Tanpa perlu orang lain bicara, Aya sangat menyadari ketidaksempurnaan fisiknya.
Lima tahun lamanya, Cahaya bekerja di kota metropolitan, hari itu ia pulang karena sudah dekat dengan hari pernikahannya.
Namun, bukan kebahagiaan yang ia dapat, melainkan kesedihan kembali menghampiri hidupnya.
Ternyata, Yuda tega meninggalkan Cahaya dan menikahi gadis lain.
Seharusnya Cahaya bisa menebak hal itu jauh-jauh hari, karena orang tua Yuda sendiri kerap bersikap kejam terhadapnya, bahkan menghina ketidaksempurnaan yang ada pada dirinya.
Bagaimanakah kisah perjalanan hidup Cahaya selanjutnya?
Apakah takdir baik akhirnya menghampiri setelah begitu banyak kemalangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Kecelakaan hari itu
.
Malam telah larut, tapi kedua mata Marcel masih juga belum bisa terpejam. Kata-kata mamanya tentang perjodohan masih terngiang di kepalanya. Ia tidak ingin dijodohkan dengan wanita mana pun. Ia hanya ingin bersama dengan Aya.
Namun, ia juga merasa ragu. Ia takut Aya tidak mencintainya. Ia takut Aya akan menjauh jika dirinya mengungkapkan perasaan.
Tanpa seorang pun tahu, Marcel memiliki trauma cinta yang mendalam. Dulu, ia pernah memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai. Bahkan mereka hampir bertunangan.
Namun, takdir berkata lain. Beberapa minggu sebelum acara pertunangan mereka, Marcel mengalami kecelakaan tunggal yang mengerikan. Mobilnya menabrak sebuah pohon dan terbakar. Marcel berhasil selamat, tetapi wajahnya mengalami luka bakar yang parah. Diperparah dengan serpihan kaca yang membuat jaringan kulitnya rusak.
Marcel berbaring dengan wajah menengadah ke arah langit-langit kamar. Tangannya ia letakkan di atas kening menutupi matanya dari cahaya lampu di atas. Matanya terpejam, sekelebat kejadian masa lalu bermunculan sirih berganti bagaikan slide-slide film.
.
Suara deru mobil sport meraung membelah jalanan sepi. Marcel, dengan senyum lebar, menyetir dengan kecepatan tinggi. Ia baru saja menyelesaikan proyek besar bersama kakaknya di perusahaan. Hari itu dengan bangga ia ingin merayakan keberhasilannya dengan makan malam romantis bersama Selina.
Ia menggenggam ponselnya, berniat untuk menelepon Selina dan memberitahunya tentang keberhasilannya.
“Ah tidak! Lebih baik aku langsung datang ke rumahnya! Dia pasti akan terkejut dan sangat bahagia melihat kesuksesanku.”
Marcel memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Fokus mengemudi sambil bersiul ceria. Kepalanya mengangguk-angguk mengikuti alunan musik yang dari radio mobil yang sengaja ia putar.
Tiba-tiba, sebuah truk besar muncul dari arah berlawanan. Marcel terkejut dan berusaha menghindar, tetapi terlambat. Tabrakan keras tak terhindarkan.
Mobil Marcel berputar-putar dan menghantam sebuah pohon dengan dahsyat. Api langsung berkobar, melalap seluruh bagian depan mobil. Marcel terperangkap di dalam mobil yang terbakar. Serpihan kaca beterbangan, mengenai wajahnya.
Beberapa Hari Kemudian.
Marcel membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sakit dan tubuhnya terasa lemas. Ia melihat sekeliling, yang terlihat hanya dinding dan atap berwarna putih.
“Rumah sakit,” gumamnya.
Ia mencoba menyentuh wajahnya yang terasa perih dan panas. tetapi tangannya terasa kaku dan sulit digerakkan. Dan saat tangannya berhasil meraba wajahnya, yang terasa bukan kulitnya yang dulu halus melainkan perban tebal melilit seluruh wajahnya.
"Kenapa dengan wajahku?" gumam Marcel dengan suara serak.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan Nyonya Syifana masuk dengan wajah cemas. Ia langsung menghampiri Marcel dan memeluknya erat.
"Marcel! Kamu sudah sadar!" seru Nyonya Syifana dengan nada lega.
"Ma, apa yang terjadi?" tanya Marcel, berusaha mengingat kejadian hari itu.
Nyonya Syifana terdiam sejenak, menatap Marcel dengan tatapan sedih. "Kamu mengalami kecelakaan, Sayang. Mobilmu menabrak pohon dan terbakar.”
Marcel terkejut mendengar berita itu. Ia merasa dunia runtuh di sekelilingnya. Ia tidak percaya bahwa ia mengalami kecelakaan yang begitu mengerikan. Sekali lagi ia meraba wajahnya.
“Ada apa dengan wajahku, Ma? Kenapa wajahku diperban?”
Nyonya Syifana mengambil nafas dalam sebelum berbicara. Sebenarnya ia tak sampai hati mengatakan apa yang terjadi. Tapi Marcel memang harus tahu. “Kamu mengalami luka bakar yang parah di wajahmu. Juga ada beberapa serpihan kaca yang mengenai wajahmu.”
“Ya Tuhan…” Air mata Marcel mengalir tanpa permisi. "Lalu bagaimana dengan Selina, Ma? Apakah dia tahu tentang ini?" tanya Marcel dengan nada cemas.
Nyonya Syifana menghela napas panjang. "Mama sudah menghubungi Selina. Dia tahu tentang kecelakaanmu."
Marcel merasa lega mendengar jawaban mamanya. Ia berharap Selina akan datang menjenguknya dan memberikan semangat kepadanya.
