu.
setiap hari dipinggir danau ini aku menunggunya.. ditemani gitar tua peninggalan ayah, yang selalu mengiringi suaraku dan dia saat bernyanyi..
ibarat kaca hatiku telah pecah berkeping-keping .. seperti petir yang menyambar disiang hari .. saat mendengar ceritanya .. dia yang mencintai sseorang dan itu bukan aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Lidah tidak bertulang
Aku melepas tangan Reska yang memegang kedua pipiku dan meninggalkannya. Dia mengejarku hingga kembali berhenti.
"jangan pernah bilang kaya tadi lagi. Lo udah punya kiky dan gue ngga mau di cap sebagai penghancur hubungan orang. Ngerti !."
"ges. Gue udah bilang sama lo, urusan kiky itu urusan gue, ges."
"apa lo ngga sampe mikir kalo kiky bisa aja datengin gue dan ngelabrak gue ? Lo ngga mikir temen- temen disekolah bisa aja ngegosipin gue dan bikin hari-hari gue ngga nyaman ?"
"lo bilang ke gue kalo kiky sampe berani datengin lo , marahin lo atau nyuruh - nyuruh sesuatu ke lo."
"seengganya lo harus sudah memikirkan resiko lo punya pacar , res. Kita ngga akan bisa bebas berteman seperti sebelum- sebelumnya."
"res, gue udah pusing sama hati gue ditambah lagi gue harus mikirin pandangan- pandangan orang ke gue. Gue cuma pengen sekolah dengan tenang." Ucapku.
"gue akan bilang ke kiky, gue akan jelasin ke kiky."
"ngga ! Ngga perlu dan ngga usah lo lakuin itu." Tegasku.
"apa yang lo lakuin cuma bakal memperkeruh suasana !."
"gue balik sendiri." Ucap ku memutar arah dan meninggalkan Reska.
"GES.. GES.." Reska terus memanggilku namun suaranya hilang.
Mungkin dia cepat- cepat mencari motornya agar bisa mengejarku. Aku putuskan untuk kembali ke tempat makan di lantai atas agar Reska tak menemukanku di perjalanan pulang. Aku melihat ke bawah dan mendapati motor Reska yang melaju.
"disini juga ? Katanya ada security nya ko sendirian ?"
"arfan.." Aku menyambutnya dengan senyum bahagia.
"hai.." Ucapnya dengan senyum yang sangat aku sukai.
"jadi dong kita malam ini ?" Tanyanya sambil membawa secangkir kopi.
Aku hanya menanggapinya dengan senyuman. Akhirnya kita duduk bersama, mengobrol sambil menikmati secangkir kopi di bawah langit malam.
"terus berarti reska pulang duluan ?"
"iya. Gue yang minta mau pulang sendiri." Jawabku.
"tapi kiky pernah datengin lo ?" Tanyanya.
Aku menganggukkan kepala.
"oh ya ? Waw. Dimana ? Kapan ?"
"kemarin, di loker. Makanya gue ngga nolak lo pas lo mau temenin gue ke loker dulu."
"tunggu . . Tunggu.. Kejadiannya kapan ? Pas kita ke loker kan, lo di luar dan dia baru ajah keluar juga."
"sebelum jam pelajaran olahraga." Jawabku.
"hoo.."
"gue takut dia datengin gue lagi dan bertindak lebih. Seengganya kalau itu terjadi, ada lo diluar yang bisa nolongin gue kalau gue butuh bantuan."
"gue ngga nyangka ajah sih. Kiky yang reska suka itu lembut, baik. Tapi ternyata ada sisi seperti itu juga dari dia." Jelasku.
"yaa pasti ada lah, namanya juga cemburu. Beruntung reska itu milih dia daripada cewe - cewe lain yang suka sama dia. Makanya pasti dia bakal ngejaga banget reska supaya tetap sama dia." Jelas Arfan.
"lo kok tahu tempat makan ini ?" Tanyaku.
"ya tau lah, viral di sosmed dan emang seenak itu sih rasanya."
"ternyata kita punya dua tempat yang sama. Dan lagi- lagi bisa ketemu tanpa sengaja." Ungkapku malu.
Tiba- tiba ponselku berdering. Nama Reska yang tertera dilayar.
"ngga diangkat ?"
"ngga."
Lagi- lagi bunyi untuk yang ke dua kalinya berasal dari rumah.
