Duda Kepentok Janda

Hari berikutnya. Grisel berada di mobil bersama sang manager menuju perusahaan fashion tempat dirinya bekerjasama selama tiga tahun terakhir ini. Namun, wajah Grisel tampak suram menunjukkan rasa tak senang ketika harus pergi ke perusahaan itu. Andai dirinya tak harus melakukan tugasnya, mungkin Grisel takkan mau menginjakkan kaki di perusahaan itu. Perusahaan tempat Joya—gadis yang dianggap menjadi selingkuhan Farzan, serta gadis yang menjadi desainer baju yang akan diperagakan olehnya. Sedangkan sampai sekarang Grisel tidak tahu, jika yang bersama Farzan waktu itu adalah Sandra.

“Kenapa aku sesial ini harus berurusan masalah pekerjaan dengannya!” geram Grisel sampai mengepalkan tangan lantas dipukulkan ke paha sedikit kencang.

Sang manager terkejut mendengar Grisel yang menggeram, lantas ditatapnya sang model yang sudah bersamanya selama bertahun-tahun ini. Sang manager tahu jika Grisel sangat membenci Joya karena masalah asmara saat kuliah, hanya tak menyangka jika modelnya itu akan membenci sampai sekarang, sedangkan tahu jika selama ini yang bersalah adalah Grisel.

“Ya mau bagaimana, kita harus profesional karena semua ini adalah keputusan perusahaan,” ujar manager mencoba menasihati dan meminta Grisel tenang serta menerima apa pun pekerjaan yang didapat.

“Ini juga salahmu! Kenapa kamu tidak mengecek datanya terlebih dahulu!” Kini Grisel menatap tajam pada sang manager, melimpahkan semua kesalahan pada wanita yang sudah membantu dan membuat namanya melejit itu.

Sang manager yang tahu betul bagaimana temperamen Grisel, lantas memilih diam daripada terkena semburan dari wanita itu.

“Lihat saja, hari ini aku akan memberinya pelajaran!” Grisel berjanji pada dirinya sendiri. Dia benar-benar merasa marah dan menyimpan dendam begitu besar pada Joya, selain karena tuduhan jika Joya menjadi selingkuhan suaminya, juga karena kesal sebab kemarin Farzan menolaknya.

**

Grisel dan managernya sudah sampai di perusahaan tempatnya terikat kontrak. Dia berjalan dengan angkuh, berjalan dengan dagu terangkat dan kacamata hitam yang menutup bola matanya.

Begitu sampai di studio tempat dirinya akan mencoba gaun buatan desainer bernama Joya, tatapan wanita itu langsung tertuju ke salah satu sofa di ruangan itu, siapa lagi yang ditatapnya jika bukan Joya—gadis yang selalu dianggapnya sebagai pemicu pertengkarannya dengan Farzan.

Grisel lantas mengayunkan langkah, berjalan dengan angkuh menuju gadis bernama Joya duduk. Dia melihat wanita di sebelah Joya berbisik, sudah bisa menebak jika mereka pasti membisikkan kalimat buruk tentangnya. Namun, Grisel tak peduli, karena baginya gadis itu tak penting, kini keinginnya di sana hanya satu, mempermalukan lantas membuat Joya dipecat sebagai desainer.

Grisel kini berdiri dengan kedua tangan bersedekap dada, menatap benci pada Joya dari balik kacamata hitamnya.

Joya—mantan kekasih Farzan, serta desainer di perusahaan itu, berdiri hingga berhadapan dengan Grisel, tinggi badan yang tidak sama, membuat Joya sedikit mendongak untuk menatap wanita itu.

“Senang Anda bersikap profesional dan datang tepat waktu,” ucap Joya dengan nada sindiran.

Grisel terkejut karena Joya berani menyindirnya, karena malas datang membuat Grisel mengulur waktu kedatangan hingga hampir beberapa jam dari jadwal yang ditentukan. Dia langsung membuka kacamata dan kini bisa langsung saling tatap dengan mantan kekasih suaminya itu.

“Apa kamu kini begitu sombong hingga berani menyindirku?” Grisel memberikan tatapan tajam, seolah sedang menunjukkan jika dirinya lebih berkuasa.

“Oh … apa kamu merasa tersindir? Ah … maaf sekali karena aku sudah menyinggung aset berharga perusahaan,” sindir Joya lagi dengan nada suara yang dibuat seperti menyesal. “Jika tidak ingin disindir, maka datanglah tepat waktu karena kamu bukanlah satu-satunya orang penting dan sibuk di sini,” imbuhnya dengan tatapan mengintimidasi, mengubah ekspresi wajah menyesal ke ekspresi begitu tegas.

Grisel terlihat geram karena Joya seolah mengejek dirinya. Dia sampai menggenggam erat kacamata karena menahan amarah. “Kamu bisa bersikap sombong sekarang, tapi lihat saja setelah ini apakah kamu masih memiliki muka untuk mengejekku!” geram Grisel dalam hati.

Grisel akhirnya memilih meninggalkan Joya dan pergi menuju ruang ganti. Hendak mencoba busana yang akan digunakan untuk pemotretan dan peragaan busana minggu depan.

“Lihat saja! Kamu berani mempermalukanku, maka aku akan mempermalukanmu ganti!” gerutu Grisel. Dia kini berada di ruang ganti bersama asisten penata busana perusahaan.

Grisel menatap gaun itu, meski hatinya mengakui jika gaun itu sangat indah, tapi pikirannya menolak mengagumi dan terus berkata jika gaun itu sangat tak layak menyentuh tubuhnya.

“Saya bantu Anda memakainya sekarang,” kata asisten penata busana, mengeluarkan gaun itu dari manikan dan memberikannya pada Grisel.

Grisel menerima dengan sedikit kasar, sebelum kemudian masuk ke ruang ganti dan memakai gaun itu. “Sial, kenapa pakaian ini sangat cantik.” Grisel menggerutu tapi juga memuja.