NovelToon NovelToon
Genius Twins Boy

Genius Twins Boy

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Anak Genius
Popularitas:5.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: emmarisma

"Apa kamu sudah menemukan informasi tentangnya, Jackson?"

"Sudah, Kak. Aku yakin dia adalah dady kita."

Dua bocah laki-laki berusia 7 tahun itu kini menatap ke arah layar komputer mereka bersama-sama. Mereka melihat foto seorang Pria dengan tatapan datar dan dingin. Namun, dia memiliki wajah yang sangat tampan rupawan.

"Jarret, Jackson apa yang kalian lakukan?" Tiba-tiba suara seseorang membuat kedua bocah itu tersentak kaget.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Thomas & Martha

Jika ditanya bagaimana perasaan Giani saat ini, tentu dia sangat sedih. Apalagi harus berjauhan dengan satu-satunya anggota keluarga yang ia miliki yaitu papanya.

Giani mendatangi kampus tempatnya mendapatkan beasiswa. Ia harus mengurus berkas-berkasnya terlebih dahu sebelum mencari sewa rumah.

Sebenarnya Giani juga mendapat fasilitas asrama, tapi demi menghindari pertanyaan-pertanyaan seputar kehamilannya yang tak mungkin selamanya ditutupi, Giani memilih untuk mencari tempat sewa saja.

Kemarin Giani sempat membaca ada beberapa tempat yang disewakan dengan harga yang tak terlalu tinggi. Giani kembali menjalankan mobilnya, karena waktu telah beranjak sore. Bahkan sejak tadi perutnya terus berbunyi. Sesaat Giani menunduk dan mengusap perutnya.

"Sabar, Sayang. Momy masih di jalan. Momy akan makan setelah ini."

Giani memutuskan untuk berhenti di sebuah toko roti. Meski dari penampilan toko roti itu tidak terlalu meyakinkan, tapi itu toko yang paling dekat. Aroma rotinya menguar hingga ke jalan. Giani telah menepikan mobilnya. Dia melihat dari pantulan kaca tengah untuk menelisik penampilannya lagi.

Giani segera masuk ke toko roti itu. Wajahnya langsung berbinar karena disuguhi dengan beraneka ragam roti.

"Selamat datang," sapa seorang kakek dengan senyuman yang begitu menenangkan.

"Apa kau punya roti keju, aku tadi mencium aroma keju dari dalam tokomu," ujar Giani, dia pun memberikan senyum terbaiknya.

"Penciumanmu, sangat tajam. Aku menebak kau sedang hamil," ujar Kakek itu sembari berjalan ke belakang, sepertinya ia menuju ke tempat pembakaran.

Giani mengernyit bingung. Dari mana kakek itu tahu, dirinya sedang mengandung?"

Pria tua dengan rambut yang sepenuhnya telah memutih itu meletakkan loyang berisi roti-roti yang masih mengepulkan asapnya.

Giani hampir saja meneteskan air liurnya melihat barisan roti itu. Tak lama hujan turun mengguyur kota Sidney. Giani menoleh sesaat ke luar toko, lalu kembali fokus menatap roti-roti itu.

"Apa aku boleh memakannya di sini?"

"Tentu saja boleh." Kakek itu lalu mempersilahkan Giani duduk.

"Terima kasih," ujar Giani.

"Jangan sungkan, kau adalah pelanggan. Sudah sepantasnya aku memperlakukanmu dengan baik."

"Thomas. Apa kau bisa menolongku?"

"Sebentar, Sayang. Aku masih melayani pelanggan," ujar pria tua itu dengan sedikit meninggikan volume suaranya.

"Berikan aku dua roti, lalu bantulah dia."

"Baiklah, silahkan nikmati rotimu. Aku akan ke belakang membantu istriku."

Pria tua yang baru Giani tahu bernama Thomas itu akhirnya meninggalkan Giani dan pergi kembali ke belakang untuk membantu istrinya.

