Suatu malam, Kaila datang ke pesta kelulusan angkatan seniornya. Mantan kekasihnya, Hansel, laki-laki biasa yang mencampakkan dirinya begitu saja itu juga merupakan salah satu mahasiswa angkatan akhir. Hansel tiba-tiba diberikan minuman yang sudah diobati, oleh salah satu mahasiswi yang sudah mengincar cintanya. Naas, Hansel malah melampiaskan efek obat tersebut kepada Kaila. Sialnya lagi, malam itu juga, Hansel harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Bagaimanakah masa depan Kaila selanjutnya?
Apakah Hansel akan kembali, ataukah ada laki-laki lain yang akan menerima masa lalu Kaila?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Livia dan Mika
Setelah memberikan ciuman hangat, Hansel segera pergi mandi untuk membersihkan dirinya yang juga sama seperti Kaila sebelumnya, berlumuran darah.
Saat selesai mandi, Hansel mendapati istrinya telah tertidur dengan berbaring di tempat tidur pasien. Dia pun mendekati istrinya itu dan mengecup keningnya lalu menutupi tubuh Kaila dengan selimut pasien. Kemudian dia keluar kamar untuk kembali menemui Dika.
Dika masih terlihat sibuk dengan teleponnya saat melihat Hansel mendekat.
“Aku sedang memesan makanan untuk kalian,” ucap Dika. Hansel mengangguk.
“Pesanlah untukmu juga,” sahut Hansel. Dika mengiyakan.
“Terima kasih Dika,” ucap Hansel seraya menepuk bahu Dika.
Dika tertegun mendengarnya. Dia hanya bisa tersenyum kikuk.
Tiba–tiba terdengar suara dari ponsel milik Hansel. Terlihat nama Daddy di layar.
“Dad,” kata Hansel saat mengusap tombol hijau untuk menerima panggilan telepon.
“Hansel kamu ada dimana sekarang?” Suara sang ayah terdengar agak sedikit panik.
“Aku sedang bersama istri dan putraku, Dad,” jawab Hansel datar. Sekarang apalagi yang ayahnya inginkan, pikir Hansel.
Hening sejenak, sepertinya Maxim sedang menahan kesal terhadap putra semata wayangnya itu. Namun, sepertinya ada hal lain yang jauh lebih penting baginya.
“Dengar Hansel... Livia menghilang sedari pagi. Apa dia bersamamu?” Maxim bertanya dengan tidak sabar.
“Apa pengawal Daddy sekarang sudah kehilangan reputasinya,” sahut Hansel masih dengan ekspresi malas.
“Bantu Daddy mencarinya, Hansel,” pinta Maxim. Hansel tersenyum miring mendengarnya.
“Ternyata Daddy masih membutuhkan bantuanku?” sindirnya.
“Hansel jaga bicaramu. Livia adalah calon istrimu. Daddy yang mengajak dia ikut kemari. Jika terjadi sesuatu padanya bagaimana Daddy akan menjelaskan pada Mr. Robert,” kata Maxim yang mulai marah.
Mr. Robert adalah ayah dari Livia yang sudah menjadi rekan bisnis Maxim sejak mereka masih muda. Dan berlanjut hingga sekarang kemudian mulai menjodohkan anak mereka sebagai perekat hubungan sebagai sesama rekan bisnis sekaligus teman lama. Tetapi walaupun menjadi rekan bisnis yang ingin berlanjut menjadi keluarga, mereka tetaplah saling bersaing untuk menjadi pebisnis nomor satu.
“Hansel...apa kamu mendengar ucapan Daddy?” tanya sang ayah karena Hansel hanya diam saja.
“Siapapun orang yang berusaha menyakiti istri dan putraku maka dia adalah musuh bagiku,” jawab Hansel sarkasme.
“Apa yang kamu bicarakan ini, Hansel!” bentak Maxim, semakin dibuat emosi oleh putranya sendiri.
“Dengar Dad. Aku sekarang telah menikah dan memiliki seorang putra yang merupakan cucu kandung Daddy. Hari ini, Livia berusaha membunuh istriku dengan mencoba menembaknya, tapi dia tidak berhasil. Daddy tidak akan pernah menyangka bagaimana seorang Livia yang sesungguhnya. Bahkan dia mampu untuk membunuh istri Daddy sendiri jika dia menginginkannya. Pelihara lah seekor singa, maka dia akan menerkam pada akhirnya.” Kata–kata Hansel yang penuh dengan amarah membuat ayahnya hanya terdiam.
Saat tidak mendapat respon apapun, Hansel melanjutkan ucapannya.
“Istri dan anakku adalah milikku. Berhentilah merusak kebahagiaan kami, Dad. Dan satu lagi, selesaikanlah apa yang sudah Daddy mulai sendiri. Jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan Daddy maka itu bukanlah perbuatanku.” Hansel lalu mengakhiri penggilan teleponnya.