"Selina pasti sangat sedih.” Marcel menunduk sendu.
Nyonya Syifana terdiam. Dia tak tahu harus berbicara apa pada putranya.. kenyataannya Selina tidak seperti yang dipikirkan oleh putranya.
Keesokan harinya…
“Ma, apa Seli datang?” Marcel menatap mamanya penuh harap.
Nyonya Syifana menggelengkan kepala. "Tidak, Sayang. Selina belum datang. Dia mungkin sibuk."
Marcel merasa kecewa mendengar jawaban mamanya. Padahal ia berharap Selina akan datang menjenguknya dan memberikan semangat kepadanya.
*
*
*
Setelah berhari-hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Marcel diperbolehkan pulang setelah kondisi fisiknya membaik. Namun, satu yang yang membuat mereka sekeluarga bersedih. Akibat dari kecelakaan itu, wajah Marcel menjadi rusak.
Marcel duduk di kursi roda di ruang tamu rumahnya. Wajahnya masih dibalut perban tebal. Ia merasa sangat lemah dan tidak berdaya.
Tiba-tiba, bel rumah berbunyi. Nyonya Syifana membuka pintu dan kemudian tersenyum lebar melihat siapa yang datang.
“Selina, akhirnya kamu datang. Marcel sudah menunggumu,” ucap wanita itu antusias.
Selina hanya terus melangkah tanpa menghiraukan Nyonya Syifana.
Nyonya Syifana merasa kecewa dengan sikap Selina, tapi dia mencoba mengabaikannya. Yang penting kedatangan Selina pasti akan membuat Marcel kembali tersenyum.
“Marcel, ada Selina,” seru Nyonya Syifana.
"Selina?” Marcel terkejut melihat kedatangan Selina. Wajahnya berbinar. Akhirnya Selina datang menemuinya setelah sekian lama.
Selina mendekati Marcel dan menatapnya dengan tatapan dingin. "Marcel," ucapnya dengan suara datar.
"Aku sangat senang kau datang," kata Marcel, berusaha tersenyum. "Aku sangat merindukanmu."
Selina menghela napas panjang. "Aku datang ke sini bukan untuk menjengukmu," ucapnya dengan nada sinis.
Marcel mengerutkan kening. "Selina, kenapa kamu bicara seperti itu?" tanyanya bingung.
"Aku datang untuk memutuskan hubungan kita," jawab Selina dengan tegas.
Marcel terkejut mendengar kata-kata Selina. Ia tidak percaya bahwa wanita itu akan memutuskan hubungannya setelah apa yang telah terjadi.
"Apa maksudmu, Selina? Kenapa kau ingin memutuskan hubungan kita?" tanya Marcel dengan nada
Selina membuang muka, seolah jijik menatap Marcel. "Apa hal seperti ini masih perlu dipertanyakan? Bahkan tanpa aku jawab pun seharusnya kamu tahu apa jawabannya. Lihatlah dirimu. Kau mengerikan."
“Selina, kenapa kamu bicara seperti itu?” Marcel menggelengkan kepala, hatinya hancur berkeping-keping mendengar kata-kata Selina. Ia tidak menyangka ternyata cinta Selina sedangkal itu.
"Marcel. Aku ini seorang public figure. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika aku harus berjalan berdua denganmu di depan umum," lanjut Selina dengan nada merendahkan. "Teman-temanku akan menertawakanku."
Air mata mulai mengalir di pipi Marcel. Ia merasa sangat hina dan tidak berharga. Ia tidak menyangka bahwa cinta Selina hanya sebatas penampilan fisik semata.
"Lagi pula, aku sudah mendapatkan pria lain," ucap Selina tanpa dosa. "Dia jauh di atas segalanya dibandingkan dirimu. Dia tampan, kaya, dan sukses.”
"Jadi, semua ini karena dia?" tanya Marcel dengan suara bergetar.
Selina mengangguk. "Ya. Aku tidak munafik. Aku pantas mendapatkan yang lebih baik darimu, Marcel."
"Aku pikir kau mencintaiku," ucap Marcel dengan nada lirih.
Selina tertawa sinis. "Cinta? Cinta itu hanya omong kosong. Yang penting adalah penampilan dan materi. Dan kamu? Kamu mungkin kaya, tapi apa gunanya jika aku tidak berani memamerkanmu di depan teman-temanku?"
Lagi-lagi Marcel menggelengkan kepalanya.
“Sudahlah, aku tak mau berbicara panjang lebar. Yang penting mulai saat ini kita berdua tidak ada lagi hubungan apapun.”
Setelah mengatakan itu, Selina berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Marcel yang terpaku di kursi rodanya.
Nyonya Syifana, yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka dari balik pintu, segera menghampiri Marcel dan memeluknya erat. Ia merasa sangat kasihan melihat putranya yang begitu terpukul.
"Sudah, Sayang. Jangan bersedih," ucap Nyonya Syifana dengan nada lembut. "Kamu pasti akan mendapatkan wanita yang lebih baik dari Selina, yang mencintaimu dengan tulus."
Marcel menangis tersedu-sedu di pelukan mamanya. Ia merasa sangat sakit hati dan kecewa. Ia tidak percaya bahwa cinta Selina hanya sebatas itu.
Sejak saat itu, Marcel menjadi pribadi yang tertutup dan tidak percaya diri. Sikapnya menjadi dingin. Ia tidak pernah lagi mendekati wanita. Ia merasa tidak ada wanita yang mau mencintainya dengan tulus.
Akhirnya terungkap juga rahasia 2 hati...
Apa yg terjadi kemudian...?
Kita tunggu up berikutnya...wkwkwkwkk
. cuit cuit