"halo, bi. Iya aku masih diluar."
"ini mas reska nyariin, khawatir banget pas tahu mba laury belum sampai rumah." Bibi.
"aku ngga apa-apa, bi. Bilang sama reska, pulang aja ngga usah tunggu aku." Ucapku langsung mematikan telepon.
"gue salut sih sama persahabatan lo berdua. Tapi gue masih penasaran apa bener reska sama sekali ngga ada rasa sama lo ? perlakuannya itu udah lebih dari sekedar teman."
"gue sama dia itu udah sahabatan lama. Orang tua kita saling kenal, jadi wajar ajah sih. Apalagi Mama sama Papa sempet nitipin gue sama dia. Jadi ya mungkin dia menanggung beban itu." Jelasku.
"pulang yuk, takut kemaleman. Gue anter lo sampe rumah."
"eh.. Ngga, ngga. Jangan. Nanti lo ketemu reska."
"emang kenapa ?"
"ih gue ngga mau lo ribut- ribut nanti sama dia. Gue pesen ojek online ajah." Ucapku.
Arfan langsung mengambil ponselku saat aku hendak mencari aplikasi ojek online.
"gue anter lo, sampe sekitaran rumah ajah. Gue liat lo masuk rumah , udah gue balik. ngga sampai depan rumah. Oke ?"
Aku tak bisa menolak kebaikannya.
"okey. Thank you." Ucapku dengan senyuman.
Dia langsung mengembalikan ponselku, lagi-lagi aku makin menyukai senyumannya.
"fan, gue seneng bisa kenal sama lo." Ucapku saat berada di belakangnya dalam perjalanan pulang.
"gue juga. Gue ngga nyangka malah bisa deket sama lo dari yang gue bayangin." Balasnya.
"fan, lo baik dan menyenangkan. Gue harap kita bisa berteman dengan nyaman dalam jangka waktu yang lama." Ungkapku.
"siap." Balasnya dan menambah kecepatan motornya.
Arfan mengantarku sampai persimpangan jalan. Dan terus memperhatikanku hingga masuk ke dalam gerbang.
Aku menemukan Reska yang tertidur di kursi teras rumahku. Aku pelan- pelan masuk agar dia tak terbangun.
"parah banget emang, gue udah nungguin masih mau ditinggalin." Ucapnya tiba- tiba.
Aku pasrah dan langsung duduk dikursi yang ada.
"lagian kan gue udah nyuruh lo pulang. Kenapa masih disini ? Udah malem."
"ya lo juga baru pulang. Katanya udah malem." balasnya.
"reska. Gue males berdebat sama lo. Mending lo pulang." Usirku.
"ngga. Sebelum lo jawab pertanyaan- pertanyaan gue, gue ngga mau pulang."
"percuma, gue ngga mau jawab."
"please. Gue ngga mau tidur gue ngga tenang cuma karena mikirin lo dengan pertanyaan , kenapa ?"
Aku terdiam menatapnya.
"gue nangis gara-gara lo bagi sayap ayam ke gue. Udah ? Puas lo ?" Ungkapku.
Reska tertawa dan menutup mulutnya dengan tangan.
"lo ngapain ampe terharu gituh, ha ? Biasanya kan gue juga kasih itu sayap ayam ke lo. Spesial, sayap ayam khusus buat lo." Ungkapnya.
"ah udah ah lo ngga bakal ngerti, males gue. Pulang sana." aku meninggalkannya sendiri diluar.
"besok gue bawain sayap ayam spesial buat lo, ges. Jangan nangis lagi , okey." Teriaknya.
Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya. Aku naik dan masuk ke kamar atas. Langsung ku menuju jendela untuk melihatnya pergi. Tak disangka, dia menyempatkan melihat ke arah kamarku. Dia tersenyum dan melambaikan tangan.
Sudah ku bilang di bagaikan Roller coaster untukku. Dia bisa membuatku melambung tinggi bahagia diatas awan dan juga bisa dengan tiba- tiba membuatku jatuh hancur berantakan.
Reska, kamu adalah laki-laki terindah dalam hidupku. Terlepas bagaimana aku pernah merasakan sakit karenamu. Karena itu diluar sepengetahuanmu. Aku akan bertahan berada disisimu hingga waktu menyuruhku untuk pergi melepasmu.
Bukan karena aku ingin, tapi mungkin kisah kita tak selalu sejalan.
.
.
.