Giani menggigit roti yang masih sangat baru itu. Matanya terpejam saat merasakan betapa lembutnya roti yang tengah dia gigit.

"Hmm, ini enak sekali," ujar Giani.

Giani tampak bahagia memakan roti itu. Roti pertama telah habis. Saat Giani menggigit roti keduanya Thomas dan istrinya muncul dari belakang.

"Apa kau menyukai roti itu?" tanya istri Thomas.

"Ya, ini sangat enak. Terlebih perutku lapar karena sejak pagi aku belum mengisi perutku."

"Oh, ya Tuhan. Kasihan sekali kamu."

"Aku baru saja sampai di kota ini. Aku berniat mencari tempat tinggal di sekitaran sini, tapi karena perutku lapar dan aku mencium aroma rotimu. Makanya aku berhenti."

"Kau seorang diri saja?"

"Iya, kau benar, Nyonya."

"Panggil aku Martha dan dia suamiku Thomas."

"Aku Giani. Aku berasal dari Melbourne."

"Oh, kota yang cukup jauh dan kau berkendara sendiri dalam keadaan hamil?" Giani menatap keduanya dengan terkesima.

"Dari mana kalian bisa menebak jika aku hamil?"

"Karena hanya penciuman wanita hamil yang sangat tajam. Roti ini sudah 10 menit keluar dari oven saat kamu tiba. Biasanya aroma dari pemanggangan pun tidak akan mungkin tercium dari jarak jauh karena kami tidak memakai keju yang berkualitas tinggi. Sedang kamu dari mobil sudah bisa membauinya," tutur Martha,

"Hmm, kau benar. Aku sedang mengandung."

"Lalu di mana suamimu, Ehm maaf aku lancang bertanya seperti ini. Kau tampak masih sangat muda."

"Aku tidak memilikinya. Eh, apa kalian berdua tahu ada rumah yang disewakan di sekitar sini?" tanya Giani mengalihkan pembicaraan.

"Apa kau ingin menyewa rumah?"

"Iya."

"Kau bisa tinggal di rumah kami, kebetulan kami hanya tinggal berdua saja, itupun jika kau mau."

"Ehm, berapa sewanya?"

"Terserah padamu, kami tulus ingin membantumu. Lagi pula tidak baik orang hamil tinggal sendirian."

"Kalian harus menentukan harga sewanya. Jika tidak aku tidak mau."

"Baiklah, bagaimana kalau 700 dollar untuk satu tahun."

"Itu terlalu murah, Thomas."

"Tidak apa-apa. Lagi pula rumah kami tidak terlalu besar. Kau bisa melihatnya nanti Giani."

"Baiklah, aku setuju. Terima kasih atas bantuan kalian."

Martha mendekati Giani sembari membawa secangkir coklat panas. "Ini minumlah, Aku tidak memberimu teh karena itu tidak baik untuk kandunganmu."

"Terima kasih, Martha. Kau dan suamimu adalah orang baik pertama yang aku temui di kota ini."

Kedua pasutri itu tersenyum. Saat Hujan reda. Giani dan Martha pergi untuk melihat rumah Martha, sedangkan Thomas menjaga toko bersama seorang pemuda yang Giani perkirakan mungkin usianya baru sekitar 18 tahun.

"Siapa pemuda tadi?"

"Dia adalan Albern."

"Albern?" beo Giani.

"Albern adalah tetangga kami. Dia menyewa rumah milik nyonya Rowena. Kau memanggilnya pemuda. Memang kau pikir berapa usianya?"

"Mungkin sekitar 18 tahun," jawab Giani masih fokus menatap jalan.

"Dia berusia 25 tahun. Tapi memang wajahnya seperti itu," kata Martha terkekeh. Mereka tiba di sebuah rumah yang lumayan besar. Giani mendongak menatap penampakan rumah Martha.

"Apa kau yakin hanya 700 dollar. Rumahmu sangat besar, Martha."

