Warning ⚠️ ini Novel 🌶️🙈
"Jangan pura-pura, Daniar! Aku tahu kamu masih cinta padaku," ujar Leonard, suaranya bergetar dengan gairah.
"Tolong Mas! Lepaskan aku, ini salah, aku tidak bisa melakukan ini. Aku sudah memiliki anak." Daniar berusaha kabur.
"Aku tidak peduli pada statusmu. Hanya kamu! Hanya kamu wanita yang aku inginkan!"
Cinta lama yang tak terlupakan, gairah yang tak terkendali. Leonard, mantan suaminya, kembali mengisi hidup Daniar. Kenyataannya mereka masih sama-sama saling cinta. Apakah Daniar akan memilih cinta lama atau mempertahankan pernikahan keduanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Tiga hari telah berlalu semenjak insiden menyakitkan yang kembali hadir dalam kehidupan rumahtangga Daniar.
Hubungan Leonard dan Daniar kembali memburuk, keduanya terus saling diam, Daniar memilih tidur di kamar lain. Leonard pun mengalah karena dihantui rasa bersalah, ada rasa takut Daniar akan pergi dari hidupnya.
"Nak, kamu sehat kan? Kenapa sejak kemarin tidak ada kabar?" tanya Dewi di telepon. 📞
"Iya ma, Niar baik-baik saja kok, seperti biasa. Mama, Papa, gak perlu khawatir." Daniar berusaha menjaga nada bicaranya agar tampak ceria. 📞
"Kalau ada masalah cerita ke Mama ya Nak. jangan di pendam sendiri, hati mama tidak tenang sejak bermimpi buruk kemarin." Dewi mencoba memancing, kali ini ia dapat merasakan kegetiran dari suara Daniar. 📞
"Gak ada masalah kok Ma. Semua baik-baik saja, itu kan hanya mimpi, jangan terlalu percaya, belum tentu benar terjadi." sambil berbicara di telepon, mata Daniar sudah berkaca-kaca, sesekali ia mengusapnya sebelum jatuh di pipi.📞
"Ya sudah kalau begitu, yang penting kamu baik-baik saja ya Nak, mama dan papa selalu mendoakan kebahagiaan pernikahan kalian, cepat-cepat dapat momongan ya sayang, jangan ditunda-tunda." seru Dewi dengan nada riang. 📞
"I... Iya Ma, salam buat Papa dan Daniel." Daniar menyudahi teleponnya.
Tut...
"Hiks...hiks...hiks...huhuhuhu...."
Daniar langsung meledak dalam tangisan keras, tidak hanya fisiknya yang terluka, tetapi juga batinnya yang sudah sangat hancur berkeping-keping. Ia tidak kuasa menerima keadaan buruk yang terulang kembali, membuat dirinya merasa sangat tidak berdaya.
Ruben yang menyaksikan pemandangan itu, tidak bisa berkata apa-apa, diri hanya bisa ikut merasa sedih, batinnya pun tak sanggup melihat Daniar menderita seperti itu.
"Nyo... Nyonya, ini aku buatkan sari labu kuning, bagus untuk menyembuhkan luka-luka," kata Ruben dengan suara lembut, sambil menyuguhkan segelas jus.
Daniar menerima jus itu dengan tangan yang masih gemetar, menunjukkan betapa jiwanya sedang sangat rapuh.
Hanya mengobati luka fisik yang bisa Ruben lakukan, ia merasa sangat sedih dan tidak berdaya, tidak tahu bagaimana cara untuk membantu Daniar keluar dari situasi yang sulit ini. Sejak kemarin, hatinya terasa pilu, membayangkan jika putrinya juga mengalami kekerasan dalam rumah tangga seperti Daniar.
"Uugghh!" tiba-tiba Daniar merasa mual, setelah meminum jus darinya.
"Nyonya... Anda kenapa?" tanya Ruben bingung serta panik.
Tidak sanggup menahan rasa mual, Daniar langsung berlari ke meja wastafel kamar mandi.
Ruben yang cemas mengikuti langkah Daniar, ia berdiri di depan pintu kamar mandi, memandang Daniar yang sedang membungkuk di wastafel.
"Hoeekk.... Hoeekk...." Daniar muntah-muntah, cairan bening keluar dari mulutnya.
"Anda tidak apa-apa Nyonya." Ruben jadi sangat khawatir.
"Uuhh, entahlah Paman. Sejak kemarin aku memang sering masuk angin, suka merasa mual dan pusing." keluh Daniar, terduduk di lantai, karena tidak kuat berdiri.
Rasa mual datang lagi, Daniar cepat-cepat berdiri, lalu muntah lagi di wastafel.
Melihat kondisi Daniar, Ruben jadi teringat istrinya dulu. "Tunggu jangan-jangan nyonya, sudah...." celetuk Ruben.
"Aku kenapa, Paman?" tanya Daniar dengan suara lemah, merasa lemas dan tidak kuat berdiri lagi.
Ruben menatapnya dengan serius dan berkata, "Nyonya, maaf bila saya berkata lancang, bisa jadi saat ini nyonya sedang hamil..."
Daniar tertegun, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ruben melanjutkan, "Gejala yang nyonya alami sama persis seperti istri saya dulu, waktu tahu dirinya sudah hamil."
Daniar mulai mengingat-ingat, dan teringat bahwa bulan lalu ia memang belum mendapatkan tamu bulanan.
"Paman! Kalau ini benar, bagaimana ini!" Daniar merasa takut dan panik, apalagi mengingat kejadian tiga hari yang lalu.
Ruben berusaha menenangkannya, "Nyonya, tolong tenangkan diri anda, saya akan segera mengambilkan test pack. Kalau pun benar anda sudah hamil, akan lebih baik jika anda memberitahukan berita baik ini pada tuan." Ruben berharap bahwa kehadiran seorang anak bisa mengubah keadaan menjadi baik seperti sedia kala.
Daniar merasa ragu, "Ya, mudah-mudahan..." ucap Daniar lirih, kehadiran seorang anak selalu ia nantikan sebelumnya, tapi sekarang keadaan berubah.
Daniar merasa bahwa jika dia benar-benar hamil, situasinya akan makin menyedihkan. Ia merasa seperti sedang jatuh, dan malah tertimpa tangga. Keadaan yang sudah tidak baik-baik saja, kini menjadi semakin rumit.
Ruben segera pergi untuk mengambil test pack, meninggalkan Daniar yang sendirian di ruangan. Dalam hati Daniar berharap bahwa semua ini hanya sebuah kesalahan, dan ia tidak benar-benar hamil.
Setelah beberapa menit, Ruben kembali dengan test pack di tangannya. "Nyonya, saya sudah mengambilkan test pack.
Daniar mengangguk, merasa jantungnya berdebar-debar dengan cemas. Apa yang akan terjadi jika hasilnya positif? Apakah ia bisa menghadapi semua kemalang ini sendirian?
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**