Dika sedari tadi hanya menjadi pendengar dengan diam. Dia melihat bagaimana ekspresi wajah Hansel saat selesai berbicara dengan ayahnya. Selalu seperti itu, tidak pernah berakhir dengan baik. Dan sekarang bahkan menjadi lebih buruk.
“Orang suruhanku sudah mengetahui di mana Livia,” kata Dika mengejutkan Hansel.
Hansel menyimak.
“Aku memasang alat pelacak pada mobilnya saat menunggumu di apartemen lama.”
“Orang suruhanku mengikutinya. Dan ini akan mengejutkanmu.”
“Dia sedang menemui Mika saat ini,” terang Dika kepada Hansel.
Hansel kemudian menangkap maksud dari penjelasan Dika, bahwa Mika sengaja bersekongkol dengan Livia untuk menyakiti Kaila. Dan semua itu terjadi karena dia. Kedua tangannya pun mengepal.
“Buat mereka menyesal!” ucap Hansel dengan mata yang berkilat marah.
Bagi Hansel, tidak akan ada kata memaafkan pada perempuan yang berhati iblis. Dulu, Mika telah membuatnya merusak hidup Kaila, dan sekarang dia masih ingin mencobanya.
“Mereka pergi ke arah hutan sekarang. Livia dan Mika berada dalam satu mobil yang sama,” ucap Dika saat mendapatkan informasi dari orang suruhannya.
Kening Hansel mengerut. Apa sebenarnya rencana mereka sekarang? Kenapa malah mengarah jauh dari tempat mereka berada sekarang? Otaknya mulai mencari benang merah.
“Apa putraku aman?” tanya Hansel, yang langsung khawatir pada Gavin.
“Aku sudah menelepon dengan video call untuk memastikan Tuan Muda Gavin baik–baik saja.” Ucapan Dika membuat Hansel tersenyum.
Dika tertegun lagi, sudah berapa kali dia melihat Hansel tersenyum. Kaila benar–benar bisa merubah tempramen pada diri Hansel.
Tidak lama setelahnya, suara ponsel Dika berbunyi. Dia berbicara sesaat pada si penelepon lalu mematikan panggilannya.
“Mereka membuang Mika di pinggiran jalan hutan dengan posisi terikat,” kata Dika, mengulangi ucapan dari informasi yang dia terima.
Hansel membuka mulutnya, tak menyangka akan perbuatan Livia yang sampai sekejam itu. Selama ini, wanita itu tak pernah terlihat menyukai perbuatan semacam itu.
“Sekarang kita tahu sedang menghadapi siapa.” Hansel tersenyum sinis.
“Selamatkan Mika lalu jebloskan dia ke dalam penjara. Buat laporan persekongkolan atas penembakan Astrid.”
“Lalu bagaimana dengan Livia?” tanya Dika.
“Penjara saja tidak cukup untuk membuatnya jera,” ucap Hansel dengan penuh dendam. Beginilah sifat asli Hansel yang Dika kenal selama ini. sangat pendendam dan selalu tepat sasaran ketika menyerang musuhnya.
“Baiklah aku segera kesana,” sahut Dika siap melaksanakan perintah. Namun, Hansel menahan pundaknya.
“Sekarang sudah jam dua pagi. Sebaiknya kamu istirahat. Perintahkan bawahanmu untuk berjaga di lokasi sekitar Mika. Bisa saja dia dimakan oleh hewan buas di sana. Untuk sekarang, biarkan dia menikmati alam liar.” Hansel tersenyum miring.
“Baiklah, kalau begitu aku tidur di sini saja,” kata Dika menunjuk kursi panjang tempat menunggu pasien.
“Tidurlah di dalam kamar, ada banyak tempat tidur di sana,” sahut Hansel.
“Eh... ini malam pertamamu, kan?” kata Dika sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Dasar brengsek,” sahut Hansel tapi malah tertawa. Dika pun hanya bisa ikut tertawa.
“Terserahmu saja mau tidur di mana.” Hansel meninju pelan dada Dika lalu meninggalkannya untuk masuk ke dalam kamar, lalu terdengar suara pintu terkunci.
“Ah, nasib jomblo,” ucap Dika meratapi nasibnya, menerima kenyataan bahwa sahabatnya itu sedang berbahagia di dalam sana.
Mau tidak mau Dika hanya tiduran di kursi panjang di sana, berbaring berbantalkan lengannya tapi tanpa bisa melihat bintang–bintang di langit malam ini. karena yang bisa dia lihat hanyalah atap plafon saja.
“Sial,” batin Dika, namun bibirnya menyunggingkan senyuman bahagia karena sahabatnya telah berhasil mendapatkan kehidupan yang terbebas dari sang ayah yang selama ini membayangi hidup Hansel menjadi kehidupan yang gelap. Namun, sekarang kegelapan itu berangsur terang benderang. Semoga saja.
Next doble up
banyak hal yg Sofie gk tau ttg kluarganya,,,,
Next up nya ka
gk tega liat Astrid meninggal Q ikutan mewek😭😭😭😭