"Ya, tapi aku hanya tinggal berdua saja dengan suamiku. Semenjak anak laki-lakiku meninggal, cucuku satu-satunya pun juga tidak pernah sekalipun menjenguk kami." Giani menatap iba ke arah Martha. Dia mengusap lembut punggung wanita tua itu.

"Ehm, lalu Albern tinggal di mana?" tanya Giani mencoba mengalihkan kesedihan Martha.

"Itu di sana. Albern tinggal sendirian. Orang-orang menganggapnya aneh, tapi bagiku dia tidak aneh sama sekali."

"Ayo masuk. Udara semakin dingin, tidak baik untuk kandunganmu." Martha mengajak Giani masuk ke rumahnya. Saat berada di rumah Martha, Giani tampak menelisik setiap sudut ruangan. Tidak ada foto yang terpampang di ruangan itu.

"Rumahmu sangat nyaman sekali, Martha. Aku sangat berterima kasih kau mau menampungku."

"Jangan sungkan. Ayo aku akan mengantarmu ke kamar."

Giani mengangguk dan mengikuti langkah kaki Martha. gadis itu kini berdiri dalam sebuah kamar yang cukup luas dengan pemanas yang baru saja dinyalakan oleh Martha.

"Ini kamarmu, maaf jika kamarnya sempit."

"Kamarku di Melbourne bahkan hanya separuhnya. Kau terlalu merendah, Martha," ujar Giani. Martha hanya terkekeh mendengar ucapan Giani.

"Beristirahatlah. Aku akan memasak untuk nanti malam."

"Terima kasih, Martha." Selepas Martha menutup pintu kamar Giani. Giani langsung menghempaskan tubuhnya di ranjang.

"Ah, nyaman sekali."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

****Notes : Ini karya dengan latar Luar Negeri. Di sana memanggil orang yang lebih tua pun hanya dengan namanya saja. kalau kalian kurang setuju karena menganggap itu tidak sopan. Silahkan tinggalkan novel ini, tanpa meninggalkan komentar yang tak sedap. Aku hanya menyesuaikan dengan latarnya. Agar aku juga bisa ikut menjiwai peran masing-masing karakter, ya.

kalau ada Vote nganggur boleh lah bagi sini 🥰🥰

Selamat membaca****

1
Ayu
jgn kwatir thor.. aku sk dgn crita nya. cm kecewa dikit krn aku sdh bc crita kelanjutan crita ini. klau gk slh baby nya nm jarred sm jakson ya. nanti adik nya nm celine. btl kan thor
Ica Oca
Luar biasa
Ayu
aduh.. crita ini kayak nya awal dr crita joyceline and hot mafia ya thor. aku dah bc semua crita nya smpai crita perangkap cinta puti mafia
Ryyan Arjuna
mantap bro
Glenn
Luar biasa
Nurul Qomariyah
ak suka thema dengan latar luar negeri tapi ya tentu sikonya jangan dirubah ...
Noni Diani
Luar biasa
Noni Diani
Lumayan
Arie
Luar biasa
Sur Yhanie
jadi ini cerita ortunya Celin dan si kembar
Elie Suryani II
Luar biasa
Wagiyem Ibune Wilda
ngeri
Wagiyem Ibune Wilda
baru hadir
Joel Natan Tarigan
diana cantik...jarett nti bucin
Joel Natan Tarigan
diana calon jarett
Latifah Herawati
Luar biasa
aphrodite
luar biasa Jared
aphrodite
kau terlalu overthinking..bersikaplah biasa tapi jangan terlalu berharap..bersikap drastis seperti ini malah mengecewakan..bersikap sebagai teman mungkin lebih baik daripada pelayan majikan
aphrodite
di awal sebelum Giani pergi kau sudah tau
aphrodite
atuh yg tegas sama pembunuh ayahmu..si buat gila saja kalo tidak mau membunuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!